Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menunggu pesan
Perusahaan Pradipta Group.
"Permisi pak Darren. Ada beberapa berkas yang harus anda periksa dan di tanda tangani." Iris menyerahkan beberapa berkas yang berada di tangannya pada Darren. Pria tampan itu langsung meraihnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Iris menunggu dengan sabar, sambil memandang keindahan Tuhan yang tidak bisa ia sentuh sedikit pun. Sudah dari lama Iris menyimpan perasaan terhadap bos tampannya itu, namun sampai saat ini, ia masih tidak berani untuk mengungkapkannya. Terlebih lagi, Darren sudah memiliki seorang tunangan, membuat Iris di paksa untuk mundur secara perlahan. Iris hanya bisa mengkhayal, memiliki pria itu sepenuhnya. Membina rumah tangga dan memiliki dua orang anak yang lucu.
"Bagaimana pertemuan dengan pak Ricard? Kau sudah mengaturnya bukan?" tanya Darren menyadarkan Iris dari khayalan tingkat tingginya.
"Sudah pak Dareen. Pukul tujuh malam di Oakroom Restaurant." Jawab Iris dengan lembut. Tatapan matanya terus tertuju pada Darren yang saat ini sedang fokus memeriksa berkas yang Iris serahkan tadi.
"Baiklah, kau bisa pergi ke ruanganmu. Setelah selesai, aku akan memanggilmu," ucap Darren tanpa melihat sekertaris pribadinya tersebut.
"Baik, pak Darren. Kalau begitu saya permisi, dulu." Pamit Iris sedikit tidak rela untuk pergi meninggalkan ruangan bosnya tersebut. Namun, apa boleh buat, sang bos menyuruhnya untuk kembali ke dalam ruangannya. Mau tidak mau Iris pun harus mengikuti perintahnya, atau ia akan di pecat dan dia tidak akan pernah lagi melihat ketampanan Darren, pria yang selama ini Iris kagumi.
"Aku sarankan! Jangan selalu menatapku seperti itu, sungguh itu membuatku muak," kata Darren sebelum sekertarisnya itu melangkah pergi.
Iris tersentak kaget, ia berpikir Darren tidak mengetahui bahwa sedari tadi ia selalu menatapnya, tetapi ternyata ia salah. Meskipun Darren fokus dengan berkas di hadapannya, tetapi dia menyadari akan tatapan yang di berikan oleh Iris kepadanya. Jika bukan karena kinerja Iris yang bagus, sudah pasti Darren akan memecat Iris secara langsung.
"Ah, maafkan saya, pak Darren. Saya tidak akan melakukannya lagi," ucap Iris seraya menundukkan kepalanya. Tidak lagi berani menatap ke arah bos tampannya.
"Keluarlah," perintah Darren dengan dingin.
Iris menurut, ia pun langsung berjalan pergi meninggalkan ruangan sang bos. "Sial! Kenapa dia selalu bersikap dingin kepadaku? Aaarggh kenapa aku sangat sulit untuk mendekatinya? Jangankan mendekatinya, menatapnya saja dia sudah marah. Brengsek!" batin Iris sambil mempercepat langkah kakinya. Tangannya mengepal, menahan amarah yang terasa mau meledak.
Darren masih fokus dengan berkas yang berada di tangannya. Memeriksa berkas itu dengan seksama, tidak ingin ada yang terlewatkan walau pun itu hanya satu kata, atau dia akan rugi besar karena yang ia periksa saat ini adalah berkas kerja sama dengan perusahaan Letter Group. Perusahaan yang terkenal dengan kecerdikan pemimpinnya, juga kelicikannya. Namun, perusahaan Letter group termasuk ke dalam salah satu perusahaan yang paling menguntungkan, jika di bandingkan dengan perusahaan lainnya yang bekerja sama dengan Pradipta Group.
Sepuluh menit berlalu, akhrinya Darren pun mulai menandatangani berkas tersebut setelah ia melihat tidak ada yang salah dengan berkas itu. Semuanya sama-sama menguntungkan bagi kedua perusahaan besar tersebut. Tidak ada kerugian, jika sewaktu-waktu kerja sama mereka terputus di tengah jalan.
Menghembuskan nafasnya kasar, Darren pun meletakkan berkas itu di samping. Meraih benda pipih miliknya yang sengaja ia letakkan di atas meja sebelah kanan.
Membuka aplikasi whatsapp, ketika ia melihat ada pesan masuk dari aplikasi tersebut.
Bella.
Malam ini tante Saras menyuruh kita untuk makan malam. Jangan sampai tidak datang.
Darren mendengus kesal ketika ia membaca pesan yang di kirim oleh Bella, tunangannya. Sementara pesan yang ia tunggu-tunggu dari seseorang tidak kunjung datang juga. Sungguh menyebalkan.
Darren tidak berniat untuk membalas pesan dari tunangannya. Baginya itu sama sekali tidak penting. Menghembuskan nafasnya kembali, Darren pun mulai mengetik sebuah pesan lalu ia kirimkan pada seseorang. Setelah selesai, ia meletakkan kembali benda pipih itu di atas meja. Ia kembali memeriksa beberapa berkas yang di bawa oleh Iris tadi.
Ting...
Sebuah pesan masuk terdengar nyaring di telinga Darren. Dengan segera Darren pun mengambil ponsel genggamnya dengan raut wajah yang terlihat sumringah, berpikir jika yang mengirimi pesan itu adalah gadis pujaannya. Namun, ternyata bukan. Raut wajah Darren langsung berubah kesal ketika ia membawa pesan yang di kirimkan oleh tunangannya, Bella.
Bella.
Aku sedang bersama mamamu di mall Taman Anggrek. Mamamu memintamu untuk datang kesini, sekarang.
Darren mendengus kesal, ia pun segera mengetik beberapa kata, untuk membalas pesan yang di kirimkan oleh Bella kepada dirinya.
Aku sibuk. Tidak bisa datang.
Segera Darren mengirimkan pesan itu kepada Bella, kemudian ia pun meletakkan kembali ponsel genggamnya di atas meja kerja. Ia kembali fokus memeriksa berkas-berkasnya. Ia sama sekali tidak memperdulikan ponselnya lagi, meski pun ia mendengar sebuah nada pesan masuk di ponselnya. Darren sangat yakin jika pesan masuk itu berasal dari tunangan yang tidak ia akui.
makasih Thor🙏💪