Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 20. Mengakhiri Pertunangan.
Ruby merasa geram sekaligus marah dengan ancaman murahan yang Rachel lakukan. Saudara tirinya itu ternyata menggunakan sahabatnya sebagai alat untuk bisa mengendalikan dirinya.
Ruby menarik napas di sela kesalnya, ia harus berpikir cepat bagaimana caranya menyelamatkan Airis sekaligus melepaskan dirinya dari cengkraman keluarga Sanders.
Ya, Ruby pastikan apa yang dilakukan Rachel saat ini pastilah karena mendapatkan dukungan dari keluarga Sanders, terutama ayah mereka-Roger. Jika tidak, Rachel tidak akan mungkin bisa mendapatkan sahabatnya-Airis dengan begitu mudah.
Lagi, Ruby menarik napas. Pandangannya tertuju pada Emer yang kini mulai berjalan mendekat ke arahnya.
"Rub..." ucapan Emer terputus saat Ruby lekas meletakkan jari telunjuk di bibir—mengisyaratkan pada Emer untuk diam. Emer bisa melihat raut wajah Ruby yang tegang.
"Baiklah," jawab Ruby akhirnya pada Rachel di seberang sana. "Aku akan...melakukan yang kau inginkan." Ruby memilih menuruti keinginan Rachel.
Rachel seketika tersenyum di seberang sana. Merasa begitu puas saat Ruby akhirnya kembali menjadi saudara yang patuh—Ruby masuk ke dalam perangkapnya.
"Sekarang, lepaskan Airis," pinta Ruby pada Rachel. Suaranya pelan, tapi begitu menakan. Ia harus memastikan keselamatan Airis.
Gelak tawa langsung terdengar, setelahnya berubah jadi decakan sinis. "Kau kira, kau bisa menipuku, Ruby!" geram Rachel. "Aku ingin kau memutuskan langsung pertunanganmu itu di hadapan keluarga Rykhad. Atau...Airis akan berakhir di tanganku!"
Tangan Ruby kian terkepal mendengarnya. Rachel ternyata tidak main-main dengan ancamannya. Ia tidak bisa membiarkan Airis terluka, tapi juga tidak bisa melepaskan Emer begitu saja. Ruby terjepit di antara dua pilihan yang sulit.
*
*
*
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Emer lagi setelah melihat Ruby menyimpan ponselnya. Emer kembali mendekat setelah tadi langkahnya sempat terhenti saat Ruby memberikan isyarat untuk dirinya diam.
Emer sebenarnya penasaran, siapa yang baru saja menghubungi tunangannya itu. Ia juga memperhatikan lekat wajah Ruby yang kini sudah berubah. Emer tahu; ada sesuatu yang terjadi.
"Bisakah malam ini, kita makan malam bersama?" tanya Ruby, ia memberikan senyuman kecil pada Emer yang berdiri tepat di hadapannya.
Sempat terkejut Emer saat mendengar permintaan Ruby yang terkesan tiba-tiba. Namun, Emer lekas memberikan anggukkan. Ia pikir, Ruby mungkin ingin merasakan berkencan dengannya. Dan kenapa tidak Emer turuti saja keinginan tunangannya itu. Bukankah mereka memang harus sering-sering berkencan sebelum menikah.
"Bersama keluarga besar. Maksudku kita akan makan malam bersama kedua keluarga," tambah Ruby lagi tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.
Yang seketika membuat Emer menganga. Mereka ternyata tidak berkencan?
"Aku ingin lebih dekat dengan mereka sebelum kita menikah."
Berdalih karena ingin menjalin kedekatan, Ruby mengajak Emer bersama keluarga Rykhad untuk bisa makan malam bersama.
"Kau merencanakan sesuatu?" tanya Emer mulai curiga. Entah mengapa ia merasa ada yang Ruby sembunyikan darinya. Emer memicing, mencoba menelaah ekspresi Ruby, tapi tak ada yang bisa ia temukan, wajah Ruby tetap terlihat tenang.
"Kau terlihat... berbeda. Dan permintaanmu untuk makan malam bersama kedua keluarga, apa itu hanya kebetulan atau ada sesuatu yang sebenarnya kau rencanakan, Ruby?"
Ruby tertawa kecil, tapi suaranya terdengar dipaksakan. "Emer-Emer, kau terlalu curiga. Aku hanya ingin kita semua berkumpul dan menikmati waktu bersama sebelum pernikahan kita."
Emer tidak langsung percaya. Ia tahu Ruby terlalu pintar untuk melakukan sesuatu dengan alasan yang mengejutkan. Wajah Ruby mungkin bisa menutupi semua, tapi tidak dengan sorot matanya. Emer bisa melihat ketegangan sekaligus khawatir di mata Ruby. Dan itu semua semakin membuat Emer merasa curiga
Namun, tanpa banyak bertanya lagi Emer tetap mengikuti keinginan Ruby. Apa yang diinginkan oleh tunangannya itu akan Emer ketahui saat mereka makan malam bersama keluarga nanti.
*
*
*
Dan saat malam hari tiba, di sebuah restoran berbintang, keluarga Rykhad bersama keluarga Sanders benar-benar berkumpul. Mereka makan malam bersama dengan penuh kehangatan.
Senyum manis terukir di setiap wajah, terutama di wajah Rachel dan Roger. Begitu ringan langkah keluarga Sanders saat menerima ajakan Emer untuk makan malam bersama. Rachel bahkan berulang kali tersenyum kecil dengan melirik Ruby yang wajahnya begitu datar.
Rachel merasa jika Ruby pastilah bersedih dan tertekan karena akhirnya harus rela melepaskan Emer demi keselamatan Airis. Kau pikir, kau bisa mengalahkanku, decak Rachel dalam benaknya. Dan tersenyum puas setelahnya. Ia akan mendapatkan Emer malam ini juga.
Saat semua anggota keluarga selesai menikmati hidangan. Ruby segera meminta semua perhatian keluarga untuk ia bisa bicara.
"Ada yang ingin aku katakan," ucap Ruby pelan yang membuat semua orang kini menatap ke arahnya.
Kecuali, Emer. Pria itu sama sekali tak memandang Ruby. Wajahnya terlihat menyimpan amarah karena tangannya yang berada di bawah meja dari tadi sudah mengepal.
Sebelum melanjutkan ucapannya, Ruby sempat menatap sekilas pada Rachel yang langsung mengangkat alisnya seakan meminta Ruby untuk segera melakukan yang seharusnya Ruby lakukan—melepaskan Emer untuknya.
"Emer, aku rasa kita perlu mempertimbangkan kembali hubungan kita."
Deg!
Semua tampak terkejut dengan perkataan Ruby.
"Apa maksudmu, Sayang?" Roger bahkan langsung bereaksi. Memperlihatkan betapa terkejutnya dirinya dengan sikap Ruby.
Sedangkan Rachel mulai tersenyum tipis, ia terus menatap Ruby yang kini juga menatapnya.
"Maaf, aku sudah memikirkan semuanya. Dan...aku rasa kita berdua sudah tidak cocok lagi untuk bertunangan."
Deg!
Semua orang kian terperangah, termasuk kedua orang tua Emer, Reagan dan Amanda. Ruby memutuskan pertunangan dengan putra mereka?
Sementara Rachel begitu puas mendengarnya, ia pun dengan cepat menekan ponselnya saat Ruby terus saja menatap menekan ke arahnya—ia melakukan hal yang memang seharusnya ia lakukan setelah Ruby memutuskan pertunangan.
"Akhiri pertunangan ini. Kita harus segera menikah secepatnya, Emer," tambah Ruby lagi. "Sebelum benihmu yang ada di rahimku ini tumbuh."
Duarrr!
Ruangan itu seketika terasa pecah saat dihantam keras dan tajamnya suara tenang Ruby.
Emer yang dari tadi menunduk, enggan melihat ke arah Ruby bahkan langsung dibuat mendongak—menatap tunangannya itu dengan bola mata yang melotot.
***
Dah betulkan yang Ruby lakukan 🤔 Mengakhiri pertunangannya dengan Emer, sesuai keinginan Rachel 🙃🤣
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃