Si Culun, Istri CEO Kejam

"Kalian berdua yakin? Tidak ingin melakukan pesta pernikahan mewah?"

Nyonya Alice menatap, putra dan calon menantunya yang siap untuk melangsungkan pernikahan malam nanti.

"No!" Sahut pasangan calon pengantin itu.

Tuan Jeremy dan nyonya Alice, menatap curiga kepada putranya. Mereka sangat yakin, ini pasti rencana putra mereka.

"Saya yang menginginkan ini semua, nyonya, tuan," Sela Lily, saat mengerti tatapan pasangan itu.

"Apa kamu yakin, nak?" Tanya nyonya Alice sekali lagi.

"Iya, saya memiliki pribadi yang tidak bisa diungkap," Jelas Lily.

Brian menatap Lily yang duduk di sebelahnya dengan sangat lekat. Ia penasaran, hal pribadi apa yang di sembunyikan calon istri culunnya ini.

"Ini mengenai keluarga saya," Lanjut Lily kembali.

Brian yang mendengar perkataan Lily hanya berdecak sinis dan memandang remeh calon istrinya. Pria itu yakin, Lily hanya seorang gadis desa yang berasal dari keluarga miskin.

Nyonya Alice hanya bisa menghela nafas, ia hanya bisa pasrah mengikuti keinginan calon menantunya itu.

Tuan Jeremy pun hanya bisa terdiri. "Semoga ini bukan akal-akalan putraku." Pria berwajah gagah itu berkata dalam hati.

"Baiklah, kalau menurut kalian ini yang terbaik," timpal nyonya Alice.

Wajah wanita itu tampak tidak berseri-seri seperti sebelumnya. Ia yang begitu antusias memesan gaun pengantin indah, harus gagal.

"Padahal, mommy sudah menyiapkan gaun untukmu," ucap nyonya Alice dengan wajah lesu.

Lily pun menggenggam tangan calon ibu mertuanya dan tersenyum hangat kepada nyonya Alice. Brian yang melihat senyum Lily merasa begitu geli.

"Maaf!" Ungkap Lily merasa tidak nyaman.

Bagaimanapun ia tidak ingin pernikahan ini diketuai oleh kedua orang tuanya dan itu akan membuat identitas aslinya terungkap.

"Dia tidak akan cocok mengenakan gaun mewah. Akan menjadi sia-sia gaun pengantinnya dikenakan olehnya." Brian yang tidak tahan untuk berkomentar, lantas mengungkapkan pendapatnya yang membuat kedua orang tuanya menjadi geram.

"Wanita buruk rupa dan culun sepertinya, tidak akan pernah cocok mengenakan pakaian modern apapun. Dia hanya cocok dengan pakaian konyol," lanjut Brian dan langsung tertawa puas.

Brian tertawa dengan lepas, tanpa memperdulikan berubah raut wajah kedua orang tuanya yang merasa canggung kepada Lily.

Sementara Lily, hanya bisa mengacuhkannya perkataan Brian. Ia membersihkan telinganya dengan jari kelingking miliknya. Setelah itu, dengan sengaja mengusap jari kelingkingnya di lengan Brian.

"Hey!" Hardik Brian dengan wajah jijik.

"Menjijikkan!" Pekik Brian.

"Dasar culun!" Lanjutnya dengan suara membahana.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Lily dan memperlihatkan senyum usilnya.

"Menjauhlah, dariku jelek," gertak Brian.

Brian terlihat mengedikkan tubuhnya seakan jijik melihat Lily. Pria kaku itu bahkan berlalu dari sana.

Kedua orang tuanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah, putra dan calon menantunya.

"Kamu mau ke mana, nak!" Teriak nyonya Alice saat melihat putranya berjalan menuju pintu utama Mansion.

Brian tidak menjawab, ia terus berjalan tanpa menghiraukan seruan mommynya.

Pria itu memasuki salah satu koleksi dari puluhan mobil sport mewahnya. Brian ingin menghilangkan perasaan muak, melihat Lily berada di sekitarnya.

Pria itu terus mengendarai mobil sport mewahnya ke sebuah gedung apartemen mewah di tengah pusat kota.

Saat turun dari mobil, ia sudah disambut oleh penjaga lobby apartemen. Pria itu berjalan menuju lift khusus untuk mengantar dirinya langsung ke salah satu unit mewah.

Pria itu berjalan di lobby apartemen bak supermodel terkenal. Raut wajah rupawannya didukung postur tubuh ideal dan juga harta berlimpah, membuat pria itu menjadi incaran kaum wanita.

Namun Brian hanya mencintai satu wanita saja, yaitu kekasihnya Selena. Mereka sudah menjalin kasih hampir lima tahun lamanya.

Selena yang merupakan supermodel dunia, membuat Selena menolak lamaran kekasihnya. Ia selalu beralasan tentang surat kontrak dengan agensi juga beberapa brand ternama.

Brian yang sangat mencintai kekasihnya, hanya bisa bersabar menunggu Selena siap, untuk dijadikan pendamping hidupnya.

Brian sudah tiba di unit apartemen mewahnya yang ditempati khusus kekasihnya itu. Apartemen yang khusus diberikan oleh Selena, saat wanita itu berulang tahun.

Brian tidak akan menunggu waktu lama saat kekasihnya itu meminta sesuatu darinya. Ia bahkan memberikan sebuah pulau pribadi kepada — Selena kekasihnya itu.

"Kapan kamu akan kembali, baby?" Brian bertanya dalam hati sambil menarik nafas dalam-dalam. Matanya terpejam dengan kepala menengadah ke atas.

Brian sangat merindukan kekasihnya itu. Sudah satu bulan mereka tidak bertemu. Di saat Brian ingin mengunjungi kekasihnya di negara lain, kedua orang tuanya kembali dan menggagalkan rencananya untuk memberikan surprise kepada — Selena.

"Ini semua karena wanita culun." Batin Brian merasa muak dengan Lily.