Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.
Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.
Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.
Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.
Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.
Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Ini Tidak Adil
Keiramasih duduk merenung di meja rias. Tak ada suara, kecuali air matanya yang terus merembes membasahi pipinya. Mendengar suara langkah kaki mendekat memasuki kamar, ia diam sejenak. Ketika yakin jika itu adalah Revan, ia bergegas pergi ke kamar mandi.
Revanhanya menatap dan mengunci pintu kamar, ia juga lesu mengetahui Keiramenerima pernikahan itu dengan terpaksa.
Hanya berselang lima menit saja. Keira sudah kembali dengan balutan pakaian tidur yang mini dan seksi.
Baju tidur itu dibeli oleh Maggie, dari tampilan luarnya berbentuk kimono berwarna merah menyala, sedangkan di bagian dalam nyaris transparan.
Bukan tanpa sengaja wanita paruh baya itu melakukannya. Ia sedang bersemangat ingin mendapatkan cucu yang disambut senang oleh Revandan dibenci Keira.
Bagi gadis belia berusia dua puluh satu tahun itu, ini tidak lebih dari pernikahan paksaan. Ia merasa diperlakukan seperti barang yang digunakan untuk melunasi hutang keluarga.
"Kamu sudah selesai?" tanya Revan, nadanya begitu lirih, datar dan terkesan dingin. Kenapa ia tiba-tiba berubah?
"Ya, memangnya kenapa? Kau menginginkan tubuhku? Maka lakukan! Aku milikmu sekarang, kamu bebas memperlakukan aku bagai manapun, seperti apapun," geram Keira, merasa kesal.
Revanmenyipitkan matanya dan duduk di dekat Keira, "Tidak, aku akan melakukan jika nanti kamu sudah menerimaku. Lebih baik aku tidur dengan wanita asing, daripada harus tidur dengan wanita yang kucintai tapi membenciku!"
"Keterlaluan! Jangan harap aku mau disentuh jika kau berani menodai pernikahan ini!" ancam Keira.
Revantersenyum kecut. Ia menghampiri Keira, bibirnya komat-kamit membaca do'a lalu meniup puncak kepala gadis itu dan mendaratkan kecupan mesra.
Keiramematung dan memejamkan matanya. Jantungnya berdegup kencang, seluruh tubuhnya seperti dialiri listrik, bibirnya seakan ingin menolak. Tapi batinnya menginginkannya lebih lama.
'Jangan lepaskan'. Batin Keira
Sialnya Keiratidak bisa menahan diri setiap kali Revanmendekat. Aroma parfumnya yang khas, tatapan matanya yang tajam mengiris, tangan kekarnya yang begitu hangat ketika mengungkung tubuh, entah kenapa ia mulai terbiasa dengan hal itu.
"Keira, tidurlah!" perintah Revanmembuyarkan lamunannya dalam sekejap.
"Ini tidak adil bagiku, sejak kapan kalian merencanakan pernikahan ini?" tuduh Keirasambil mendongakkan kepalanya menatap sendu.
"Maaf," balas Revan, cepat.
"Sejak kapan?" tanya Keirasetengah memaksa, tatapan matanya berubah mengintimidasi.
"Sejak Om Irawan hidup. Beliau sendiri yang melakukan perjanjian dengan kedua orang tuaku," terang Revansambil membalas tatapan Keiratanpa kedip.
Mata Keiramengerling perlahan, hatinya seolah hancur. Ia bahkan tidak menduga jika ternyata Revansudah mengenalnya sejak lama.
Diam-diam dalam pertemuan bisnis, Irawan yang merupakan ayah kandung Keiramemberikan foto Keirauntuk dijodohkan dengan Revan.
Namun, hanya Raihandan Revanyang mengetahui hal ini. Sementara Maggie tidak mengetahui perihal apapun tentang kesepakatan keluarga Keira.
"Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu," ujar Revanyang kemudian menata alas di samping ranjang, tepat di bawah Keiraakan tidur.
"Kenapa? Apa aku kurang menggoda seperti wanita diluar sana yang menurutmu lebih pantas kau tiduri meski hanya satu malam saja?" Mata Keiramemerah dan bibirnya bergetar ketika berucap.
"Kau marah? Dengar—"
"Apa lagi yang harus ku dengar? Hidupku hancur! Kenapa kamu pura-pura menolongku jika ternyata ingin menjebak dalam pernikahan ini?" cecar Keira, ia terus terisak membuat Revantidak tega melihatnya.
Revanmeraih tengkuk istrinya, kemudian ditenggelamkan dalam dada bidangnya. Kemejanya nyaris separuh basah oleh air mata. Tapi pelukan itu semakin ia eratkan.
"Maaf," ucapannya lirih. Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan saat itu.
Belum pernah ia main hati seperti pada Keira. Ia cenderung cuek dan bersikap sesuka hati. Entah kenapa, ada rasa sakit setiap kali melihat Keiramenangis di depannya.
Bip Bip Bip Bip
Ponsel Revanterus berbunyi. Ia menyesal tidak mengubah mode senyap sebelum memasuki kamar.
Ia memicingkan matanya mencari dari mana suara itu berasal. Sial. Ponsel tersebut pasti tergeletak ke suatu tempat tapi meski sudah dibantu Keirabelum juga ditemukan.
Suaranya terdengar dekat. Tapi wujudnya tidak ditemukan. Keiraterus mencari dengan melemparkan bantal-bantal hingga berserakan di lantai. Ah ternyata terselip disela kasur. Mungkin ketika ia duduk tadi lupa meletakkan di sana.
AlanCalling
"Halo Vic, bolehkah aku berbicara dengan Keirasebentar saja. Ponselnya mati. Mungkin masih kesal denganku," sahut pemilik suara di seberang sana.
"Iya, tapi jangan lama-lama. Kami butuh waktu berdua 'kan?" Revanmencoba mencairkan suasana yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.
Revanmenyerahkan ponselnya pada gadis mungil yang kini menyandang status sebagai istrinya.
"Iya Kak, aku sudah bayar lunas segala hutang keluarga 'kan? Atau masih kurang? Aku akan bekerja keras untuk membayarnya," ucapan Keiraterdengar menyayat hati di telinga pendengarnya.
Alanmenepuk jidatnya sendiri, ia lupa menutup pintu kamar hotel adiknya tadi saat sedang berbincang dengan Raihandan Revanmengenai hutang keluarganya.
"Iya, masalah itu … ummm … maafkan kakak. Revanadalah lelaki yang tepat untuk menjaga kamu, Keira. Sebab, kamu tidak cocok dengan Bram," jawab Alan sambil fokus menatap laptop, mengecek email yang masuk.
Ia juga masih menginap di hotel yang sama. Berharap keesokan harinya bisa bertemu dengan adiknya dahulu sebelum bertolak ke Bali. Turut sertanya ke Bandung, sudah diatur Raihandan juga Revansehari sebelumnya tanpa sepengetahuan Keira.
"Mungkin ini adil bagi Kakak, tapi tidak bagiku! Aku manusia yang juga punya perasaan. Aku tahu selama ini selalu menyusahkan, tapi … tidakkah bisa memberiku kesempatan untuk hidup mandiri?"
Alanhanya menelan ludah mendengar cecaran Keiraatas sikapnya. Mungkin maksud dan tujuannya baik, tapi berbeda jika posisinya ada pada sang adik. Ia sangat mengerti jika gadis itu kecewa. Tapi apa boleh buat, ia juga harus melaksanakan amanat sang ayah.
"Kakak harus bagaimana? Agar kamu bisa memanfaatkan?" tanya Alanbingung.
"Tak ada yang harus dilakukan, terimakasih sudah memberiku kehidupan baru," balas Keira. Kemudian ia memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
Setelah itu, Keiramemberanikan ponsel pada pemiliknya. Revanmeraih dan menggenggam erat tangan istrinya.
"Jika mungkin, aku ingin menanggung seluruh bebanmu. Maafkan aku," ucapnya kemudian menuju kamar mandi.
Keirahanya diam mematung dengan kepala tertunduk dan bulir yang mulai menetes di pipinya.
'Baik, kamu sendiri yang ingin. Aku akan tidur lebih dulu'. Batin Keira.
Ia ingin membalas setiap kata dan sikap Revanpadanya. Gadis itu memiliki cara tersendiri untuk memberi perhitungan pada pria yang berani mempermainkan takdirnya.
Keirasegera berbaring, menarik selimut hingga seluruh tubuhnya terbenam. Hanya rambutnya saja yang menyembul keluar.
Revanduduk disebelah Keirayang mungkin sudah terlelap. Ia kemudian berbaring sambil tersenyum sumringah. Ia justru memilih menghabiskan malam pertamanya dengan tidur di lantai beralaskan karpet berbulu lembut dan juga seprei.
Sudah berbagai posisi ia coba. Mirip, tengkurap, dan juga menengadah, hasilnya sama tidak bisa tidur.
"Keira, apa kamu sudah tidur? Ayolah, jangan bercanda," ucapnya sambil menggoyangkan tubuh istrinya.
Tidak bergerak. Revan sedikit kecewa. Ia rupanya ingin menghabiskan malam dengan berbincang, agar saling mengenal satu sama lainnya. Tapi hasilnya nihil. Dan mengecewakan.
Revanberpindah duduk di samping Keiradan mendekatkan wajahnya, "Keira, kamu tadi penasaran kenapa aku belum menginginkanmu bukan? Dan kamu tidak puas dengan jawabanku."
"Aku tidak ingin dituduh pedofil, kamu sangat cantik. Tapi terlalu muda untukku. Dan aku tidak ingin memaksa," ujar Revansambil mengelus puncak kepala Keirayang masih menyembul.
— To Be Continued