NovelToon NovelToon
CINTA Di Ujung PISAU

CINTA Di Ujung PISAU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Rmaa

Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.

Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.

bagaimana kelanjutannya?

silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.

mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you

selamat membaca


see you 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Suasana hati Elina hari ini sangat buruk. kepulangan Aldo telah memicu ke khawatirannya, tatapan Elina tertuju ke Sophia. tanpa basa basi Elina langsung menghampiri adiknya itu, suaranya sedikit meninggi.

"Sophia. aku baru mengingatnya, dia Aldo kan? " tanya Elina menyelidik.

"Iya kak" jawab Sophia menunduk

"aku sudah bilang jauhi Aldo, kau tidak mengerti perasaanku. bukan kah aku sudah memperingatkan mu jika ingin bersekolah di tempat itu jauhi Aldo. tapi apa, kau malah mengajak nya kerumah ini" Bentak Elina ia tak mampu menahan air matanya lagi. rasa khawatir yang sangat mendalam dan takut kehilangan adik dan keluarga satu satunya yang ia miliki.

"Kak. kenapa kau membentak ku? Aku tidak mengerti" sophia tersentak. ia tidak menyangka Elina bereaksi sekeras ini.

"tidak mengerti? Kau bodoh sekali Sophia" kata Elina lagi, ia kemudian duduk dan membanting bokongnya ke sofa.

"Aldo bukan orang baik, dia dia berbahaya" Elina kehilangan kendali. suaranya bergetar akibat emosi yang meluap.

"aku tidak mau kau terluka "

Sophia menunduk,air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia merasa tersakiti dengan omongan kakaknya yang sedikit kasar.

"aku aku hanya ingin berteman dengan nya, aku yakin dia sudah berubah " lirihnya pelan. namun masih terdengar oleh Elina.

Elina menghela napas panjang. melihat air mata adiknya yang menetes ia tak tega dan menyadari kesalahannya yang sedikit keras. namun kekhawatirannya tetap membayangi.

"aku tau Sayang tapi aku mohon pertimbangkan lagi. aku tidak mau kehilanganmu, hanya kamu satu satunya yang aku miliki. aku menyayangimu Sophia" nada Elina melunak. namun kekhawatiran masih masih tersirat di kata katanya, Ketegangan masih terasa diantara mereka berdua.

.

.

Elina berjalan menuju kamar mandi dengan mata sedikit tertutup, semalam ia tidak bisa tidur nyenyak. lingkaran hitam terpampang jelas dimatanya, terlalu banyak drama yang ia alami kemarin,badan nya tampak tak sehat.

tiba di restoran Elina langsung membersihkan meja, mengelapnya agar tidak ada sisa sisa debu yang menempel. keringat bercucuran menetes satu persatu kemeja yang dibersihkan Elina.

Luna yang menyaksikan gerak gerik mencurigakan yang ditunjukan sahabatnya itu segera menghampiri. memegang pundak Elina pelan, lalu membantunya duduk.

"Lin, istirahatlah. jangan paksakan dirimu. duduklah aku akan mengambilkan minum" dengan langkah tergesa gesa Luna segera berlari ke belakang.

Elina terdiam memegang kepalanya yang pusing. tiba tiba terdengar suara ponsel berdering, Elina mencari suara tersebut yang berada di dekatnya ketika menoleh dan ternyata itu ponsel Luna yang tertinggal diatas meja. tertera nama Ibu tersayang, dengan ragu Elina mengangkatnya.

percakapan singkat itu awalnya biasa saja sampai ibu Luna menyebut Ryan dan mengatakan,

"kamu tahu, Luna sangat menyukai Ryan. dan itu sudah sejak lama terjadi. tapi dia tau Ryan berusaha mendekatimu, dan kamu sudah banyak menderita. makanya itu Luna mundur dan dia akan mengikhlaskan kalian berdua. ibu sangat khawatir dengan keadaannya akhir akhir ini, dia jadi pendiam. ibu...ibu takut"

Ponsel terjatuh dari tangan Elina, kata kata itu bergema di telinganya. Luna menyukai Ryan? dan Luna terpaksa mengalah demi kebahagiaanku? . Elina merasa dadanya sesak. pantas saja akhir akhir ini Luna terlihat berbeda.

Elina merasa terbebani dengan rahasia yang baru diketahuinya . sesuatu yang tanpa ia ketahui telah menyakiti sahabatnya, ia merasa sangat bersalah. meskipun begitu Luna tidak membencinya dan menunjukan sikap kasar terhadapnya. luna selalu ada disaat dia butuh selalu jadi penyemangatnya disaat dia sedih.

Luna datang dengan membawa segelas air putih,. ia bisa merasakan dari raut wajahnya terlihat ketulusan yang sangat membuat Elina tersentuh.

"minumlah Lin, biar enakkan"kata Luna sambil menyodorkan gelas ditangannya.

Elina mengangguk patuh. setelah itu Elina memberikan ponsel Luna yang ada ditangannya.

"maafkan aku Lun"

"maaf untuk apa?kau tidak bersalah" Luna mendekat lalu memeluk Elina dengan tulus.

Pikirannya melayang pada Luna, sahabatnya yang selalu ada untuknya. jika saja ibu Luna tidak memberitahukan nya, Elina pasti akan terus menerus menyakiti perasaan sahabatnya itu.

Rasa bersalah menggerogoti hati Elina. Ia merasa telah mengambil sesuatu yang seharusnya bisa menyakiti perasaan Luna, walaupun memang Dia juga tidak bersalah akan hal ini. Elina menyadari bahwa ia telah salah membiarkan Ryan mendekat, tanpa menyadari perasaan Luna yang terpendam.

Ia menyesali sikapnya yang terlalu pasif. Seharusnya ia lebih peka, lebih memperhatikan perasaan sahabatnya. Seharusnya ia lebih tegas menolak perhatian Ryan sejak awal, agar Luna tidak perlu menderita dalam diam. Kini, ia merasa telah mengkhianati kepercayaan Luna, sahabat yang selalu ada di sisinya.

Elina menghela napas panjang, mencoba untuk menenangkan hatinya yang bergejolak. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengubah masa lalu, namun ia bisa memperbaiki keadaan. Ia harus mencari cara untuk menjelaskan kepada Luna, untuk meminta maaf atas ketidakpekaan nya.

Suara langkah kaki yang familiar mengagetkan Elina dari lamunannya. Ryan dengan secangkir kopi di tangan, berhenti di dekatnya. Elina berusaha menghindari tatapan Ryan, ia merasa tidak enak dengan Luna.

"Elina" suaranya lembut. Ryan meletakkan kopinya di meja dan duduk disebelah nya.

"apa masih merasa pusing? wajahmu pucat, pulang dan beristirahatlah.luna akan membatumu" ucap Ryan dengan penuh perhatian.

Elina hanya mengangguk pelan berusaha menghindari kontak mata. Ia tidak bisa berbohong, memang ia merasa kurang enak badan. namun, bukan hanya fisik saja yang sakit melainkan juga hatinya, rasa bersalahnya yang begitu besar semakin membuatnya begitu lemah dan tak berdaya. Elina yang menyadari kepergian Luna segera menggenggam tangan Luna lalu menariknya agar tetap berada disamping nya.

Keheningan mulai menyelimuti mereka, Ryan duduk di kursi di hadapan Elina. Menatap wajah pucatnya dengan simpati, Menatap Elina dengan tatapan yang penuh pengertian. sementara Luna merasa sangat canggung berada diantara keduanya, apa yang harus ia lakukan berdiam diri di tempat itu hanya akan membuat Ryan tak akan bisa leluasa memberi perhatian ke Elina karna kehadirannya.

.

Sementara itu di perusahaan Steele Corporation, seorang CEO dengan kekesalan nya meluapkan emosinya pada asistennya, Sean selalu menjadi bahan sasaran kemarahan Axel. Sean hanya bisa tertunduk diam dan pasrah ketika Axel melayangkan sebuah pukulan ke perutnya. membuat nya meringis kesakitan.

"Sean" suara Axel menggema di ruangan nya yang luas. Sean sang asisten berdiri kaku di dekat meja kerja yang begitu besar. udara di ruangan itu terasa berat, dipenuhi aura kemarahan yang begitu menggelegar.

Sean hanya bisa menunduk. Tak berani menatap mata Axel, ia tahu bahwa dirinya telah membuat kesalahan besar.

"maafkan saya Tuan" pinta Sean dengan suara sedikit bergetar. kemarahan Axel kali ini tidak main main.

"maaf maaf. sudah berapa kali aku peringatkan jangan pernah ada yang masuk ke ruangan ini tanpa ijin dariku" Axel menatap Sean dengan tatapan tajam dan mematikan.

"wanita itu memaksa Tuan, katanya dia adalah calon is istri tuuuan" kata Sean sedikit takut dan ragu.

mendengar pengakuan Sean, Axel menggebrak meja dengan keras hingga tangan nya terluka dan mengeluarkan cairan merah kemeja tersebut.

.

.

.

lanjut yah

dukung aku terus dengan cara like komen dan favorit

See you 😍

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!