Perjalanan hidup seorang wanita bernama Ayesha yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari keluarga sang suami yang penuh dengan toxic. Berbagai hinaan dan cacian dari keluarga suami sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski begitu, tak sedikitpun suaminya mau membelanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.
Dan demi sebuah kata bakti, sang suami tega mencampakkan anak istrinya. Bahkan dia berani bermain hati dengan wanita idaman lain.
Akankah Yesha, bertahan dalam keluarga toxic suaminya?
Atau menyerah, dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Ikuti terus cerita ini ya,
Dan jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Dika
Bu Dian dan bu Erina sangat terkejut dengan penuturan dari Abhi. Benar-benar di luar nalar mereka berdua.
"Bagaiman bisa itu terjadi?" Tanya bu Erina kepada anaknya itu.
Akhirnya Abhi menceriitakan kejadian kemarin saat dia hendak pulang kerja. Tiba-tiba kepalanya pusing dan fokusnya sedikit menghilang, jadi hampir menyerempet Yesha yang sedang berboncengan dengan anaknya. Tapi syukurnya Yesha tidak sampai jatuh. Dan dia juga memberikan minuman kepada Yesha dan anaknya karena tahu mereka pasti sangat ketakutan.
"Jadi seperti itu ceritanya," Kata bu dia setelah mendengar cerita dari Abhi.
"Ini bukan salahmu nak, mungkin memang ada seseorang yang tidak suka dengan Yesha. Jadi, dia menggunakan kesempatan ini utuk memfitnah Yesha." ujar mama Erina.
"Benar, dan jauh dari lubuk hatiku, aku bersyukur kalian bertemu dan menimbulkan kesalah pahaman itu. Karena akhirnya Yesha bisa lepas dari suami yang tidak bertanggung jawab dan keluarga toxicnya."kata bu Dian yang merasa sangat senang, akhirnya Yesha sudah bisa keluar dari keluarga yang beracun.
"Ya, selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian." uajar mama erina lagi.
"YA, udah Dian. Aku pamit dulu. Karena Abhi harus bekerja, aku sengaja menyuruhnya menjemput, karena sopir sedang menjemput Jihan pulang dari kampus.
"YA sudah. Hati-hati Rin. Sering-sering mampir kemari kalau ada waktu senggang.
Kedua sahabat paruh baya itu pun berpelukan, dan akhirnya mereka berpisah.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Yesha yang sudah sampai rumahnya di sambut dengan teriakan melengking dari sang anak yang sejak tadi menanyakan keberadaannya kepada bi Sumi ataupun Lusi.
Aksa langsung berlari menemui ibunya yang baru saja memarkirkan motornya, dan langsung memeluk nya dengan posesif.
"Ada apa, nak? " tanya Yesha yang merasa aneh dengan sikap Aksa.
"Aksa takut ibu pergi ninggalin Aksa. " rengek Aksa.
"Nggak mungkin dong, sayang. Aksa adalah satu-satunya yang ibu miliki di sini. Jadi nggak mungkin ibu ninggalin Aksa begitu saja." Yesha menjelaskan pada anaknya itu, kalau dia akan selalu bersama Aksa.
"Ayo masuk, ibu sudah capek banget ini. " Yesha lalu menggandeng lengan Aksa untuk mengikutinya masuk ke dalam.
Di dalam rumah, terlihat Lusi yang masih mengepak barang-barang yang ikut pengiriman hari ini.
"Hari ini banyak orderan ga Lus? " tanya Yesha berbasa basi.
"Alhamdulillah lumayan mbak, tapi stok kita sudah hampir habis. Mbak kalau ada uang buruan order, takut kita ketinggalan model nanti. " kata Lusi.
"Iya nanti aku orderin. Aku istirahat dulu ya, Lus. capek banget ini. "
Iya mbak. "
Yesha masuk kamar bersama Aksa yang di gandengnya, Mereka akan tidur siang hari ini, karena Yesha juga merasa kelelahan setelah dari toko bu Dian dan mampir di beberapa tempat.
*************
Di tempat kerja Dika.
Violet, saat ini sedang duduk berhadapan dengan Dika. Dia ingin menanyakan kejelasan hubungannya dengan Dika yang masih abu-abu.
"Mas, bagaimana? Apakah kau sudah mengurus perceraian mu dengan Yesha?" tanya Violet.
"Belum, aku masih belum melakukan apapun." jawab Dika santai, karena dia berfikir akan mencari Yesha lebih dulu dan bicara baik-baik dengannya.
"Apa sih yang kamu tunggu? Nunggu aku hamil, baru kamu menikahi ku, gitu. " ucap Vio dengan kesal. Karena Dika sama sekali tidak segera bertindak.
"Sabarlah, Vio. Aku pasti akan menceraikan Yesha secara resmi. "
"Terserah padamu. "
Lalu Dika keluar dari ruangan atasannya itu menuju ruangannya. Sudah dua hari ini Dika mecari keberadaan Yesha, tapi tidak juga ditemukan. Sebenarnya dimana Yesha bersembunyi? sampai-sampai dia sulit mencarinya. Bahkan Dika sudah mencari dan menanyakan dimana keberadaan Yesha di toko tempatnya bekerja. Namun mereka tidak tahu, karena sejak tiga bulan terakhir ini Yesha sudah tidak bekerja di sana. Lalu dimana Yesha selama ini bekerja?
Inilah yang disesali Dika saat ini, dia tidak pernah tau kegiatan Yesha di luar sana dan tidak pernah peduli dengan apa yang terjadi pada anak dan istrinya itu. Bahkan sekolah Aksa saja dia tidak tau. Benar-benar pria yang jauh dari kata idaman.
"Di kantor didesak Vio, di rumah ibu yang menyuruh ku segera mengurus surat perceraian. Tidak bisakah aku kerja dan tinggal di rumah dengan santai.Malam ini sepertinya aku akan pulang ke rumah kontrakan saja." Dumel Dika dalam hati.
Sepulang kerja, Dika membawa mobilnya ke rumah kontrakannya. Baru kali ini Dika menginjakkan kakinya di rumah yang penuh dengan luka Yesha yang dia sendiri penoreh lukanya. Dan baru kali ini juga dia membawa mobil nya ke rumah ini.
"Malam, mas Dika tumben datang. " sapa seorang tetangga yang baru pulang dari masjid.
Dika hanya membalasnya dengan senyuman.
Lalu dia membuka pintu rumahnya. "Sepi..." itu yang Dika rasakan.
Dulu biasanya sepulang kerja Dika akan disambut dengan senyuman Yesha dan wajah dingin Aksa.
Mereka berdua selalu nonton televisi kalau dia pulang kerja.
Dika lalu masuk ke kamar anaknya, anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya, anak yang tidak pernah dia sentuh sejak bayi. Dilihatnya beberapa buku Aksa yang tertinggal. tulisan tangan Aksa yang masih belum rapi dan nilai-nilai aksa yang sempurna.
"Ternyata dia anak yang pintar. " lirihnya sambil terkekeh.
Dika melihat kebawah bantal Aksa, ada sebuah buku gambar di sana. Dika melihat satu persatu gambar Aksa. Hatinya serasa teriris, saat dia melihat sebuah gambar khas anak kecil, gambar seorang wanita yang menggandeng anak kecil dan ada satu gambar laki-laki yang agak jauh dari mereka berdua. Di sana tertulis ayah tidak pernah sayang ibu dan Aksa, cuma ibu yang sayang Aksa. Tanpa terasa air mata Dika menetes. Baru kali ini dia merasakan sesak di dadanya.
"Kenapa aku menikahinya, kalau hanya untuk menyakitinyA, dan kenapa anak itu lahir jika aku tidak bisa memberikan kasih sayangku padanya. " gumamnya. Entahlah, baru kali ini Dika merasakan penyesalan itu.
Dika lalu beranjak dari kamar Aksa dan segera membersihkan diri. Dia mengganti pakaian yang masih ada di lemari. Lalu dia membuka lemari penyimpanan baju Yesha. "Kosong, tidak ada satu bajupun yang tertinggal.
Dika segera mengunci pintu dan mematikan lampu, dia ingin tidur tenang malam ini, tanpa ocehan dari ibunya. Namun, belum juga memejamkam mata, suara ponsel Dika berbunyi. Dengan malas Dika menjawabnya.
" Kamu di mana, Dik? kok belum pulang? " tanya bu Ayu dari seberang sana.
"Aku ada dirumah kontrakan bu. malam ini aku nggak mau di ganggu siapapun. "
"Kamu di kontrakan sama siapa? "tanya bu Ayu menyelidik.
"Sendiri bu, nggak ada siapa-siapa. "
"Beneran, kamu nggak bohong kan.? " bu Ayu masih tidak percaya.
"Beneran, udah deh bu. Aku capek mau istirahat dulu. Besok aku akan pulang ke rumah. "
"Ya sudah kalau begitu. "
Panggilan terputus.
Dika akhirnya bisa merebahkan tubuhnya dengan tenang. Dia matikan ponselnya agar tidak ada yang menghubunginya lagi. Dika tak lantas memejamkan matanya, dia menerawang jauh ke masa lalu. Tak sekalipun dia pernah berbuat baik dan adil kepada Yesha, dia selalu mementingkan urusan keluarganya dan mengabaikan istri dan anaknya. Sekali lagi penyesalan itu datang.
"Kenapa aku dulu jahat banget, ya sama Yesha. Padahal dia wanita yang baik dan penurut. Tapi kenapa dulu aku buta akan hal itu. Haruskah aku memintanya kembali padaku dan memulai nya dari awal atau melepaskannya saja, agar dia bisa keluar dari jerat keluargaku yang selalu menghinanya. " Dika mengalami kegalauan malam ini.
"Benar-benar menyusahkan, kenapa bayangan masa lalu ini berputar di kepalaku. " geramnya.
Entah pukul berapa Dika tertidur dengan di temani kegalauan hatinya.
Keesokan harinya, Dika sudah bangun dan bersiap untuk pulang ke rumah ibunya lalu berangkat kerja. Terdengar beberapa nyinyiran tetangga yang sedang belanja sayur keliling di sebelah rumahnya.
"Sayang ya, anak sama istrinya sudah pergi. Eh dia malah beli mobil. "
"Bener, kasihan si Yesha, dia kemana-mana naik sepeda goes, eh suaminya enak-enakan naik mobil. "
"Sekarang yesha di mana ya? kasihan anak itu. "
"Entahlah bu, kalau aku jadi yesha udah pergi dari dulu, apalagi punya mertua yang julidnya minta ampun. Untung Yesha kuat walau akhirnya dia menyerah juga. "
"Ya mungkin ini yang terbaik untuk Yesha, semoga dia bisa mendapatkan kebahagiaan di luar sana setelah lepas dari pernikahan yang menyakitkan. "
Dika menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Semua yang dikatakan tetangganya memang benar. Jadi apakah Dika harus benar-benar melepaskan Yesha agar dia terbebas dari perasaan bersalahnya? Dika masih bingung.
"Akhhhh... pikirkan nanti saja. " tanpa memperdulikan tatapan dan omongan para tetangga yang sedang membicarakannya, Dika langsung naik ke dalam mobilnya dsn berlalu dari sana.
to be continued.
tdk pake it's.
terimakasih
yg bener namanya siapa ..?