Alina harus menikah dengan laki laki yang usia nya jauh di atas nya karena sang kakak tiba tiba membatalkan pernikahan di saat acara akan di mulai.
demi nama keluarga, Alina merelakan masa muda nya dan menggantikan sang kakak untuk menikahi laki-laki yang bahkan tak ia kenal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Curhat an Alina
Motor yang di bawa Gara berhenti di pinggir jalan, dimana terdapat penjual bubur ayam dengan tenda biru.
" Loh kok kita berhenti di sini sih? ". Tanya Alina menatap Gara yang baru saja melepas helm nya.
" Gue belum sempat sarapan, jadi kita makan dulu! ".
" Aku temenin kamu aja ya Gar, aku gak laper soalnya! ".
Kruk
Alina tak bisa menyembunyikan rasa malu nya saat suara perut nya berbunyi keras, bahkan Gara tampak tersenyum tipis.
" Gak laper tapi tuh perut suara nya kenceng banget !". Alina hanya nyengir lebar, merasa malu dengan Gara.
" Udah yuk turun, kita sarapan dulu ".
" Kalau kamu maksa ya udah, aku mau ".
" Dasar ". Gara dengan gemas mengacak rambut Alina, membuat gadis itu cemberut.
" Kebiasaan deh suka bikin berantakan rambut aku ".
" Abis nya gemes ". Gara melenggang pergi, dan memasuki tenda biru itu lalu memesan dua mangkuk bubur ayam untuk nya dan Alina.
" Ngomong ngomong, lo udah nentuin mau lanjut kuliah di mana ?". Tanya Gara menatap Alina yang duduk di samping nya.
Alina yang di beri pertanyaan itu tampak menunduk sedih, teringat kembali dengan apa yang di katakan mama dan papa nya saat di meja makan.
" Aku gak tahu, mungkin aku mau kerja aja setelah ini ". Jawab Alina dengan wajah sendu.
" Mau kerja apa, lo baru lulus SMA, cari kerjaan pasti susah. Lagian kenapa gak lanjut kuliah, bukan nya lo dapat beasiswa dari pihak sekolah. Sayang banget kalau gak di ambil ?".
" Aku gak tahu Gara". Cicit Alina lirih.
" Jujur sama gue, ini yang buat lo nangis pagi ini ?". Tanya Gara menatap wajah Alina dengan serius.
Alina tampak kaget, kenapa bisa Gara tahu. Padahal ia tak cerita apa apa. Bahkan saat sahabat nya itu datang, Alina bersikap biasa nya tak menunjukan jika diri nya sedang sedih. Namun Gara terlalu peka, hingga menyadari mata Alina yang tampak sembab, saat ia menjemput nya tadi. Ini juga salah satu alasan Gara mengajak Alina makan di tukang bubur. Selain diri nya memang belum sarapan, karena Gara ingin tahu apa yang membuat Alina menangis di pagi hari.
" Kamu tahu ?".
" Lo bisa sembunyiin kesedihan lo di depan semua orang, tapi lo gak akan bisa nyembunyiin rasa sedih lo di depan gue, jadi lo mau jujur atau mau gue cari tahu sendiri, apa yang buat lo sedih seperti ini ?".
Alina tampak mengedipkan mata cepat, Gara sangat peka terhadap sekitar, apalagi jika tentang diri nya dan Andin, remaja laki-laki itu akan tahu meski tak di beritahu.
Padahal jika di ingat, Gara hanya mencari tahu tentang Alina. Tidak dengan yang lain atau Andin sekalipun.
" Tadi aku sempat ngomong sama mama dan papa, kalau aku ingin lanjutin kuliah. Aku juga udah bilang kalau pihak sekolah memberikan beasiswa karena udah berhasil lolos peringkat satu, tapi tanggapan mama dan papa gak sesuai dengan apa yang aku harap in, mereka bilang kalau aku hanya terus menjadi beban bagi mereka, apalagi saat ini perusahaan sedang mengalami penurunan, dan kalau aku bersikeras untuk lanjut kuliah mereka takut jika akan memperburuk keadaan keuangan perusahaan! ". Kata Alina. Mata nya tampak berkaca kaca saat mengatakan hal itu pada Gara. Namun ia tak ingin menangis dan terlihat lemah di depan sahabat nya.
Buru buru, Alina mendongak agar air mata tak jatuh.
Gara tampak terdiam sejenak mendengar apa yang di katakan gadis yang di sukai nya. Tak menyangka jika Alina memiliki keluarga yang buruk karena mematahkan semangat belajar Alina dalam meraih cita-cita.
" Apa selama ini mereka gak memperlakukan lo dengan baik? ".
Deg
Alina tak bisa menjawab, apalagi menatap wajah Gara yang tampak serius. Tak mungkin ia membuka masalah keluarga nya pada orang lain, meski itu adalah sahabat nya sendiri.
Karena selama ini, Alina selalu menutupi semua nya dengan baik. Bahkan Andin tak tahu jika diri nya tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua nya. Alina selalu memasang wajah ceria dan juga tersenyum manis, seolah apa yang ia alami di rumah tak pernah terjadi.
Cukup naif memang, namun Alina tak ingin membuat sahabat nya merasa sedih dan kepikiran. Apalagi sampai merasa iba pada nya karena tak mendapatkan kasih sayang dari keluarga meski mereka masih ada.
" Lihat lo yang diam kayak gini, makin buat gue yakin kalau keluarga lo emang gak memperlakukan lo dengan baik saat di rumah! ". Kata Gara, kedua tangan nya mengepal dengan rahang mengeras.
Diri nya bodoh karena baru menyadari semua nya hari ini. Padahal mereka sudah berteman lama. Tapi Gara tak pernah tahu, Alina sangat pandai menutupi semua nya dengan rapat. Hingga diri nya baru menyadari sekarang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
karin pasti menyesal,, semoga Surya betul" BADAS CEO bukan kaleng"