Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35 : Saya Tidak Bisa Menerimanya
''Rit, Rita! tunggu!'' seru pegawai lain memanggil Rita.
''Apa sih teriak-teriak?''
Seseorang itu merogoh sakunya mengambil ponsel dan mencari sesuatu didalamnya.
''Eh, kamu kan deket sama Dira, pasti sering komunikasi dong?''
Rita mengernyitkan keningnya.
''Terus kenapa? udah deh nggak usah belok sana belok sini, sat set aja ada apa..'' ujar Rita kesal dengan basa basi temannya yang tidak begitu akrab itu.
''Dih belagu! ah terserah deh.. aku cuma mau tanya ini benar nama Dira teman kita kan?''
Rita menyipitkan kedua matanya berkali-kali memperhatikan dengan seksama apa yang ditunjukkan oleh teman kerjanya itu. Sejujurnya ia sangat shock, namun, antara percaya dan tidak setelah melihat suatu hal yang ditunjukkan oleh temannya. Rita hanya bisa mencoba menanggapi biasa saja agar temannya itu tidak semakin heboh.
''Di dunia ini banyak nama yang sama, nggak usah heboh.'' ujar Rita mencoba berekspresi datar.
''Eh tapikan keluarnya Dira dari sini tuh tiba-tiba banget kan? emangnya kamu nggak curiga gitu sama dia?''
''Terus kenapa kita nggak dapat undangannya sih? ah, mungkin memang belum dikasih.'' imbuhnya.
''Nggak, itu urusan pribadi Dira, kamu ataupun aku nggak perlu ikut campur.'' balas Rita hendak meninggalkan temannya.
''Kalau itu beneran Dira teman kita, wuuiihh peletnya kuat, hahahaha!'' serunya, Rita yang sudah melangkah langsung terhenti dan kembali mendekati temannya itu.
''Punya mulut tolong dijaga! heh, jangan-jangan itu caramu untuk menggaet laki-laki diluaran sana. sungguh menjijikkan.'' balas Rita lalu pergi dengan melangkah lebih cepat karena kesal.
''Ritaaa!!! awas kamu!'' serunya.
Pegawai lain yang melewatinya pun langsung berbisik-bisik menanggapi teriakan tidak jelas itu.
''Undangan Pernikahan.''
''Edgar Raymond.. Ghadira Mentari..''
''Haaahhhhh??''
Rita menutup mulutnya tidak percaya, ia hanya tidak mau menunjukkan keterkejutannya didepan temannya tadi. Sekarang ia sudah berada didalam ruangannya dan kebetulan teman-teman lainnya sedang tidak ada.
''Aku baru pertama kali menemui seseorang yang bernama Ghadira Mentari. Apakah benar ada yang lain?''
''Kalau itu benar, kenapa Dira tiba-tiba dia menghilang, bahkan sekarang nomornya benar-benar sudah tidak bisa dihubungi.''
''Kalau benar itu tuan Edgar dan Dira temanku, sejak kapan mereka saling kenal satu sama lain. Apalagi level yang sangat jauh berbeda, bagaimana mungkin ini bisa terjadi? menikah?? Aaaa Dira.. oh noooo.. aku benar-benar menjadi tidak tenang sekarang.''
Rita terus bergumam di kesendiriannya.
°°
Saat itu..
''Ini untukmu..'' Edgar menyerahkan sebuah paper bag kecil.
Mentari menerimanya setelah meletakkan tas Edgar.
''Apa ini?'' tanya Mentari.
''Kau buka saja.'' jawab Edgar seraya melepaskan dasinya.
''Baik, tapi, ini bukan jebakan kan? saya takut isinya kodok.'' tutur Mentari dengan polosnya.
Edgar pun terkekeh mendengar kalimat yang keluar dari bibir Mentari.
''Apakah pria sepertiku ini ada tampang-tampang suka mencari kodok, hem?''
Mentari menggeleng, lalu nyengir sedikit dan membuka isi paper bag tersebut.
''Tu-Tuan, ini e.. untuk saya?''
''He'em.. kau suka?''
Mentari tidak bisa menutupi kebahagiaan diwajahnya saat Edgar memberikannya hadiah sebuah ponsel mahal. Namun, sesaat kemudian ia kembali mengulurkan paper bag itu kepada Edgar.
''Maaf Tuan, saya tidak bisa menerimanya..'' ucap Mentari.
Edgar yang semula tersenyum menyaksikan senyum Mentari saat menerima hadiah darinya, kini menjadi bingung.
''Kenapa Mentari? kamu tidak suka? ah, atau kamu mau merk yang lain? baiklah besok kita pergi bersama, dan kamu bebas memilih merk yang kamu sukai..''
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,