Akan ku ambil apa yang membuat kalian semua bahagia, akan ku rebut segalanya dan tertawa terbahak-bahak saat kalian menangis sedih.
Aku, adalah kesialan yang sesungguhnya untuk kalian, aku adalah kesedihan yang akan kekal berada di antara kalian. Rasakan, nikmati betapa sakitnya apa yang aku juga rasakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangan Hangat
" Bagaimana bisa kau memperlakukan putriku yah begitu baik, sopan, bahkan tetap menghargaimu setelah ucapanmu yang tidak enak di dengar barusan?! Kau sengaja ingin mempermalukan kami ya? Kau siapa memangnya bisa sampai sejauh ini berbuat tidak menyenangkan? " Protes Ibunya Selena, dan yah tentu saja tatapan marah, dan kesal begitu terlihat dari wajahnya.
" Ada apa ini? Apa kedatangan kami untuk lukisan itu adalah kesalahan? " Tanya wanita paruh baya yang kini terlihat tidak enak dan merasa bersalah karena sebelumnya dia tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi sebelum dia memutuskan untuk bertanya mengenai lukisan itu bersama dengan suaminya.
" Iya! Gara-gara kau dan suamimu datang, wanita tidak beretika ini semakin merendahkan putriku hanya karena matanya yang buta tidak nyaman melihat putriku! " Kesal Ibunya Selena yang semakin menjadi-jadi.
" Ibu, tenanglah, kalau memang aku tidak bisa membeli lukisan itu ya sudah tidak apa-apa, jangan marah lagi ya? " Pinta Selena yang tidak ingin kalau sampai kemarahan Ibunya ini mengundang banyak orang untuk melihat ke arahnya, dan pasti akan malu karena hal ini. Ibunya Selena menatap suaminya yang malah terdiam tak bereaksi padahal jelas putri kesayangan mereka sedang di hina dengan perbuatan gadis di hadapan mereka itu.
" Kenapa kau malah diam saja?! Bela putri kita dong! " Protes Ibunya Selena kepada suaminya.
" A aku, "
Ayah Fer tak bisa melanjutkan ucapannya melihat senyum miring dengan mimik mengejek di wajah Velo begitu menekan perasannya.
" Maafkan kami, kalau begitu buatlah saja mengalah di banding nanti jadi ribut. " Ucap wanita paruh baya itu mencoba merelakan saja di banding kisruh dan tidak enak juga kalau nanti menjadi tontonan orang.
Velo membuang nafas, lalu meraih lengan wanita paruh baya itu dan tersenyum.
" Bibi, wajah Bibi mengingatkanku dengan wajah Ibuku, aku memberikan lukisan itu untuk Bibi bukan karena mereka, itu karena wajah Bibi terlihat menyenangkan, apalagi saat Bibi tersenyum, Aku jadi benar-benar merasa rinduku sedikit terobati oleh wajah menyenangkan Bibi. " Ucap Velo yang benar-benar bisa menampilkan wajah berbaring terbalik dari sana menghadapi Selena dan keluarganya.
Wanita paruh baya itu tersenyum, dia mengubah posisi mereka untuk saling berhadapan dan saling menatap.
" Kau sangat cantik, Ibumu pasti bahagia memliki putri sepertimu. " Ucapnya sembari mengusap dengan lembut wajah Velo. Deg! Velo membeku karena hangatnya tangan wanita paruh baya itu benar-benar mengingatkan dia dengan tangan Ibunya, padahal ucapan Velo yang mengatakan jika wanita paruh baya itu mirip Ibunya adalah bohong, tapi ternyata tangan tulus seorang Ibu menang hangat dan nyaman, sama seperti tangan milik Ibunya.
Velo kembali tersenyum, dan menggenggam tangan wanita itu sebentar.
" Bibi, lukisannya akan di kemas segera, Bibi tunggu ya? " Ucap Velo, lalu berniat meninggalkan tempat itu karena dia tidak tahan merasakan betapa nyamannya tangan wanita paruh baya itu, dia membenci perasaan rindu yang menyesakkan dada, dia benci ketika matanya harus menangisi kenangan tentang Ibunya yang hanya akan membuatnya menjadi lemah.
" Tunggu, nak! " Ucap wanita paruh baya itu, lalu menyerahkan satu kartu nama kepada Velo.
" Jika membutuhkan bantuan apapun, tolong hubungi kami ya? "
Velo tersenyum sembari menerima kartu nama tersebut dan melihatnya.
" Abara Group? " Gumam Velo yang membuat orang tua Selena, serta Selena, juga Rigo tersentak kaget. Abara Group adalah sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang makanan ringan, makanan instan, minuman, bahkan yang baru sekarang mereka mengeluarkan sebuah produk terbaru yaitu, sereal yang sangat di minati para konsumen, bahkan angka penjualannya melebihi target maksimal mereka.
Velo mengangguk dan tersenyum.
" Bibi, jangan begitu baik, nanti kalau aku minta banyak sekali uang bagaimana? " Tanya Velo yang tentu hanya untuk bercanda saja, toh Velo juga sama sekali tidak tahu Abara Group itu sebesar apa.
Wanita paruh baya dan juga suaminya itu terkekeh bersamaan.
" Kalau begitu, kau perlu menjadi anak kami agar bisa mendapatkan banyak. "
Velo terkekeh.
" Iya, menggiurkan sekali. Kalau begitu, tolong sampaikan salamku jika Bibi dan paman memiliki anak laki-laki dewasa, kalaupun sudah menikah, tidak masalah jadi istri kedua. "
Rigo tersenyum mengejek, bagaimana bisa semudah itu berbicara seenaknya kepada orang yang bahkan baru saja di temuinya beberapa menit saja.
Wanita paruh baya dan suaminya terkekeh.
" Siapa namamu, nak? "
" Velove, panggil saja Ve, Bibi. "
" Baiklah, namaku Kate Abara, dan ini suamiku, Johan Abara, kau bisa menghubungi kami kapanpun, kami akan mengingat baik-baik nama dan wajahmu. "
" Terimakasih, aku juga akan mengingat benar wajah Bibi Kate, dan Paman Johan, aku harus pergi, jadi lanjutkan kegiatan kalian ya? " Velo mengangguk hormat, lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan mereka semua.
" Anu, Tuan dan Nyonya Abara, saya mohon maaf untuk apa yang saya ucapkan tadi. Saya terbawa emosi karena wanita tadi begitu merendahkan putri saya. "
Nyonya Kate dan suaminya menanggapi dengan senyum, sejujurnya orang semacam itu sudah sering dia temui, menjilat untuk memperbaiki citra, mendekati dengan maksud, jadi dia hanya perlu membuat batasan dengan sopan agar tak memliki hubungan.
" Tidak apa-apa, toh akhirnya kami juga sangat di untungkan tanpa mengeluarkan sepeserpun uang. Kami permisi dulu, masih banyak lukisan yang belum kami lihat. " Ujar Nyonya Kate lalu segera dia mengajak suaminya untuk pergi dari sana.
Ibunya Selena membuang nafas leganya, untunglah Tuan dan Nyonya Abara adalah orang yang pengertian, batinnya.
" Nyonya Laurent, bagiamana bisa anda mengena orang yang tidak sopan seperti wanita tadi? " Tanya Ibunya Selena kepada pemilik Galery.
Nyonya Laurent memaksakan senyumnya.
" Anda salah, Nyonya. Mengenal Ve, adalah sebuah keberuntungan untuk saya, dan Galery ini. Saya permisi dulu, silahkan lanjutkan saja kegiatan kalian ya? " Ujar Nyonya Laurent lalu meninggalkan mereka.
" Siapa sih sebenarnya wanita tidak tahu sopan santun itu? Kalau dia memang memiliki banyak uang, apa dia tidak ingin menggunakan uangnya untuk sekolah etiket? " Gumam Ibunya Selena dengan kesalnya.
Selena, gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan perasaan sedih. Untuk pertama kalinya dia di permalukan seperti ini, di hadapan Rigo pula. Rasanya bukan hanya hatinya yang hancur, tapi juga harga dirinya.
Rigo yang kala itu menoleh ke sembarang arah sembari menghela nafas tak sengaja melihat Velo, jadi dia memutuskan untuk menghampiri Velo. Yah, dia tidak tega melihat Selena sedih makanya dia ingin berusaha membujuk Velo.
" Selena, aku ke toilet dulu ya? "
" Iya kak. "
Bergegas Rigo menghampiri Velo, dan Velo yang menyadari itu dengan segera meninggalkan dua orang yang tadi mengobrol dengannya untuk menuju ke sebuah ruangan di mana jarang ada orang yang pergi ke sana. Rigo dengan segera mengikutinya, tanpa perduli kemana tujuan Velo.
" Kemana dia? " Gumam Rigo karena dia kehilangan jejak Velo, lalu menoleh ke kanan dan kiri.
Sebuah tangan tiba-tiba terulur menarik lengan bajunya, membawanya masuk ke dalam ruangan yang sepi, dan tentu saja dia adalah Velo.
" Apa-apaan kau ini?! " Protes Rigo.
Velo tersenyum lalu mendorong tubuh Rigo hingga membentur dinding dan menatapnya dengan senyum aneh yang entah apa maksudnya.
" Kau yang apa-apaan? Kenapa mengikutiku? "
" Aku ingin membicarakan tentang lukisan itu. "
Velo tersenyum, lalu menjalankan tangannya untuk memeluk tengkuk Rigo.
" Kalau begitu, biarkan aku melihat bagiamana penampilanmu, nanti akan aku pikirkan. "
Mereka mulai menyatukan bibir.
Bersambung.