Sovia dan Angga baru menikah beberapa Minggu, ayah Angga kemudian menikah dengan seorang wanita yang usianya sana seperti Angga. pernikahan Sovia di penuhi kebahagiaan, namun setahun setelah itu tiba-tiba banyak kejadian yang mencurigakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inggrid memijat Angga.
Sore itu Angga yang baru pulang dari bekerja nampak dia begitu lelah, tubuhnya seperti habis dihantam ribuan batu. Angga melangkah menuju ruang tamu, setelah itu dia nampak terduduk dengan tubuh yang benar-benar lelah luar biasa.
"Mas Angga baru pulang?" tanya Erna yang melihat Angga duduk di ruang tamu sembari merebahkan tubuhnya.
"Ya Erna, aku baru pulang. Tadi aku habis bertemu dengan beberapa klien." jawab Angga. Kedua matanya nampak terpejam tanpa bisa terbuka.
"Dari tadi mbak Sofia terus menanyakan mas Angga, apalagi sekarang sudah pukul sembilan malam. Mbak Sofia benar-benar mengkhawatirkan mas Angga." ucap Erna.
"Iya, tadi aku sudah memberitahu istriku kalau aku pulang malam. Aku kira tadi pulang habis salat magrib, tapi nyatanya pertemuannya sedikit lambat." jawab Angga.
"Oh ya mas Angga, apa mas mau aku buatkan kopi biar matanya bisa melek begitu?" tanya Erna.
"Kamu tahu kan Erna, aku tidak suka sama kopi, kalau aku habis minum kopi mulutku rasanya pahit." jawab Angga.
"Apa aku buatkan wedang jahe?" tanya Erna kembali.
Mendengar itu Angga menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, aku buatkan dulu ya mas, lebih baik mas Angga langsung ke kamar saja. Kasihan Mbak Sofia dari tadi terus mencari mu." kata Erna.
"Iya, sebentar aku mau meluruskan punggungku dulu, Erna. Sebentar lagi aku menemui istriku." jawab Angga.
Setelah Erna pergi terlihat si buaya betina berkepala buntung datang mendekati Angga, Inggrid tersenyum saat menatap Angga tertidur di sofa panjang ruang tamu. "Kamu benar-benar sangat menggoda, seharusnya kamu itu lebih pantas jadi suamiku daripada jadi suami wanita cacat itu." gumam Inggrid dalam hati. Inggrid terus menatap Angga, sesaat kemudian wanita itu memberanikan diri memijat kepala Angga perlahan.
Angga yang merasakan pijatan itu seolah dia mengingat sang istri, Angga tersenyum nampak dia merasa sedikit rileks. "Terima kasih sayang, kamu selalu memijat ku jika aku pulang." ucap Angga. Dia lupa kalau Sofia tidak bisa berjalan, rasa rindu yang begitu luar biasa itu membuat Angga menikmati pijatan yang diberikan oleh Inggrid.
Namun sesaat kemudian tiba-tiba saja Erna sudah berada di sana, dia menatap Inggrid yang sedang memijat kepala Angga. "Mas Angga, apa yang kamu lakukan?!" tanya Erna.
Angga membuka matanya, dia menatap Erna yang ada di depannya, setelah itu betapa terkejutnya Angga ketika melihat Inggrid ada di atas kepalanya. Tangannya memijit kepalanya yang sedikit pusing itu. "Apa yang kamu lakukan?!" seru Angga.
"Memangnya apa? tadi kan aku memijat mu." jawab Inggrid.
"Dasar wanita tidak tahu diri." kata Angga yang kemudian langsung pergi.
Erna yang menatap Inggrid tatapan mata itu seolah ingin mengatakan kalau Inggrid adalah wanita tidak tahu diri.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? apa kamu mau aku pecat!" ujar Inggrid yang membuat Erna bergegas pergi mengikuti Angga ke kamarnya.
"Mas Angga." panggil Erna.
"Iya, ada apa Erna." jawab Angga.
"Mas kok bisa sih kamu sampai dipijit wanita itu?" tanya Erna.
"Ya ampun Erna, maaf aku tadi merasa istriku yang memijit, soalnya biasanya dia yang selalu melakukannya jika aku pulang kerja." jawab Angga.
"Apa mas lupa kalau mbak Sofia itu tidak bisa berjalan, mas Angga ini bagaimana sih kok tidak bisa menjaga diri? mas tahu kan wanita itu wanita ular, jangan sampai mas Angga itu masuk ke perangkatnya. Bisa-bisa Mbak Sofia itu kecewa sama mas." Erna berusaha untuk memperingatkan Angga.
"Iya Erna, maaf ya. Oh ya mana wedang jahenya, aku mau meminumnya." ucap Angga yang kemudian mengambil wedang jahe yang baru dibuatkan oleh Erna.
Setelah Angga masuk Erna nampak terus menggerutu panjang lebar, pasalnya dia melihat Inggrid terus berusaha untuk mendekati Angga. "Wanita itu benar-benar tidak tahu malu sama sekali, dia itu lahir dari wanita atau dia lahir dari kerbau ya." ucap Erna yang kemudian pergi ke dapur.
Malam itu Inggrid nampak tersenyum begitu bahagia, karena dia bisa melihat wajah Angga yang nampak begitu menikmati pijatan yang dia berikan. Sedangkan Angga sendiri yang berada di kamar, nampak dia menatap sang istri. Dari tadi Sofia tidak tidur menunggu suaminya pulang.
"Kamu sudah makan mas?" tanya Sofia.
"Belum sayang, mas belum makan. Tapi tadi sore sudah makan sama teman-teman kantor, kalau sekarang mas belum makan." jawab Angga.
"Mas minta ambilkan Erna atau si mbok deh, maaf ya mas aku tidak bisa berbakti sama kamu. Aku tidak bisa melayanimu." ucap Sofia dengan raut wajah yang begitu sedih.
"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, sayang. Kamu adalah istri yang sangat luar biasa, kamu adalah wanita yang begitu setia padaku." jawab Angga yang kemudian memberikan pelukan kepada Sofia. Hal itu membuat Sofia sedikit tenang. "Aku mandi sebentar ya, setelah itu mas mau ambil makanan. Kamu sudah makan belum? mas yakin kalau kamu belum makan, kebiasaanmu itu selalu menunggu mas pulang untuk makan bersama kan?" lanjut Angga.
Sofia menganggukkan kepalanya, dia nampak tersenyum menatap suaminya. Angga masuk ke dalam kamar mandi dia menghela nafasnya begitu dalam, dalam hatinya dia berharap sang istri tidak mendengar apa yang barusan dilakukan oleh Inggrid. Angga tidak ingin Sofia berpikir yang tidak tidak, setelah Angga membersihkan tubuhnya dia menggendong Sofia ke dapur untuk menemaninya memasak.
"Kamu mau mas masakan apa sayang?" tanya Angga.
"Nasi goreng saja mas, yang simpel saja. Nanti buatkan telur dadar atau telur mata sapi." jawab Sofia.
"Ya sudah, kamu duduk manis di situ, mas mau buatkan makanannya. Oh ya, kamu mau mas buatkan teh hangat atau es teh?" tanya Angga kembali.
"Air dingin saja mas." jawab Sofia.
"Mas Angga, kenapa tidak memanggilku? kan bisa aku buatkan makanan atau aku hangatkan makanan." Erna yang baru keluar dari kamarnya.
"Tidak apa-apa Erna, aku mau membuatkan nasi goreng untuk istriku." jawab Angga.
Ketiga orang itu akhirnya di dapur, namun sesaat kemudian Inggrid yang dari tadi tidak bisa tidur karena terus memikirkan wajah Angga. Dia memutuskan untuk ke dapur mengambil air dan beberapa makanan, namun ketika dia berada di dapur dia menatap Angga yang sedang memasak. Inggrid nampak tersenyum lebar, namun sesaat kemudian senyum itu langsung luntur saat dia tahu di dapur itu Angga tidak sendirian di sana ada Sofia dan Erna. Padahal barusan Inggrid sudah memikirkan untuk memberi kejutan Angga memeluknya dari belakang.
"Nyonya Inggrid, apa yang nyonya lakukan di dapur?" tanya Erna ketika melihat Inggrid di sana.
"Ini kan dapur, ya tentu saja aku mau ngambil minum atau mau mengambil makanan." jawab Inggrid dengan nada sedikit kesal.
*Bersambung*
terima kasih atas dukungannya semoga kalian senang dengan novelku ini. jangan lupa baca novelku yang lain.
*istri barbar bos mafia*
*My sugar Daddy.
*Sugar baby tuan muda lumpuh*