Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.
Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun.
Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusuri Sungai
"Chang'er apa yang kamu lakukan?"
"Ah Guru. Aku hanya ingin memberi pelajaran berharga kepada mereka. Tindakan mereka menurutku di luar batas."
Guru Tian beberapa saat lalu melihat kerumunan orang di sekitar pelabuhan. Saat bertanya pada seorang pedagang apa yang terjadi, orang itu mengatakan sedang terjadi perkelahian. Firasatnya memburuk, dia curiga bahwa muridnya terlibat dalam perkelahian tersebut.
Benar saja. Saat dia mendekat ke arah kerumunan terlihat muridnya sedang berkelahi dengan beberapa pemuda. Guru Tian mengamati situasi. Saat melihat seorang nenek tua sedang duduk jongkok di tanah dengan ketakutan, Guru Tian akhirnya mengerti situasi.
Dia mengerti muridnya ini mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi. Ketika muridnya melihat ketidakadilan dia pasti akan begerak. Namun diam diam Guru Tian khawatir. Jika suatu saat nanti muridnya mencampuri urusan yang di luar kemampuannya.
"Sudahlah Chang'er ayo kita pergi. Kapalnya akan berangkat."
"Baik guru."
"Kalian semua, ingat apa yang barusan aku sampaikan. Selanjutnya tidak akan berakhir baik seperti ini" Ucap Boqin Changing sambil menatap wajah lebam orang orang yang baru dipukulinya.
Tidak ada yang menjawab apa yang diucapkan oleh Boqin Changing. Para pemuda itu masih ketakutan setelah diberi pelajaran oleh Boqin Changing.
Di sudut lain pelabuhan ini terlihat seseorang mengamati perkelahian yang terjadi sedari awal. Nampaknya kejadian barusan menarik perhatiannya..
"Hmmm... anak yang menarik."
...*****...
Boqin Changing dan gurunya kemudian berjalan menuju salah satu kapal yang ada di pelabuhan. Kapal yang dipilih selanjutnya adalah kapal yang cukup besar. Kapal ini mampu menampung ratusan penumpang dalam sekali berlayar.
Cukup ramai antrian orang orang yang ingin masuk ke dalam kapal. Boqin Changing dan gurunya pun ikut mengantri dengan tertib. Ada aturan tidak resmi disini bahwa jika ada seseorang yang tidak tertib saat menaiki kapal maka dia akan dikeluarkan dan tidak diperbolehkan naik kapal untuk melanjutkan perjalanan.
Guru Tian memutuskan menggunakan jalur sungai untuk menuju lokasi selanjutnya karena menghemat waktu perjalanan. Jika menggunakan kapal, perjalanan hanya memakan waktu tiga hari. Sedangkan jika menggunakan jalur darat akan memakan waktu seminggu.
Akhirnya Boqin Changing dan Guru Tian telah memasuki area kapal. Kapal ini cukup besar dengan puluhan kamar yang bisa disewa oleh para penumpang. Guru Tian tidak pelit untuk perjalanan kali ini. Dia memesan dua kamar untuknya dan Boqin Changing.
Seharian berada di kapal banyak penumpang yang mulai mabuk laut walaupun sebenarnya mereka berada di aliran sungai. Beberapa diantaranya bahkan muntah berkali-kali karena tidak sanggup menahan rasa mualnya.
Boqin Changing sendiri memutuskan untuk melakukan meditasi di dalan kamarnya. Sambil menggenggam rumput naga, dia berusaha untuk terus menaikkan kultivasinya.
Sesekali dia akan keluar kamar ketika gurunya mengetuk pintu kamarnya dan mengajaknya makan bersama.
Hari pun beranjak malam. Seperti kebiasannnya sehari hari sebelum tidur, Boqin Changing akan bermeditasi terlebih dahulu. Dalam posisi bersila, dia akan menyerap rumput naga agar semakin menguatkan tulang dan tenaga dalamnya.
Pada saat bermeditasi, indra pendengaran Boqin Changing menjadi lebih peka. Saat bermeditasi dia bisa mendengar beberapa percakapan orang dari kamar kamar yang ada di sebelahnya.
Hingga akhirnya ada sesuatu yang menarik perhatiannya ketika dia mendengar suara pedang beradu di salah satu sudut kapal.
"Orang gila mana yang sedang bertarung di atas kapal?" gumam Boqin Changing
Dia merasa bahwa pertarungan di atas kapal sangat beresiko. Berisiko bagi yang bertarung maupun berisiko bagi kapalnya sendiri. Hal ini tentunya juga akan membahayakan penumpang lainnya.
Namun bukannya suara pedang itu berhenti namun masih terus berlanjut. Boqin Changing kemudian membuka matanya.
"Apa ada serangan bajak laut saat ini?"
Boqin Changing kemudian menghentikan meditasinya. Dia bergegas menuju arah pertarungan. Dia ingin melihat sebenarnya apa yang terjadi sehingga timbul pertarungan di atas kapal.
Secepatnya Boqin Changing menuju ke arah pertarungan. Ketika sampai di lokasi pertarungan terlihat ada satu orang pendekar yang terlihat sedang menghadapi dua orang lawannya.
Dalam kegelapan malam, Boqin mencoba melihat wajah orang orang yang sedang bertarung. Dua orang berpakaian hijau yang sedang asik menyerang sambil tertawa dia jelas tidak kenal mereka. Namun melihat jurus yang mereka keluarkan, Boqin Changing tahu mereka berasal dari Sekte Ular Pencabik Nyawa.
Sedangkan laki laki berpakaian ungu yang mereka serang, Boqin Changing merasa familiar. Dia mencoba mengingat siapa laki laki tersebut. Tubuhnya terluka oleh sabetan pedang dan mulutnya mengeluarkan darah.
"Paman Yuo Liang"
Ya akhirnya Boqin Changing mengenal laki laki yang sedang melawan dua orang pendekar dari Sekte Ular Pencabik Nyawa. Orang itu bernama Yuo Liang, seorang pendekar raja dari Paviliun Teratai Naga.
Pada kehidupan pertamanya, orang tersebut adalah orang yang mengajaknya untuk bergabung dengan Paviliun Teratai Naga. Boqin Changing yang dahulunya merupakan pendekar lepas dan tidak tahu arah tujuan bertemu dengan Yuo Liang pada suatu kesempatan. Dia kemudian menawarkan Boqin Changing untuk bergabung dengannya agar kehidupannya menjadi lebih baik. Pada masa itu Boqin Changing bahkan beberapa kali menjadi anggota yang dipimpin Yuo Liang.
Namun ada yang aneh saat ini. Setahunya Yuo Liang hanya mempunyai satu tangan untuk bertarung. Namun orang di depannya mempunyai dua tangan lengkap. Selain masalah itu, secara perawakan dan wajah dia tidak terlalu beda. Hanya untuk wajahnya terlihat lebih muda dibandingkan yang Boqin Changing kenal dahulu.
Tanpa pikir panjang Boqin Changing bergegas ke arah pertempuran dan menyerang salah satu pendekar berpakaian hijau dengan pedang kelas dua yang dia punya. Serangan tersebut memang dapat ditangkis, namun pertarungan menjadi terhenti.
Semua pihak yang bertarung kemudian memandang aneh ke arah Boqin Changing. Bagi mereka Boqin Changing seperti seorang anak berusia dua belas tahun namun berani mengganggu pertarungan orang dewasa.
"Bocah menyingkirlah. Di sini bukan tempatmu."
Boqin Changing tidak menjawab permintaan dari pendekar berpakaian hijau dan menganalisa situasi. Orang orang di depannya jelas hanya pendekar ahli. Sedangkan dia tahu jika Yuo Liang sudah lama berada di ranah pendekar raja. Seharusnya Yuo Liang akan mudah mengalahkan kedua orang ini.
Boqin Changing kemudian memandang ke arah Yuo Liang. Terlihat orang tua ini dalam posisi yang menyedihkan. Nafasnya tidak teratur dan jika diperhatikan seksama ada cairan hijau keluar dari darah yang mengalir dari bibirnya.
"Pantas saja Paman Liang kesulitan. Sepertinya dia diracuni terlebih dahulu."
Yuo Liang sendiri merasa aneh dengan situasinya saat ini. Beberapa waktu lalu dia masih sangat akrab dengan dua pendekar yang menyerangnya bahkan saling meminum arak di atas kapal ini. Namun ternyata arak yang disajikan kepadanya telah ditaburi racun kuat yang membuat tubuhnya melemah.
Saat kondisinya melemah tiba tiba dua pendekar yang dikenalnya beberapa hari lalu ini menyerangnya dan berusaha membunuhnya. Saat pertarungan diantara mereka terjadilah barulah diketahui bahwa keduanya adalah adik dari seorang pendekar raja yang dia bunuh beberapa tahun lalu. Kehadiran mereka berdua kesini tentunya untuk membalas dendam kematian kakaknya.
Di saat Yuo Liang akan bertarung serius dan mengorbankan segalanya dalam kondisinya yang lemah in,i entah mengapa sosok anak yang menarik hatinya di pelabuhan tiba tiba membantunya. Walaupun menurutnya anak ini cukup kuat namun menghadapi dua pendekar yang menjadi lawannya akan sangat berbahaya untuknya.
"Nak pergilah. Tempat ini tidak aman. Aku akan menahan mereka sebisaku."
LIST BAJU YG HADIR KARENA DPT KAOS ASMIPA DARI SPONSOR
1. Sugeng ( L)
2.
3.
4.
5.
TERUSKAN
KUSUS YG HADIR SEGERA MAU SAYA SETOR KE PUSAT
bukannya sbgai pendekar terhebat di kehidupan pertama Dan begitu mudah bagi² tehnik kepada org² terdekat di kehidupan kedua nya
Naif...sungguh naif