Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 24 - Tidak Mau Ikut
Pukul setengah satu siang, Debby terlihat mengunjungi rumah sakit tempat Naomi bekerja. Sesuai dengan rencana, siang itu mereka memiliki janji makan siang bersama di kantin rumah sakit.
Kedatangan Debby yang bertepatan dengan jam istirahat Naomi membuat Debby tidak terlalu lama menunggu Naomi menghampiri dirinya ke kantin rumah sakit.
“Capek banget sepertinya Bu Dokter!” Seru Debby saat Naomi baru saja duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
Naomi membuang napas kasar di udara sebelum menjawab perkataan Debby. “Beneran capek banget. Hari ini aku menangani beberapa pasien yang kondisinya cukup mengkhawatirkan.” Balas Naomi.
Debby mengulas senyum. Dia sebenarnya kasihan pada Naomi yang harus bergelut dengan banyaknya penyakit pasien setiap harinya. Namun, Debby juga salut karena Naomi bisa mengerjakan tugasnya dengan setulus hati.
“Oh ya, apa mau kamu tanyakan kepadaku?” Tanya Debby saat keduanya baru saja selesai memesan makanan. Debby teringat dengan perkataan Naomi tadi malam yang mengatakan ingin mempertanyakan sesuatu yang penting pada dirinya.
Naomi tak langsung menjawab. Dia meragu untuk mempertanyakannya pada Debby. Melihat keraguan di wajah Naomi, membuat Debby kembali bersuara.
“Naomi, ayo jawab pertanyaanku!” desak Debby.
“Iya-iya. Dasar cerewet!” Balas Naomi sebal.
Debby tak menyahut. Dia masih menunggu jawaban dari Naomi. Membuat Naomi menghela napas dan perlahan melontarkan pertanyaan pada Debby.
“Debby, kenapa selama ini kamu tidak pernah bercerita kepadaku tentang Melvina?” Tanya Naomi.
Debby terkesiap. Tidak menyangka kalau Naomi akan mempertanyakan hal itu pada dirinya. “Kamu udah ketemu sama dia?” Tanya Debby. Naomi pun mengangguk membenarkan perkataan Debby. “Aku bukannya gak mau menceritakan tentang dia sama kamu. Tapi aku pikir gak ada manfaatnya kalau aku ceritain masalah dia sama kamu. Apa lagi saat itu kamu beneran udah gak mau lagi membahas hal apapun tentang Gilang.” Jelas Debby.
Naomi terdiam. Dia mengerti alasan Debby melakukannya. Naomi pun tidak ingin terlalu mempermasalahkannya.
“Kenapa kamu mempertanyakan Melvina kepadaku? Apa kamu tidak suka melihat dia menjadi bagian dari keluarga Gilang?” Tanya Debby.
“Bukan seperti itu. Aku cuma kaget aja mendengar Mama Ruby mengangkat seorang wanita menjadi anaknya. Dan dari yang aku lihat dia dan Gilang terlihat dekat sekali.” Balas Naomi.
Lidah Debby berdecak. Dia jadi teringat dengan kedekatan antara Gilang dan Melvina beberapa tahun belakangan ini.
“Begitulah. Melvina itu dekat banget sama Gilang. Dia bahkan pandai banget buat Gilang tersenyum setiap berada di dekatnya. Awalnya sih aku biasa aja melihat kedekatan mereka. Tapi semakin ke sini, rasanya semakin aneh aja melihat sikapnya pada Gilang yang bukan seperti seorang adik pada kakaknya.” Kata Debby.
Naomi terdiam. Ternyata Debby juga memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya. Debby yang menyadari sudah kelepasan bicara seketika menutup mulut dengan telapak tangannya.
“Astaga, ngapain aku ngomong begitu sama Naomi. Kamu ini gimana sih Debby!” Gerutu Debby dalam hati.
“Naomi, maksudku bukan seperti itu.” Debby segera bersuara untuk menetralkan kecanggungan di antara mereka.
Naomi mengulas senyum. “Kenapa kamu kelihatan gak enak hati begitu? Aku gak mempermasalahkannya kok. Lagian aku juga udah lihat sendiri kedekatan mereka.” Kata Naomi.
“Apa kamu gak suka melihat kedekatan mereka? Kalau benar begitu, aku bisa memperingatkan Melvina agar menjaga jarak dengan Gilang. Apa lagi mereka bukannya saudara kandung. Rasanya tidak etis sekali kalau sikapnya masih seperti itu pada Gilang!”
Naomi seketika menggelengkan kepala. Dia tidak menyetujui niat Debby untuk memberikan peringatan pada Melvina. “Tidak usah, Debby. Aku mengerti kalau Melvina itu udah anggap Gilang sebagai kakaknya sendiri. Jadi, tidak ada yang salah kok jika mereka dekat.” Kata Naomi. Dia tidak ingin merusak hubungan Melvina dan Gilang hanya karena perasaannya sendiri.
Debby tak mengeluarkan suara. Namun, hatinya sudah berisik saat ini.
“Naomi, asal kamu tahu aja alasan aku mendekatkan kamu dengan Gilang di desa waktu itu karena aku mau kamu dan Gilang bisa dekat lagi dan aku takut kalau Gilang jatuh hati pada Melvina karena aku merasa kalau Melvina itu bukannya menganggap Gilang sebagai kakaknya. Melainkan seorang pria yang dia suka.” Kata Debby dalam hati.
Karena tidak ingin membuat masalah nantinya, Naomi memohon pada Debby agar tidak melakukan niatnya untuk menjauhkan Gilang dari Melvina atau sekedar memberikan peringatan pada Melvina agar menjauh dari Gilang.
“Awas saja kalau dugaanku benar kalau sebenarnya Melvina itu ingin memiliki Gilang sebagai suaminya. Aku tidak akan tinggal diam meski nantinya aku akan bertentangan dengan Tante Ruby karena dia selalu saja berusaha untuk membela Melvina.” Gumam Debby dalam hati.
Naomi yang saat ini terlihat memasang wajah baik-baik saja sebenarnya juga sedang berbicara sendiri dalam hati. Meski dia mengatakan tidak mempermasalahkannya. Namun, hatinya tidak dapat dibohongi kalau sebenarnya dia sangat tidak menyukai jika ada wanita lain yang berusaha dekat dengan suaminya.
**
Pukul lima sore, Gilang terlihat sudah berada di depan rumah sakit menunggu Naomi. Karena tak kunjung melihat kedatangan Naomi, Gilang segera menelefon Naomi untuk mempertanyakan keberadaan wanita itu.
“Ngapain kamu menjemputku ke sini? Aku bisa kok pulang sendiri tanpa harus dijemput.” Kata Naomi saat panggilan telefon sudah terhubung dengan Gilang.
Wajah Gilang nampak kesal mendengar perkataan Naomi. “Pulang sendiri atau pulang dengan pria itu yang kamu maksud?” Ketus Gilang. Sudah baik dia datang menjemput Naomi saat ini. Namun, niat baiknya tidak disambut dengan baik oleh Naomi.
Naomi kembali dibuat heran dengan perkataan Gilang. Dari pada berdebat, Naomi memilih mematikan sambungan telefonnya dan segera menemui Gilang yang katanya sudah menunggunya di depan rumah sakit.
“Lama sekali!” seru Gilang saat Naomi baru saja masuk ke dalam mobilnya.
“Kenapa harus marah? Aku kan gak ada minta kamu menjemputku. Jadi kalau aku lama, jangan menyalahkan aku!” Balas Naomi. Wajahnya kelihatan jutek sekali menjawab perkataan Gilang. Memangnya Gilang saja yang bisa bersikap begitu padanya. Naomi juga bisa.
Gilang tak lagi mengeluarkan suara dari pada berdebat semakin lama dengan Naomi. Dia memilih melajukan mobil miliknya menuju kediaman orang tuanya tanpa meminta persetujuan Naomi lebih dulu.
“Kamu mau membawaku kemana? Ke rumah orang tua kamu lagi?” Tanya Naomi saat menyadari jalan yang mereka lewati bukanlah jalan menuju rumah mereka.
“Ya. Memangnya kenapa? Bukannya kamu udah dengar kemarin kalau sore ini kita bakalan berkunjung ke rumah orang tuaku lagi?” Tanya Gilang heran.
Naomi sontak menggelengkan kepala. “Aku gak bisa untuk ke sana lagi sekarang. Aku lagi gak enak badan dan mau segera istirahat di rumah!” Tolak Naomi. Sebenarnya dia bukan sedang sakit saat ini. Namun, Naomi rasanya enggan untuk bertemu dengan Melvina kembali. “Kalau kamu tetap mau pergi ke rumah orang tuamu silahkan. Aku gak melarang. Tapi jangan memaksaku untuk ikut denganmu!” Tegas Naomi tak ingin menurut dengan keinginan Gilang.
Gilang dibuat bungkam. Tanpa merespon perkataan Naomi, dia sudah memutar kemudinya ke arah jalan menuju rumah mereka.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya