kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GOSIP BEREDAR
Agak lucu Farrel melihat tingkah Lia, yang tadi seperti maling sedang kepergok.
"Emang bener aneh anak itu"
Dia pun tersenyum-senyum sendiri, datanglah Seno mengetuk pintu ruangan Farrel, dan Farrel mempersilahkannya masuk.
"Loh kenapa Pak?"
Tanya Seno karena melihat Farrel sedang tersenyum-senyum.
"Gak lucu saja sama tingkah teman Kamu Lia"
Seno hanya tersenyum melihat wajah Pak Farrel yang berseri-seri.
"Pak.. Bapak sepertinya senang melihat Lia"
"Hah.. Apaan.. Ah.. Kamu ini Seno"
Seno melihat sebuah kotak di atas meja Farrel, Seno pun bertanya apa itu.
"Oh tadi Lia yang kasih katanya untuk Saya"
"Oh iya.. Saya pikir kado untuk Saya"
Seno bicara sambil tersenyum.
"Memangnya Kamu ulang tahun Seno hari ini?"
"Iya Pak Farrel Alhamdulillah hari ini ulang tahun Saya"
"Waah selamat ulang tahun ya Seno, tenang kado dari Saya nanti menyusul"
"Iya Pak santai, oh iya Pak Saya sebenarnya ingin memesan wedding organization tapi yang bujetnya standar lah harga rakyat jelata"
Farrel tertawa mendengar ucapan Seno.
"Harga rakyat jelata, ya ampun Seno, sini deh.. Sekarang Kamu sudah menjadi teman Saya, Saya akan pakai WO langganan saya yang biasa di pakai di acara keluarga Saya, untuk biaya, sebisanya saja Kamu bayar sesuai bujet yang Kamu punya, sisanya Saya dan perusahaan yang bayar"
"Loh Pak Gak enak dong kalau begitu Saya nantinya"
"Santai lah Seno, oh iya.. Saya boleh gak ya main ke rumah Kamu"
"Waduh yang benar ini pak Farrel, mau main ke rumah Saya, rumah Saya kecil loh Pak, tidak semewah rumah Bu Riana atau Bapak"
"Jangan begitu Seno, Saya selalu menghargai setiap hasil kerja keras seseorang, rumah itu kan pasti hasil kerja keras Kamu"
Seno merasa terhormat dengan kata-kata Farrel, lalu Ia mengatakan jika malam ini juga boleh kalau ingin ke rumahnya sekalian bisa makan bersama dan akan mengenali calon istrinya juga Putrinya.
"Maaf Seno, kamu menikahi janda?"
Seno pun bingung ingin menjelaskan dan memulai bercerita dari mana tentang masalalu nya bersama Anita.
"Ceritanya panjang Pak, tapi yang pasti itu anak kandung Saya, dan Saya tidak menikahi janda, bisa di bilang Saya menikahi wanita masalalu Saya"
Farrel mencerna ucapan Seno dan Ia mengingat waktu itu Seno pernah berkata sudah saatnya Ia berhak bahagia dan mengambil tindakan.
"Baik Saya mengerti"
Kemudian Seno menanyakan apa isi hadiah yang Lia berikan untuk Farrel, tanpa ragu Farrel pun membuka hadiah itu.
Dasi warna abu-abu dengan garis putih itulah isi hadiah yang Lia berikan, seketika Farrel tersenyum memandangi hadiah dari Lia, Seno yang melihat reaksi Farrel seperti itu menjadi berfikir apakah Farrel menyukai Lia.
"Bagus ya Pak hadiahnya"
"Iya.. Saya suka"
Dalam hati Farrel berkata mengapa bisa Lia tahu seleranya, lalu Seno mengatakan,
"Pak senyum-senyum terus, Pak Farrel menyukai Lia ya?"
"Iya Saya suka Dia"
Dengan spontan Farrel berkata entah sadar atau tidak, tapi sepertinya itu tanggapan dari hatinya.
"Bapak serius menyukai Lia"
"Hah... Apa?"
Farrel mulai tersadar dengan pertanyaan Seno.
"Seno sebaiknya Kamu kembali ke ruangan Kamu, karena Saya harus pergi"
Farrel menjadi gugup tak tahu harus beralasan apa dengan jawabannya tadi.
"Oke baik Saya permisi"
Seno hanya tersenyum melihat tingkah Farrel.
Anita seperti biasa menjemput Sena pulang dari sekolahnya, namun saat Ia memasuki area taman sekolah Anita menjadi pusat perhatian sebab gosip panas tadi masih jadi perbincangan.
Merasa aneh di lihat dan di perhatikan oleh banyak ibu-ibu wali murid, Anita pun mendekati Mereka dan ingin bertanya, namun saat Anita mendekat, seseorang menjauh darinya, Anita sungguh bingung apa yang sebenarnya terjadi.
"Maaf ini ada apa ya?, kok Kalian sepertinya membicarakan Saya"
"Ya iyalah.. Bagaimana gak jadi perbincangan, Kita tuh baru tahu ternyata Kamu itu merebut suaminya Tania"
Anita kaget mendengar berita itu.
"Merebut suami orang, ibu-ibu Saya punya hubungan dengan Seno saat Seno sudah bercerai dari Tania, Saya tidak merebutnya"
Namun ibu-ibu ini malah tertawa sinis dan berkata hal yang menyakitkan hati.
"Duh.. Mana ada lagi maling ngaku, ya gak ibu-ibu?"
Tanya salah seorang ibu-ibu kepada ibu-ibu yang lain.
Tiba-tiba saja Tania datang, dan Ia tersenyum senang melihat nama Anita kini menjadi semakin buruk.
"Tania ini pasti Kamu kan yang sebar berita gak benar ini"
"Loh.. Beritanya benar kok, gak ada yang salah, Kamu memang merusak rumah tangga Saya, dari dulu malah, hanya saja Kamu baru datang sekarang saat Aku akan bercerai dari Seno, dan itu jadi kesempatan kamu bukan?"
Anita merasa sungguh sangat malu dan sedih, karena semua orang hanya mau mendengar dari sisi Tania, tapi Mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi.
Anita memandang Tania dengan tatapan sangat tajam, kini Ia menghilangkan rasa simpati atau ingin baik padanya, selama ini Ia masih menghargai Fathia, namun makin kesini Tania merusak nama baiknya, lalu salah satu ibu-ibu ada yang mengatakan Sena anak haram.
Tentu saja hal itu membuat Anita semakin marah karena sudah menghina putrinya.
"Ibu-ibu lebih baik Kalian urusi keluarga Kalian, dari pada Kalian membicarakan sesuatu yang belum tentu ada benarnya"
Tania benar-benar sudah kelewatan jika dirinya saja yang di hina Ia akan menerima, namun kini Putrinya menjadi sasarannya.
"Tania, Kamu bilang anak Saya anak haram, lalu apa dengan Fathia, Fathia juga bukan anak kandung Seno"
Ucapan Anita kali ini membuat hati Tania resah.
"Heh jangan sembarangan Kamu ya, anak Saya hasil dari pernikahan, memangnya Kamu hamil dan tidak pernah menikah"
Seluruh ibu-ibu di buat terkejut akan ucapan Tania, mata Anita kini mulai berkaca-kaca, dan ketika ingin melawan ucapan Tania, Sena pun datang memanggil ibunya.
"Mamah .. Ayo pulang"
"Nah...ini nih anak haramnya, eh ibu-ibu jangan ada yang mau temenan ya anaknya sama Sena, nanti ibunya deketin suami ibu-ibu bagaimana, gak ada yang mau kan kalau suaminya direbut sama pelakor ini"
Ucap celetukan ibu-ibu wali murid kepada yang lainnya.
"Ih amit-amit deh jangan sampai suami Kita kena peletnya"
Sungguh mulut yang tak pernah sekolah, apapun yang Anita katakan akan tetap salah di mata orang-orang ini, Anita hanya merasa bersedih dengan semua ini, lalu Sena berkata,
"Mah.. Maafin Sena ya, gara-gara Sena Mamah jadi di omongin"
"Gak syaang, Sena anak pintar anak baik, mereka yang gak baik untuk Kita"
Lalu datanglah ibu wali kelas Sena, dan menegur para ibu-ibu yang sedang menyerang Anita.
"Hentikan sudah!!"
Tolong ya ibu-ibu disini bukan tempat ghibah dan tolong jangan menghina orang seenaknya, kalau Kalian yang di posisi ibu Anita, bagaimana perasaan Kalian, tolong jangan ajarkan contoh buruk pada anak-anak Kita"
Para ibu-ibu ini terdiam membisu ketika wali kelas murid menegurnya.
"Maaf deh Bu guru, Kami cuma resah saja karena di sekolah Kita ada seorang pelakor"
Wali kelas Sena menatap Anita juga Sena, lalu Ia meminta untuk bubar dan pulang.
"Silahkan semuanya pulang, dan bawa anak Kalian masing-masing, kecuali ibu Tania"
Tania terdiam menatap wajah wali kelas.
"Loh kenapa kok Saya, ada apa ya Bu guru?"
"Saya butuh bicara dengan ibu dan juga Bu Anita"
Tania pun menuruti perkataan wali kelas.
Dan di rasa disini sudah sepi tidak ada lagi ibu-ibu sosialita wali kelas pun memulai obrolan.
"Bu Anita sebelumnya Saya minta maaf atas kegaduhan yang terjadi di sekolah ini, berita-berita yang tidak enak di dengar, atau hinaan para ibu-ibu disini"
"Gak apa-apa kok Bu guru, Saya sudah terbiasa menerima semua ini, hanya saja kenapa Sena di bawa-bawa dalam pembicaraan Mereka, itu membuat hati Saya merasa sakit sekali mendengarnya"
"Sekali lagi atas nama sekolah meminta maaf ya Bu Anita".
Anita legowo dengan permintaan maaf dari wali kelas Sena, lalu wali kelas berkata juga pada Tania.
"Ibu Tania mohon maaf, jika ibu punya masalah pribadi dengan ibu Anita, sebaiknya jangan membawa-bawa ibu-ibu disini apalgi anak-anak"
"Maksud Bu guru ini apa sih Saya benar-benar gak ngerti"
"Saya lihat Sena sekarang di jauhi oleh teman-temannya di kelas, dan itu semua karena ucapan Fathia yang menghasut teman-temannya, kalau sudah seperti ini kan kasihan Sena Bu Tania"
Tania menatap sinis Anita juga Sena.
"Bagus banget ya ibu sama anak sama saja, tukang hasut"
Ucap ceplos Anita kepada Tania, sambil tersenyum sinis.
"Sudah-sudah jangan di teruskan lagi, Saya mohon sama Bu Tania dan Bu Anita, tolong di jaga dalam berucap apalgi di depan anak-anak, dan sekarang Saya minta Kalian semua pulang"
Lalu Sena menggapai tangan ibu wali kelas.
"Terimakasih ya Bu guru, sudah mau jadi teman Sena tadi"
Ibu wali kelas pun tersenyum lalu Ia menjawab,
"Sena, sekarang pulang ya, istirahat"
Sena tersenyum menganggukkan kepalanya, dan kini Mereka pun berjalan pergi dari sekolah.
Setelah dari sekolah Anita pergi ke Taylor untung mengambil bantal custom pesanannya.
"Terimakasih ya Mas, ini bagus sekali"
"Sama-sama Bu"
Anita segera membayar pesanannya, dan kemudian kembali pulang.
Saat di perjalanan Anita bertanya soal di sekolah pada Sena.
"Jadi Kamu tadi di jauhi oleh teman-teman"
"Iya Mah, Fathia sekarang berubah, Dia gak sayang Sena lagi"
Anita merasa bersedih di umur yang masih kecil seperti ini, Sena harus mengalami hal berat dalam hidupnya.
"Sena nyaman gak di sekolah?"
Sena terdiam tak menjawab, Anita kini paham bahwa putrinya memang merasa tidak nyaman berada di sekolah.
"Kalau Kita pindah sekolah Sena mau?"
Sena hanya menatap wajah Anita namun belum menjawab.
"Ya sudah Sena pikirkan dulu ya, kalau Sena mau pindah Sena tinggal bilang sama Mamah"
"Iya Mah"
Waktu sudah menunjukkan jam pulang bekerja, seluruh karyawan bersiap untuk kembali pulang.
Saat berjalan menuju ruangan Seno, Farrel berpapasan dengan Lia, lalu Ia memanggil Lia.
"Lia"
Panggil Farrel dengan suara cukup lantang.
"Iya Pak, kenapa?"
"Kamu temannya Anita kan calon istrinya Seno"
"Iya Pak emangnya kenapa?"
"Gak Saya mau mengajak Kamu berkunjung ke rumah Anita"
Lia merasa senang mendengar tentang Anita, karena baginya juga sudah lama tak berjumpa dengan sahabatnya itu.