Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Setelah pertemuan kemarin di restoran, Sean menepati janjinya pada Kanaya. Laki-laki itu datang ke rumah untuk melamar Kanaya.

Kanaya yang sudah diberitahu sebelumnya kalau Sean akan datang, sudah bersiap-siap di rumahnya. Perempuan cantik itu sudah menceritakan maksud kedatangan Sean pada kedua orang tuanya.

Kanaya sungguh tidak menyangka kalau ternyata sang ayah langsung menyetujui ketika gadis itu menceritakan tentang Sean dan maksud kedatangan pria itu ke rumahnya.

Ayahnya juga tidak keberatan meskipun Kanaya dan Sean hanya menikah siri. Gadis cantik itu beralasan jika kedua orang tua Sean sedang sibuk dengan pekerjaannya di luar negeri.

Oleh karena itu, pernikahan mereka untuk sementara hanya bisa dilakukan secara siri. Meskipun awalnya ragu, Danu akhirnya menyetujui setelah mendengar alasan yang dikatakan oleh putrinya.

"Apapun keputusanmu, ayah akan selalu mendukungmu, Nay, asalkan kamu bahagia." Ucapan Danu semalam membuat Kanaya menitikkan air mata. Dalam hati, gadis itu meminta maaf karena telah membohongi sang ayah.

Sementara itu, Rianti hanya bisa menganggukkan kepala menuruti keinginan Kanaya. Perempuan paruh baya itu meneteskan air mata. Merasa sedih karena harus mengorbankan masa depan sang putri hanya demi biaya operasi ayahnya.

Seandainya suaminya tahu kalau Kanaya menikah demi membayar hutang uang yang telah dipakainya untuk biaya operasi, dia pasti akan sangat marah. Bukan hanya marah, dia pasti akan merasa bersalah karena telah menjadi penyebab Kanaya menikah dengan suami orang.

"Semoga kamu bahagia, Nak." Rianti dan Danu berucap bersamaan.

"Terima kasih Ayah, Ibu ...." Kanaya memeluk kedua orang tuanya itu sambil menangis.

***

"Assalamualaikum ...."

"Waalaikumsalam ...." Rianti yang berada di ruang tamu segera membukakan pintu. Perempuan paruh baya itu sejenak tertegun saat melihat siapa yang berada di depan pintu.

Seorang laki-laki dengan wajah sangat tampan berdiri di depan pintu rumahnya. Pria itu terlihat sangat sempurna. Bukan hanya wajahnya saja yang tampan, tetapi, bentuk tubuhnya juga sangat ideal. Pria di depannya itu hampir mirip artis-artis yang sering Rianti lihat di televisi.

"Selamat siang, Bu. Saya Sean. Saya datang kemari untuk bertemu dengan Kanaya dan kedua orang tuanya." Sean mengulurkan tangannya. Wajah tampannya menyunggingkan senyum yang jarang ia perlihatkan di hadapan semua orang.

"Ka–Kamu Sean?" Rianti tergagap. Perempuan paruh baya itu kemudian tersenyum saat melihat senyuman manis terbit di wajah Sean.

"Ya, Bu. Saya Sean. Apa Kanayanya ada?"

"Kanaya ada di dalam. Mari masuk." Rianti mempersilakan calon menantu sementaranya itu masuk ke dalam rumah.

"Kami semua sudah menunggu kedatanganmu." Rianti tersenyum. Ibu dari Kanaya itu menyuruh Sean duduk. Sementara dirinya memanggil sang suami yang masih berada di dalam kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Danu datang mendekati Sean yang duduk manis di atas sofa berwarna merah kesukaan Kanaya. Sementara itu, Kanaya yang sedari tadi menunggu kedatangan Sean dengan gelisah kemudian keluar kamar.

Gadis itu tidak langsung menemui Sean. Kanaya langsung ke dapur untuk menyiapkan minuman.

Sean bangkit dari duduknya saat Danu keluar dari kamar mendekatinya. Sean mengulurkan tangannya pada pria paruh baya yang baru saja memperkenalkan diri sebagai ayah dari Kanaya, perempuan yang sebentar lagi akan dinikahinya sesuai keinginan Sandra, sang istri tercinta.

"Apa maksud kedatangan kamu ke sini?" Tanpa basa-basi, Danu langsung menanyakan maksud kedatangan Sean. Meskipun sebenarnya ia sudah tahu dari Kanaya, tetapi, Danu ingin mendengarnya langsung dari pria itu. Pria yang katanya ingin melamar putri kesayangannya.

"Saya sudah bicara dengan Kanaya Kalau hari ini saya akan datang untuk melamarnya." Sean melirik Kanaya yang terlihat sangat cantik. Gadis itu membawa nampan berisi minuman, kemudian menyuguhkan minuman itu di depannya juga kedua orang tuanya.

"Maksud kedatangan saya ke sini, saya ingin meminta izin pada Bapak dan ibu untuk melamar Kanaya dan juga menikahinya." Sean menatap sepasang suami istri di depannya itu dengan raut wajah serius.

Sementara Kanaya terlihat gugup saat bibir Sean mengatakan akan menikahinya.

"Saya meminta izin pada Bapak dan Ibu untuk melamar Kanaya sekaligus ingin segera menikahinya. Setelah lamaran ini diterima, tiga hari kedepan saya akan langsung menikahi Kanaya."

"Apa?"

Danu tampak terkejut. Semalam Kanaya hanya mengatakan kalau akan ada seseorang yang datang untuk melamarnya. Bukan langsung menikahinya. Laki-laki paruh baya itu melirik ke arah putrinya yang terlihat tersenyum.

"Maaf, Ayah. Semalam aku lupa bilang sama Ayah kalau Sean akan menikahiku setelah melamarku hari ini."

"Gadis nakal! Semalam kamu hanya mengatakan pada ayah kalau pria itu akan menikahimu secara siri karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya di luar negeri."

"Maaf, Ayah." Senyum Kanaya kembali terbit di wajah cantiknya.

"Seandainya Bapak dan lbu setuju, saya akan menikahi Kanaya dalam waktu tiga hari setelah ini."

"Tiga hari setelah ini?" Danu dan Rianti saling berpandangan. Kemudian sama-sama menatap Kanaya yang terlihat mengangguk.

"Saya hanya ingin cepat meresmikan hubungan saya dengan Kanaya, daripada nanti malah berbuat dosa." Sean menatap Kanaya yang entah kenapa hari ini terlihat sangat cantik di matanya. Padahal, dari kemarin ia biasa saja saat melihat perempuan itu.

"Iya, 'kan, Nay?"

"I–iya." Kanaya menatap Sean, tetapi, detik berikutnya perempuan itu langsung memalingkan wajah saat detak jantungnya mulai menggila.

"Ayah, bukankah ayah sendiri yang menyuruhku untuk segera menikah? Aku dan Sean sudah sama-sama dewasa, daripada nanti kita malah berbuat dosa, bukankah jauh lebih baik menikah langsung saja?" Kanaya menatap kedua orang tuanya.

"Tapi, Nay, ayah ingin pernikahan kamu dirayain, biar ayah bisa mengundang keluarga besar kita."

Kanaya menggeleng, "Pernikahan ini hanya pernikahan siri, Ayah. Nanti, kalau kita menggelar resepsi, Ayah undang seluruh keluarga besar kita," jelas Kanaya hati-hati.

"Baiklah! Terserah kalian berdua saja. Ayah akan mendukung apa pun keputusan kalian."

"Terima kasih, Ayah." Kanaya tersenyum mendengar ucapan Danu.

"Kalau Bapak dan Ibu memang merestui kami, izinkan saya melamar Kanaya." Suara Sean membuat Kanaya dan kedua orang tuanya menoleh ke arah pria itu.

Sean mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru berwarna merah terlihat di tangan Sean. Pria itu kemudian membuka kotak perhiasan berisi sepasang cincin itu di hadapan Kanaya.

"Naya, di hadapan kedua orang tuamu, aku ingin melamar kamu. Maukah kamu menjadi istriku?" Sean menatap wajah cantik Kanaya yang merona.

Tanpa berpikir panjang, Kanaya mengangguk. Sungguh! Ini adalah momen paling bahagia dalam hidupnya. Sayangnya, tidak ada yang merekam saat pria itu sedang melamarnya sekarang.

Meskipun pernikahan ini adalah rencana dari Sandra, tetapi, Sean benar-benar maksimal menjalankan rencana istrinya itu.

Kanaya mengulurkan tangan saat pria tampan itu menyematkan sebuah cincin pada jarinya.

BERSAMBUNG ....

Mampir juga ke karya temen Author yang judulnya Terjerat Cinta Berondong Kaya, Author Liana Kiezia

Blurb

🚦Mafia story, (Karya ini sesoan 2 Kehidupan kedua sang putri)

"Lepaskan aku Ken, cari pasangan yang seusiamu, kau masih muda!" Teriak Angelina Aya M.A.

"Tidak semudah itu wahai wanita! Saat kau menyetujui dokumen pernikahan kita, artinya kau hanya milikku, istriku! Meski harus kupatahkan kaki indahmu, aku tak keberatan. Karena aku sangat mencintaimu!"

Angelina Aya M.A melakukan hal yang konyol ketika ia masih mengalami cacat penglihatan yaitu mencari suami bayaran untuk memuluskan aksi membalas dendam pada mantan calon suaminya yang berselingkuh.

siap sangka mencari suami pengganti membawanya dalam jeratan seorang pria muda yang tajir melintir yang begitu mencintai nya hingga tahap obsesi.

Akankah pernikahan mereka akan bertahan setelah Aya tau jika suaminya lebih muda 7 tahun darinya?

Atau mereka akan berpisah sesuai dengan kesepakatan kertas di atas putih sebelum pernikahan mereka di langsungkan?