Ainsley adalah anak kuliahan yang punya kerja sampingan di cafe. Hidupnya standar. Tidak miskin juga tidak kaya, namun ia punya saudara tiri yang suka membuatnya kesal.
Suatu hari ia hampir di tabrak oleh Austin Hugo, pria beringas yang tampan juga pemilik suatu perusahaan besar yang sering di juluki iblis di dunia bisnis.
Pertemuan mereka tidak menyenangkan bagi Ainsley. Tapi siapa sangka bahwa dia adalah gadis yang dijodohkan dengan Austin dua puluh tahun silam. Lebih parahnya lagi Austin tiba-tiba datang dan menagih janji itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Ainsley menatap penampilannya di kaca. Dua minggu sudah lewat semenjak Austin datang ke rumahnya dan melamar didepan orangtuanya.
Kini hari itu tiba. Kesepakatan waktu dimana dirinya akan menikahi lelaki itu. Gadis itu menatap malas dirinya yang kini sudah lengkap dengan gaun pengantin. Ia masih berat menikah dengan pria yang tidak ia cintai.
Tapi mau bagaimana lagi, uang sepuluh milyar sudah keluar dari kantong lelaki itu. Demi pengobatan papanya tentu saja.
Mulai hari ini Ainsley harus rela menjadi istri Austin, CEO kejam, suka berbuat semaunya, mesum dan entah apalagi itu. Ia kembali menatap dirinya di cermin. Ternyata dia cantik juga kalau sudah di poles make up begini.
"Ainsley, kau sudah siap? Ayo keluar. Pengantin prianya sudah datang." Dara, muncul dari balik pintu dengan gaun berwarna jingga. Gaun yang sengaja di pilihkan mama tirinya buat para sahabatnya yang akan menjadi pengiring hari ini.
Mungkin hanya Austin, papa, mama dan ketiga sahabatnya itu yang sangat senang dengan adanya pernikahan ini. Sementara dirinya menerimanya karena terpaksa. Belum lagi masih ada Deisy. Semenjak Austin datang ke rumah mereka waktu itu, Deisy makin dingin padanya.
Ainsley tidak melihat keberadaan kakak tirinya itu sejak tadi. Namun ia tidak peduli. Yang lebih ia pedulikan sekarang adalah meratapi dirinya sendiri yang amat malang. Apakah dia akan bahagia menjadi istri Austin? Banyak wanita mungkin bahagia memiliki suami tampan dan kaya raya, tapi dia...
Gadis itu menarik nafas panjang lalu membiarkan dirinya di bawah oleh Dara ke aula hotel tempat resepsi pesta pernikahan dirinya dan Austin. Papanya sudah menunggu didepan pintu masuk, siap mengiringnya ke dalam.
"Anak papa sangat cantik." puji papanya menerima tangan Ainsley yang di berikan oleh Dara. Ainsley hanya tersenyum paksa.
"Ainsley, papa cuma mau bilang. Sebentar lagi kau resmi menjadi seorang istri. Tolong bersikaplah dewasa dan dengarkan apa kata suamimu. Austin adalah pemuda yang baik. Dia akan menjagamu menggantikan papa nak." kata pria tua itu panjang lebar. Sebenarnya Ainsley malas mendengar, tapi ya sudahlah. Orang tua memang selalu begitu. Ingin anak mereka bahagia.
"Pengantin wanita segera bersiap," kata salah satu WO yang muncul tiba-tiba.
Tak lama kemudian terdengar suara MC dari dalam Aula. Setelah ada instruksi dari MC, Ainsley masuk bersama papanya. Ia bisa melihat dengan jelas pria jangkung dengan wajah mempesona itu berdiri di ujung sana. Wajahnya jelas sekali memancarkan kebahagiaan. Ainsley tanpa sadar malah terpesona dengan pemilik wajah tampan itu namun ia cepat-cepat menyadarkan diri.
Memang tidak banyak tamu yang di undang karena Ainsley tidak mau pernikahan mereka terlalu mencolok. Apalagi kalau sampai ada wartawan. Ia tidak mau wajahnya di ekspose. Karena itu ia meminta pada Austin untuk tidak mengundang banyak orang. Jadi hari ini yang datang kebanyakan hanyalah para sahabat keduanya. Dan beberapa kerabat dekat saja yang sengaja di undang mama tirinya.
Pernikahan itu berlangsung tidak lama. Bahkan setelah keduanya mengucap janji suci itu, Ainsley ingin cepat-cepat menghilang dari aula besar yang kini penuh dengan orang-orang yang entah kenapa makin banyak berdatangan.
"Sudah kubilang aku tidak ingin ada banyak orang di pernikahan kita." bisik Ainsley pelan pada Austin yang setia berdiri dengan tangan yang terus melingkar di pinggangnya.
"Kau yakin itu tamuku?" bisik Austin di telinga gadis itu. Ainsley menatapnya sebentar lalu kembali memandang sekeliling orang-orang didepan sana.
Kalau di lihat-lihat memang kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu dan gaya mereka tidak cocok kalau dibilang kerabat Austin. Entah kenapa Ainsley merasa orang-orang itu agak kampungan. Mana mungkin seorang Austin yang kaya raya ini bergaul dengan mereka. Jangan-jangan itu teman-teman mama tirinya lagi, astaga.
"Aku ingin pulang sekarang!" katanya ingin menutupi rasa malunya.
"Sabar sebentar sayang. Aku juga sudah tidak sabar tidur seranjang denganmu, tapi kita harus menghargai tamu bukan? Biarkan mereka pulang dulu." bisik Austin lagi dengan nada menggoda. Lelaki itu menyeringai melihat wajah Ainsley yang memerah akibat perkataannya.
"Ainsley!"
suara-suara heboh itu yang dulunya membuat telinga Ainsley sakit, kini malah menjadi penolong buatnya. Setidaknya ia bisa terbebas dari Austin walau hanya sebentar.
"Aku tidak menyangka kau akan menikah lebih dulu dari kita bertiga." seru Fina semangat.
Ainsley lagi-lagi tersenyum paksa. Ia masih tidak leluasa dengan tangan Austin yang sepertinya tidak mau lepas dari pinggang rampingnya. Gadis itu menatap pria itu sebentar.
"Bisakah aku bicara sebentar dengan sahabat-sahabatku?" tanyanya. Austin menatap mereka semua bergantian. Sebenarnya ia tidak rela namun ia akan memberikan mereka ruang sebentar.
"Baiklah," balasnya kemudian mencium dahi Ainsley dan berbalik pergi ke tempat beberapa teman bisnisnya berkumpul.
"Cieee mesranyaaa." goda Mira. Tidak pernah mereka melihat seorang Austin selembut itu memperlakukan wanita.
"Kau benar-benar beruntung Ainsley. Dimana lagi bisa menemukan lelaki tampan, kaya raya dan mencintaimu seperti Austin." kata Fina.
"Mm, padahal Austin itu lelaki kejam. Tapi bisa sangat lembut kalau sama kamu. Iri banget deh." timpal Dara.
Ainsley malah tertawa mendengar perkataan mereka. Austin mencintainya? Mereka belum tahu saja seperti apa seorang Austin.
"Oh ya, jangan lupa ceritakan pada kami bagaimana pengalaman malam pertamamu dengan Austin nanti. Kalian pasti akan melakukannya sebentar kan." bisik Fina antusias.
Ainsley sampai terbatuk-batuk di buatnya. Ya ampun, teman-temannya ini tidak ada obrolan lain apa selain hal-hal sensitif seperti itu. Lagipula siapa yang mau melakukan malam pertama? Sekalipun Austin memaksanya ia akan menolak dengan keras.
Sekalipun mereka sudah menikah, Ainsley belum siap. Menghadapi pernikahan barunya saja dirinya belum siap, apalagi dengan hal-hal yang lebih intim seperti itu. Tapi.. bagaimana kalau Austin memaksa? Tidak, tidak! Dirinya harus mencari cara. Pokoknya harus ada cara.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Deisy. Kakak tirimu yang sombong itu kemana?" tanya Dara mengalihkan pembicaraan. Matanya menoleh ke sekeliling ruangan namun tidak juga melihat wanita yang ia sebutkan itu.
"Iya. Sekalipun kalian bukan saudara kandung, harusnya dia datang." tambah Mira. Fina di sebelahnya mengangguk setuju.
"Mungkin dia sibuk dengan pekerjaannya." kata Ainsley mengangkat bahu acuh tak acuh. Lagian dia sendiri tidak peduli mau Deisy ada atau tidak. Tidak ada pengaruhnya sama sekali.
"Aku yakin dia iri dengan pernikahanmu makanya tidak datang." imbuh Fina.
"Benar. Apalagi pria yang di nikahi Ainsley adalah bosnya di kantor. Berarti sekarang Ainsley termasuk bosnya juga dong." tambah Dara lalu tertawa senang. Mereka semua memang tidak pernah menyukai Deisy.
Menurut mereka Deisy itu sangat galak dan tidak bisa bergaul. Ralat, bukannya tidak bisa. Tapi pilih-pilih. Perempuan angkuh seperti Deisy itu hanya mau bergaul dengan orang-orang kelas atas. Supaya statusnya terlihat tinggi di mata orang-orang tentu saja. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Ainsley tidak pernah memilih-milih temannya. Bagi Ainsley, mau berteman dengan siapa saja semuanya sama. Asal jangan terjerumus ke hal-hal negatif saja.
melaknat pelakor tapi malah begitu membela pebinor bahkan pebinor melecehkan istri orang dan membuat rumah tangga orang salah paham dan nyaris hancur tetap saja pebinor dibela dan diperlakukan sangat2 lembut (ini contoh pemikiran wanita murahan
dan novel mu adalah cerminan pola pikirmu dan karakter mu