Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Rian hanya menggeleng kepala dan menerima ajakan sasha untuk mampir ke restoran terkenal di kota Adana itu.
Rian dan Sasha sudah sampai di restoran Adana.
Setelah kejadian di rumah Rian, Sasha tampak semakin dekat dengannya. Hari ini, ia mengajak Rian ke sebuah restoran terkenal di dekat situ, Restoran Adana, tempat yang biasanya hanya dikunjungi orang-orang dari kalangan atas.
Begitu mereka duduk, seorang pelayan dengan sopan menyambut mereka.
"Selamat datang, Miss Sasha. Apa Anda ingin menu spesial hari ini?"
Rian sempat melirik ke arah Sasha, yang hanya tersenyum santai. Sepertinya dia sering ke sini.
"Pesan saja seperti biasa," ucap Sasha santai, lalu menatap Rian. "Kamu mau pesan apa?"
Rian, yang sedikit canggung karena tak terbiasa dengan tempat seperti ini, akhirnya memilih menu yang terlihat normal—tanpa melihat harganya.
Saat mereka menunggu pesanan, Sasha mengeluarkan ponselnya dan mulai berbicara.
"Rian, aku ada tawaran buat kamu."
"Eh?" Ucap Rian menatapnya heran.
"Tawaran apa?" Lanjutnya
Sasha tersenyum tipis. "Bekerja denganku"
"Maaf sha, aku baru berkerja di toko punya nadia, engga mungkin aku langsung ngundurin diri dari kerjaan itu, dan aku gak mau bergantung padamu Sha" Ucap Rian menolak ajakan Sasha.
"Oke, kalau kamu merasa tertarik, silahkan hubungi atau chat saja, pintunya selalu terbuka haha" Canda Sasha.
Mereka terus mengobrol dan bercanda ria, setelah beberapa saat sasha mengantarkan pulang rian dan membawakan makanan untuk ibunya rian padahal udah ia tolak namun sasha memaksa dan ia hanya bisa pasrah saja.
- Di sisi lain
Saat mobil Sasha melaju pergi, Namun, tanpa ia sadari, di seberang jalan, terdapat mobil fortuner yang biasa dikendarai oleh nadia berdiam di bawah cahaya lampu jalanan toko milik ayahnya itu.
Matanya sedikit membelalak saat melihat mobil mewah itu menjauh. Lebih tepatnya, melihat siapa yang ada di dalamnya, yaitu Rian memasuki mobil itu.
Jemarinya menggenggam setir mobil nya dengan erat, sementara pikirannya berputar.
"Ngapain, mereka berdua…?" gumamnya pelan.
Ia tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu yang menusuk perasaannya saat melihat Rian bersama Sasha. Bukan hanya sekadar naik mobil bersama, tapi cara Sasha menatap Rian, cara mereka berbicara dengan begitu santai… seolah ada kedekatan yang lebih dari sekadar teman biasa.
Nadia sangat penasaran siapa yang sedang bersama rian di mobil mewah tersebut dan menyuruh bawahan ayahnya untuk mencari
informasinya dan nadia kembali ke kediaman mansion mewahnya dan saat ini dia sedang duduk diam di kamarnya, tatapannya tertuju pada ponselnya yang menampilkan informasi tentang SMA Adana yang diberikan oleh bawahan ayahnya.
Sekolah itu memang bukan tempat asing baginya, sebagai anak kedua terkaya di Kota Adana, tentu ia tahu siapa saja yang menguasai dunia bisnis di kota ini.
Dan Sasha? Dia adalah anak pertama dari keluarga bisnis nomor satu di Kota Adana.
"Jadi… dia sekelas sama Rian sekarang?, sudah lama kita tidak bertemu." gumamnya pelan, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme tak beraturan.
Nadia sejak awal tidak tertarik masuk ke SMA Adana. Ia memilih SMA Adina, sekolah yang juga elit, tapi lebih fleksibel dibanding SMA Adana yang penuh dengan gengsi dan status sosial.
Tapi sekarang… pikirannya mulai berubah.
"Kalau Sasha ada di dekat Rian setiap hari, aku nggak bisa diam saja."
.
Nadia menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa kesal yang tiba-tiba muncul. Ia tidak tahu kenapa, tapi melihat Rian dengan Sasha di dalam mobil mewah itu membuat hatinya terasa panas.
"Kenapa sih dia bisa sedekat itu sama Sasha?" pikirnya, langkahnya semakin cepat di trotoar yang sepi. "Bukannya dia selalu menolak bantuan orang kaya? Tapi kenapa kalau dari Sasha dia terima?"
Nadia menghela napas kasar. Rasa kesal itu bercampur dengan sesuatu yang lebih dalam sesuatu yang selama ini ia coba abaikan.
Ia sadar sejak awal bahwa Rian bukan tipe orang yang mudah menerima bantuan. Bahkan ketika ia sendiri mencoba membantunya, Rian selalu menolak dengan alasan ingin mandiri. Tapi kenapa dengan Sasha…?
"Apa dia lebih percaya Sasha dibanding aku?" gumamnya, suaranya hampir bergetar bercampur dengan tangisan.
Tangan Nadia mengepal erat. Ia ingin membuang jauh-jauh perasaan ini, tapi entah kenapa, semakin ia mencoba, semakin hatinya terasa berat.
Saat itu, satu tekad muncul dalam pikirannya.
"Kalau Sasha bisa dekat dengannya, kenapa aku nggak?"
Tanpa berpikir panjang, ia mengambil ponselnya dan menghubungi ayahnya.
"Papa… aku mau pindah sekolah ke SMA Adana."
Di sisi lain telepon, ayahnya terdengar terkejut. "Kenapa tiba-tiba? Bukannya kamu suka di Adina?"
Nadia menghela napas. "Aku punya alasan sendiri. Bisa nggak pa?"
Sejenak, ada keheningan. Lalu, papanya tertawa kecil dan menjawab
"Tentu saja bisa. Lagipula, sekolah itu juga ada di bawah pengaruh bisnis temen ayah. Kamu mau masuk kelas elite, kan?"
"Nanti bisa papa minta tolong kepadanya." Lanjutnya.
Nadia tersenyum kecil. "Ya, kelas elite. Aku ingin sekelas dengan Rian." ucap Nadia
Ayahnya terdengar semakin tertarik. "Oh? Anak yang kemarin pernah menyelamatkan kamu?"
Nadia tak menjawab, hanya tersenyum.
"Baiklah. Aku akan mengurus kepindahanmu besok." Jawab papanya.
- Keesokan harinya -
Rian terbangun dari tidurnya yang nyenyak karena dibangunkan oleh mentari pagi yang bersinar di kamar sederhananya tersebut.
Rian hari ini bersemangat sekali ke sekolah karna uang tabungannya sudah mencapai
Rp. 270.000 yang mana pada hari biasanya ia hanya bisa menabung Rp.50.000 saja karena untuk membiayai kehidupan ia dan ibunya.
Rian berjalan ke arah sekolahan nya dan tibalah di dalam kelas elite.
Tring...
Tring..
Tring...
Guru sejarah memasuki kelas.
Di depan kelas elite, seorang gadis berambut cokelat panjang berdiri anggun, mengenakan seragam khusus yang hanya dimiliki oleh para siswa elite SMA Adina.
"Anak - Anak kita kedatangan siswi baru, kalian bersikap baiklah pada dia" Ucap Guru Sejarah
"Nak, silahkan masuk" lanjutnya.
Nadia membuka pintu ruang kelas elite itu dan ia berjalan pelan.
"Silakan perkenalkan diri nak," ujar wali kelas dengan ramah.
Gadis itu tersenyum tipis, lalu menatap seisi kelas dengan percaya diri.
"Perkenalkan, namaku Nadia Bert. Senang bertemu dengan kalian semua."
Ruangan seketika dipenuhi bisikan.
"Nadia Bert? Anak pebisnis ke-dua di kota ini?"
"Bukannya dia sekolah di Adina? Kenapa pindah?"
Rian, yang sedang duduk di bangkunya, langsung terkejut. "Nadia…?"
Sasha yang duduk di sebelah Rian pun langsung merasakan ada sesuatu yang aneh. Tatapannya menyipit, dan ia menoleh ke arah Rian, yang masih menatap Nadia dengan ekspresi bingung.
"Kenapa dia ada di sini?" gumam Rian pelan, cukup hanya untuk didengar oleh Sasha.