Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Khawatirkan Hari Esok
Feli belum diperbolehkan pulang sebelum cairan infusnya habis. Karena masih kesal, Faisal memutuskan pulang dan meminta Bik Sum yang menjaga Feli di Polindes. Ajeng juga ikut menemani dan mulai akrab dengan Feli.
Tadi Faisal sudah meminta Zul standby untuk menjemput Feli pulang bila sewaktu-waktu Bik Sum menelefonnya. Sarah bilang, mungkin infus itu akan habis sekitar jam 9 malam.
Sementara itu di kota, Handoko yang mendapat kabar dari salah satu karyawannya bila Feli sakit dan dirawat di Polindes, langsung memutuskan untuk mengunjungi putrinya malam itu juga. Ia dan Sartika tiba 3 jam kemudian, tepat di saat infus Feli baru saja di lepas.
"Faisal ke mana?" tanya Handoko penasaran saat ia hanya menemukan Bik Sum dan gadis bernama Ajeng yang menjagai Feli sedari tadi.
"Kak Ical sibuk, Pi," sahut Feli beralasan.
Handoko menolehi Sartika, mereka saling tatap untuk beberapa saat. Bila bukan karena harus cepat pulang, mungkin Feli masih akan di interogasi oleh Papinya itu. Tapi nyatanya meski orang tuanya tak bertanya, Feli menumpahkan semua kekesalannya pada Faisal di mobil yang tengah mengantarkannya pulang.
"Biar nanti Papa yang akan merayu Faisal," bujuk Handoko sembari melirik putrinya dari spion tengah.
"Feli tuh bosen di rumah cuma berdua sama Bik Sum! Feli butuh temen, Pi!"
"Iya, Papi tahu. Nanti Papi yang akan bilang sama Faisal."
Sartika menghela napasnya berat. Ia tak bisa berkomentar banyak karena sudah hafal dengan watak dua anaknya. Faisal meskipun tenang dan pendiam, tapi dia sangat keras pada prinsip hidup. Sementara Feli yang cenderung temperamental, perasaannya lebih halus dan mudah iba pada orang lain. Sifat keduanya benar-benar berkebalikan.
Tiba di rumah. Faisal sangat terkejut saat Handoko lah yang menjemput Feli pulang.
"Papi tahu dari siapa kalo Feli sakit?"
"Nggak penting tahu dari siapa! Papi ingin bicara berdua dengan kamu, Sal!"
Handoko lebih dulu melangkah keluar setelah membantu Feli tiduran di kamar. Perasaan Faisal mulai buruk, wajah Sartika dan Handoko nampak tegang sejak turun dari mobil. Apakah Feli mengadu? Mampuslah Faisal sekarang!
Melihat Handoko tengah duduk di kursi taman, Faisal menghampiri Papinya itu dan duduk.
"Buat Papi, kalian adalah dua sisi mata uang yang berbeda namun nggak bisa terpisahkan." Handoko mulai bersuara.
Faisal yang merasa gugup hanya diam membisu. Ia tahu Handoko pasti marah karena Faisal meninggalkan Feli di Polindes.
"Sifat kalian memang sangat berbeda 360 derajat. Tapi justru dari perbedaan itulah Papi yakin kamu bisa menjaga dan mengimbangi sifat Feli dengan baik, Sal."
"Maafin aku, Pi," sesal Faisal dengan kepala tertunduk.
"Kamu workaholic, sementara Feli anak yang manja dan haus perhatian. Kamu pendiam, sementara Feli gampang meledak-ledak. Hahaha ...." Handoko tiba-tiba tertawa saat membayangkan perbedaan sifat kedua anaknya.
"Untuk menengahi perseteruan kalian, turutilah kemauan Feli. Papi yakin dia nggak akan lagi merepotkanmu seandainya punya teman di rumah ini."
Faisal menggeleng tak setuju. Bila Handoko sedang membujuknya maka Faisal tak akan mundur dengan keputusannya.
"Ajeng itu putrinya Pak Poniman, Pi. Dia pemabuk dan penjudi!"
Handoko menolehi Faisal. "Terus?"
"Aku tidak mau kami terlibat dengan orang seperti dia! Mengijinkan Ajeng untuk tinggal di sini sama halnya dengan menambah masalah baru, Poniman pasti tidak akan tinggal diam," jelas Faisal lugas.
Terdengar hembusan napas berat Handoko, ia menepuk bahu putra lelaki sekaligus menantunya itu.
"Kamu tahu, Sal, kadang berhenti untuk mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi itu lebih penting."
Faisal terhenyak. Ia menghela napasnya untuk sesaat.
"Kamu belum berubah, selalu saja mengkhawatirkan kejadian yang belum tentu terjadi. Itu nggak baik, Nak!" saran Handoko entah untuk yang keberapa kali.
"Jalani saja dulu prosesnya. Apapun yang terjadi nanti, jangan kamu khawatirkan sekarang. Ingat, kamu hidup di masa ini, di detik ini, bukan di hari esok." Handoko berdiri, ia memasukkan kedua tangannya yang mulai kedinginan ke dalam saku celananya.
"Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok, apakah kita masih hidup atau sudah jadi mayat. Maka dari itu nikmatilah yang terjadi saat ini, karena hari esok masih menjadi rahasia."
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal