Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 14 : Pura-pura sayang
Sesampainya, di rumah sederhana itu Binar langsung berlari memasuki rumah dan mencari ibunya yang ternyata ada di kamar.
Dera bahkan kaget baru saja mereka sampai, belum juga ia keluar dari mobil namun perempuan itu sudah berlari cepat seperti angin.
"Itu Si Binar sama suaminya?" terdengar bisik-bisik tetangga oleh telinga tajam Samudera.
"Bukannya, harusnya Sierra yang nikah ya kok jadi Binar sih, Bu?" tanya ibu-ibu yang lainnya.
Dera tak ambil pusing dan langsung pergi menyusul istrinya.
Maklum lah tempat tinggal Binar itu seperti di perkampungan jadi banyak yang mengurusi hidup orang lain.
Dera memasuki rumah sederhana itu, di sambut oleh ayah mertuanya, Dirga.
"Oh, selamat datang menantuku, kamu juga ikut bersama putriku ternyata?"
sambut Dirga dengan senyum cerianya.
"Seperti yang anda lihat." jawab Dera, sambil matanya mengelilingi setiap sudut ruangan.
"Binar lagi di kamar ibunya, ayo ayah antar ke kamar Binar untuk istirahat." ajak Dirga.
"Saya mau bertemu dengan ibu mertua dulu, boleh ayah beri tahu jalannya?" tanya Dera datar namun tetap sopan.
Nada bicaranya memang begitu kan?
"Binar ini, mungkin dia terlalu rindu sampai suaminya di tinggal begitu saja, tolong di maklumi ya, Nak.." ujar Dirga meminta pengertian menantunya.
Dera hanya tersenyum, sambil mengikuti langkah ayah mertuanya.
Tidak butuh waktu lama karena rumah itu tidak begitu besar seperti rumahnya.
Ia sudah melihat istrinya yang terlihat sangat merindukan ibunya, juga ibu mertuanya yang sedang berbaring lemah di ranjang.
"Permisi, boleh saya masuk?" tanyanya.
"Oh, suami kamu juga ikut? Kok di tinggal sih, Nar? Masuk saja tidak apa-apa." jawab Arini dengan suaranya yang masih lemah, Dera menghampiri ibu dan anak itu di ikuti oleh Dirga.
"Bagaimana keadaanmu ibu?" tanyanya sopan.
"Sekarang sudah baik kok, apalagi sudah bertemu Binar jadi makin sehat badan ibu." jawab Arini bahagia.
"Jangan bohong, liat muka ibu pucat kaya begini, Binar khawatir banget." rajuk Binar, Dera baru kali ini melihat seorang Binar merajuk lucu seperti ini, tanpa sadar ia mengulum senyumnya melihat raut wajah lucu istrinya itu.
"Memang tadinya ibu sakit apa?"
tanyanya lagi.
"Cuma pusing terus demam biasa, sudah minum obat dan udah ada pengobat rindunya jadi pasti segera sehat deh." jawab Arini sambil mencubit pipi putri bungsunya dengan gemas, lalu mencium keningnya.
Binar senang sekali akhirnya bisa merasakan tangan hangat sang ibu.
"Bu, cepet sembuh kangen nasi goreng buatan ibu..." rajuk Binar lagi sambil memeluk perut ibunya.
"Eh, kamu ini gak malu ada suaminya manja-manja begitu." tegur Dirga.
Dera cukup tersentuh dengan interaksi ibu dan anak yang sangat menggemaskan itu.
Manis sekali.
"Nggak masalah kok, ayah." sahut Dera, Binar tidak menyangka bahwa Dera akan sopan pada orangtuanya padahal keluarga mereka sudah membuatnya kecewa dan setelah apa yang pernah ia dengar dari mulut lelaki itu, sungguh Binar tak pernah menyangka bahwa Dera akan bersikap baik.
"Dera, anak ibu menyusahkan ya? Apa dia manja juga kaya gini ke kamu?" tanya Arini, membuat Binar menegang.
"Hah, nggak Bu!" sangkalnya.
"Dera, maaf ya kalau anak ibu menyusahkan, yang satunya mengecewakan kamu, yang satunya sekarang jadi beban kamu, ibu mohon maaf ya?" ujar Arini penuh sesal di matanya.
Dera jadi merasa tidak enak, ia duduk di pinggir ranjang dan meraih tangan ibu mertuanya itu.
"Binar nggak menyusahkan sama sekali, ibu. Jangan merasa tidak enak begitu." jawabnya lembut, se sakit-sakitnya dia, Dera tidak mungkin tega pada seorang ibu yang sedang sakit seperti Arini.
'Tentu saja karena dia yang menyusahkan aku.' batin Binar kesal, entah kenapa pria ini jadi sok baik di depan ibunya.
"Binar kamu harus jadi istri yang baik, jangan seperti kakak kamu mengecewakan Samudera kedua kalinya!" tegas Arini memperingati anaknya, Binar hanya mengangguk malas.
"Ibu serius, Nar! Ibu harap kalian bisa saling sayang suatu hari nanti dan saling menerima. Dera apa kamu sudah bisa menerima Binar yang banyak kekurangan ini?" tanya Arini lagi-lagi dengan raut wajah yang sangat khawatir.
Dera menelan ludahnya, karena sepertinya ia harus berbohong terus kali ini.
Dera mengangguk dengan senyuman.
Baru pertama ini, Binar melihat senyum tulus di bibir suaminya, membuatnya menjadi seperti malaikat, sayang seribu sayang Dera tak pernah tersenyum padanya.
"Oh iya, ibu lupa, Binar bilang kamu juga baik sama dia, kamu sudah mulai sayang belum sama dia?" tanya Arini lagi, Dera bingung mau jawab apa lagi ini?!
"Bu! Udah ah jangan nanya terus kasihan suami aku bingung." protes Binar dengan nada merajuk.
"Yakan ibu cuma mau mastiin kalau kamu itu gak bohong sama ibu."
"Udah deh ibu istirahat aja, kita juga mau istirahat dulu, oke?"
"Iya Bu biarkan mereka istirahat kan baru sampai ini." Dirga ikut menimpali.
Arini terus bertanya-tanya, yang tentunya mereka jawab dengan kebohongan, sepertinya karena itu, mereka akan pura-pura sayang di hadapan Arini.
"Binar jangan lupa suaminya di urus, siapkan makan siang." Arini memeringati lagi, sedangkan Binar mulai mencebikan bibirnya.
"Tapi, Binar capek nanti dulu kenapa?"
benar-benar sifat yang belum pernah Dera saksikan.
"Binar gak boleh gitu, jangan-jangan kamu disana begitu ya, malu-maluin, Nar! Kaya gak pernah di ajari saja."
"Nggak usah gapapa, ibu. Lagipula saya belum lapar, Binar mungkin lelah biar dia istirahat saja saya juga mau istirahat." sela Dera, sambil mengelus rambut hitam panjang milik sang istri yang bersebelahan dengannya.
"Huh kamu ini untung suamimu pengertian."
Dera dapat melihat, pandangan mertuanya yang tenang melihatnya dan Binar.
'Nggak tau aja ibu gimana jahatnya menantunya, cih.' kesalnya dalam hati, ia diam karena demi ibunya supaya tidak khawatir.
Dengan wajah sedikit cemberutnya, Binar mengajak suaminya ke kamarnya.
...****************...
Binar merebahkan diri di kamarnya yang sudah sangat ia rindukan sejak lama, kamar dengan nuansa pink- ungu, tidak besar namun sangat membuatnya nyaman.
"Aaaahh kangennyaaa!" Binar memeluk boneka sapi besar kesayangannya, tanpa sadar bahwa dari tadi Dera memperhatikannya.
Dera memperhatikan pemandangan yang tak pernah ia lihat selama di rumahnya.
Binar yang tersenyum bahagia.
Binar yang manja.
Binar yang manis dan suka merajuk.
Binar yang matanya terus berbinar kala suasana hatinya sedang ceria.
Ia rasa tidak pernah menemukan sosok seperti itu bahkan dalam diri Sierra sekalipun.
Sierra adalah sosok yang lembut dan dewasa.
Sedangkan, Binar seperti gadis lugu yang ceria dan sedikit nakal, bukankah itu akan memberi warna baru dalam hidupnya?
'Hah, mikir apa aku ini?!' rutuknya dalam hati.