One Piece Raja Bajak Laut Dengan System Kapten

Ruangan konferensi di Cabang Angkatan Laut Lautan Timur dipenuhi asap rokok dan wajah-wajah yang tegang. Di tengah meja panjang, dua poster buronan terbentang, menampilkan wajah dua pria yang kini menjadi ancaman terbesar di wilayah mereka.

Mayor Granny menghela napas, lalu berbicara dengan suara berat.

"Kali ini, hadiah buronan mereka akan langsung ditentukan oleh Markas Besar."

Para perwira saling bertukar pandang. Ini bukan keputusan yang biasa.

"Lautan Timur dikenal sebagai wilayah paling damai di dunia. Rata-rata nilai bounty bajak laut di sini tak lebih dari lima juta Belly. Bahkan Aoran si Murloc, yang selama ini dianggap ancaman terbesar, hanya memiliki harga kepala dua puluh juta Belly."

Granny menunjuk ke dua poster itu dengan ujung jarinya.

"Tapi dua orang ini… 'Petinju Api' Ace dan 'Ksatria Kilat' Andi… mereka bukan bajak laut biasa."

Suasana semakin tegang.

"Nilai bounty mereka pasti jauh melebihi angka itu!"

Para perwira yang hadir tampak semakin gelisah. Kata-kata Granny terdengar seperti penghinaan terhadap keamanan di Lautan Timur, seakan mereka telah gagal menjaga stabilitas wilayah ini.

Kolonel Tikus, seorang pria bertubuh kecil dengan wajah licik, bersandar di kursinya sambil tersenyum tipis. "Jadi begitulah, ya? Karena kita dianggap gagal, Markas Besar ingin turun tangan sendiri?"

Beberapa perwira meliriknya dengan curiga, tapi Granny hanya menatapnya sekilas sebelum melanjutkan.

"Markas Besar menganggap situasi ini serius. Dan lebih dari itu…"

Ia berhenti sejenak, lalu menatap mereka satu per satu.

"Pahlawan Angkatan Laut, Letnan Jenderal Garp, mungkin akan turun tangan sendiri."

Sekejap, keheningan menyelimuti ruangan.

Beberapa orang tampak kaget, sementara yang lain menegang. Garp bukan hanya seorang legenda, tapi juga seseorang yang telah menumbangkan banyak bajak laut hebat.

Jika dia kembali ke Lautan Timur, itu tidak hanya berarti perburuan terhadap Ace dan Andi, tapi juga kemungkinan bersih-bersih besar-besaran di tubuh Angkatan Laut sendiri.

Kolonel Tikus terlihat pucat. Tangan gemetarnya mencengkeram meja. Jika Garp benar-benar datang, bukan hanya para bajak laut yang akan disapu bersih, tetapi juga para pejabat korup seperti dirinya.

"Jika itu benar, kita harus bersiap dari sekarang!" salah satu perwira berseru. "Bersihkan semua bajak laut di sekitar pangkalan, dan selidiki setiap celah di tubuh Angkatan Laut!"

Granny mengangguk tegas.

Sementara yang lain masih mencerna berita ini, Tikus hanya bisa duduk diam, keringat dingin membasahi punggungnya.

Ia tahu… jika Garp benar-benar datang, itu bisa menjadi akhir bagi dirinya.

Di tengah lautan yang luas, angin berembus lembut, membawa aroma asin yang khas.

Ombak bergulung perlahan, sementara burung laut terbang rendah di atas air, mencari ikan yang melompat keluar sesaat sebelum tenggelam kembali.

Di atas kapal perang yang kini dikuasai bajak laut, Andi berdiri di haluan, menatap ke cakrawala.

Dulu, pemandangan seperti ini mungkin hanya terlihat indah di matanya. Tapi sekarang, di dunia ini dunia bajak laut adalah sesuatu yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian.

Laut ini bukan tempat untuk orang yang lemah.

Penjarahan, kekerasan, dan kekacauan adalah hukum yang mengatur dunia ini.

Mereka yang kuat akan naik ke puncak dan mengendalikan segalanya dan Mereka yang lemah akan tertelan oleh arus tanpa ampun.

Kini, Andi adalah bagian dari dunia itu.

Ia tahu bahwa ada cara yang lebih aman untuk hidup di dunia ini. Jika ingin membangun kekuatan, bergabung dengan Angkatan Laut bisa menjadi pilihan terbaik.

Mereka memiliki jalur promosi yang stabil, akses ke Rokushiki—teknik bela diri khusus Angkatan Laut—dan bahkan kesempatan untuk mendapatkan Buah Iblis yang kuat.

Tapi bagi Andi, jalan itu sudah tertutup.

Ia telah menebas Monka.

Dan dengan itu, ia telah memilih jalannya sendiri.

"Di dunia ini, hanya kekuatan yang dapat memastikan keberlangsungan hidup."

Andi bergumam pelan.

Matanya menyala penuh tekad.