NovelToon NovelToon
Langit Bumi

Langit Bumi

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perubahan Hidup / Identitas Tersembunyi
Popularitas:488k
Nilai: 4.7
Nama Author: Abil Rahma

Hafidz tak pernah menyangka jika dirinya ternyata tak terlahir dari rahim ibu yang selama ini mengasuhnya. Dia hanya bayi yang ditemukan di semak dan di selamatkan oleh sepasang suami istri yang dia kira orang tua kandungnya, membuatnya syok dengan kenyataan itu.

Sebenarnya dia tak ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya, karena dia merasa sudah bahagia hidup bersama orang tua angkatnya saat ini, tapi desakan sang Ibu membuatnya mencari keberadaan keluarga kandungnya.

Mampukah dia menemukan keluarganya?
Bagaimana saat dia tahu jika ternyata keluarganya adalah orang terkaya di ibu kota? Apakah dia berbangga hati atau justru menghindari keluarga tersebut?


"Perbedaan kita terlalu jauh bagikan langit dan bumi," Muhammad Hafidz.


"Maafin gue, gue sebenarnya juga sakit mengatakan itu. Tapi enggak ada pilihan lain, supaya Lo jauhin gue dan enggak peduli sama gue lagi," Sagita Atmawijaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

"Bu Sinta di RS ini udah sekitar sepuluh tahun lalu, katanya. Saya sendiri kurang tahu, karena lima tahun yang lalu saat saya pertama masuk RS ini, beliau sudah ada di sini," jelas sang suster.

Hafidz terkejut mendengar penuturan sang suster, selama itu Mamanya berada di rumah sakit ini? Tega sekali suaminya yang membiarkan Mama dalam kesepian sendiri. Apa tidak ada usaha lain? Apa memang sengaja membiarkan Mama di tempat ini, tapi kenapa mereka sekejam itu?

"Keadaan beliau juga sudah seperti saat ini, hari-harinya hanya dilalui dengan berdiam diri, belum pernah sekali pun saya mendengar beliau berbicara. Tapi kata suster yang dulu menjaganya, saat awal-awal beliau sering histeris, teriak tak jelas, dan itu berlangsung selama beberapa bulan, setelah itu ya seperti sekarang ini," tambah sang suster.

Hafidz dan suster yang sudah dia kenal dengan nama suster Nana itu menjelaskan beberapa hal yang dia ketahui.

Hafidz mengatur nafasnya yang tiba-tiba memburu, kecewa, takut dan marah, tapi entah dia harus marah dengan siapa? Kenapa mereka setega ini?

"Apa Papa sering ke sini Sus?" tanyanya, dia tak ingin kepergok saat berada di sini.

Tapi jawaban suster Nana membuat Hafidz kembali marah, dan sangat kecewa.

"Jarang sekali, kadang dua bulan sekali baru datang, pernah sampai hampir setengah tahun beliau baru mengunjungi Bu Sinta," jawab suster Nana.

"Makasih atas infonya ya Sus," ucap Hafidz, menurutnya sudah cukup informasi ini.

"Saya ingin bertemu Mama lagi sebelum pulang." Hafidz beranjak dari duduknya, tapi suster Nana mencegah membuatnya duduk kembali.

"Maaf Mas, beberapa waktu lalu, saat saya membereskan barang Ibu, saya menemukan ini. Dan maaf saya sudah lancang membaca beberapa, karena penasaran. Saya kira isinya tulisan biasa, ternyata ini seperti curhatan. Tapi tulisannya dalam bahasa asing." Suster Nana menyerahkan buku kecil berwarna biru muda yang terlihat sudah usang pada Hafidz.

Hafidz menerima buku tersebut, perlahan membuka sampul buku itu. Tanpa membaca lebih detail, dia kembali membuka lembaran selanjutnya, dan seperti yang dikatakan suster Nana, tulisan dalam buku tersebut berbahasa asing. Bahkan bukan bahasa Inggris yang kebanyakan orang mengetahuinya, tapi bahasa Rusia yang tak banyak orang bisa. Juga ada beberapa yang memakai bahasa Inggris.

"Suster bisa bahasa Rusia? Tulisan ini kebanyakan pakai bahasa itu," ucap Hafidz sambil memperhatikan tulisan dalam buku tersebut.

"Enggak Mas, saya hanya baca halaman pertama yang memakai bahasa Inggris," jawab Suster Nana.

Hafidz mengangguk, "Makasih sus, akan saya simpan buku ini," ucapnya.

Setelah itu, Hafidz masuk ke dalam kamar sang Mama. Tapi Mama sudah tidur, membuatnya duduk sebentar, lalu mengusap rambut panjang Mama yang tak terawat.

"Aku pulang ya Ma, besok aku akan ke sini lagi. Janji tiap hari aku akan ke sini buat nemenin Mama," bidiknya tak ingin mengganggu sang Mama. Setelah itu dia pun ke luar dari kamar tersebut, meninggalkan Mama sendirian dalam kesunyian.

Sebenarnya Mama tak tidur, dia sengaja berpura-pura tidur, karena setelah Hafidz keluar Mama justru duduk dan melihat kepergian putranya yang selama ini dia rindukan.

"Mama benar, kan? Kalau kamu masih hidup, tapi mereka tidak percaya, malah mengira Mama gila," lirihnya dan kembali terisak.

🍁🍁🍁

Sepanjang perjalanan pulang ke kos, pikiran Hafidz melayang, memikirkan nasib sang Mama selama ini. Dia jadi benci dengan Papanya, kenapa tega membiarkan Mama menderita? Apa mungkin sengaja? Tapi kenapa? Apa mungkin kalau Bapak Renaldi Atmawijaya itu bukan Papanya? Kalau gitu dimana Papa kandungnya, jika bukan dia?

Hafidz berkali-kali menghela nafas sepanjang perjalanan, hingga tak terasa dia sudah sampai di kos dan langsung mengembalikan motor milik Dani, meskipun sang pemilik motor belum kembali.

Setelah membersihkan diri, Hafidz segera menghubungi kedua orang tuanya di kampung. Dia ingin memberi kabar tentang keadaan Mamanya. Dan mereka terkejut setelah mendengar cerita Hafidz, mereka ikut prihatin dengan keadaan Mama Hafidz. Tak lupa memberi semangat dan doa pada putra angkatnya itu.

Setelah menelpon orang tuanya, Hafidz merasa lebih tenang apalagi mendapatkan nasehat dari sang ibu. Lalu dia mencoba membuka buku yang diberikan oleh Suster Nana tadi, mulai membaca dari halaman awal yang masih dia mengerti. Ternyata isinya memang sebuah curahan hati, kesepian, kesedihan dan kekecewaan, isi dalam lembaran itu. Tapi di lembar berikutnya, dia hanya bisa menghela nafas, karena tak mengerti bahasanya.

"Dari tulisan ini, bisa disimpulkan kalau Mama itu wanita hebat." Hafidz menerawang mengingat interaksi tadi saat bersama sang Mama.

"Aku janji akan cari keadilan buat Mama, tak peduli meskipun aku hanya butiran debu, tapi demi Mama apapun akan aku lakukan," ucapnya penuh keyakinan.

Sejak hari itu, Hafidz setiap hari selalu mengunjungi sang Mama sebelum memberikan les di rumah Ziva. Jika hari Minggu dan tidak memiliki jadwal membuat tugas, maka seharian Hafidz akan berada di rumah sakit. Dia begitu bahagia ketika Mama sudah ada perubahan meskipun itu sedikit.

Hari ini untuk pertama kalinya, dia mengajak Indra mengunjungi sang Mama. Tentu saja karena Indra yang memaksa, dia ingin tahu keadaan Mama dari sahabatnya itu.

"Mas Hafidz!" seru suster Nana saat dia akan memasuki kamar sang Mama.

"Iya Sus?"

"Ibu ada di taman belakang, sama suaminya. Mas Hafidz tunggu di tempat lain aja," ucap suster Nana.

Hafidz terkejut, tak biasanya Papa datang di hari kerja seperti ini. Dia jadi penasaran, dan akhirnya memilih untuk mengintip dari jarak yang lumayan jauh, yang tak terlihat oleh mereka.

"Biar gue yang deketin mereka, kalo Lo terlalu berbahaya." Indra mengenakan masker lalu berjalan meninggalkan Hafidz. Sengaja memilih duduk di perbatasan koridor dengan taman yang tak jauh dari mereka.

"Ma, Gita marah sama Papa karena menyembunyikan Mama, entah kenapa akhir-akhir ini dia pengen banget ketemu Mama, tapi Papa belum yakin memberitahu dia. Takut Gita tak mau menerima Mama," ucapan Renaldi yang samar-samar di dengar oleh Indra.

"Mama masih ingat Gita anak kita, kan? Dia tumbuh jadi gadis cantik Ma, meskipun tak secerdas Mama dulu," tambahnya.

"Atau Mama mau pulang aja, kita hidup sama--." Renaldi menghentikan ucapannya karena Mama histeris.

"Aaaaaa....Jahat! Jahat!" Mama meraung-raung mencoba melukai Renaldi dengan mendorong tubuh lelaki itu. Menarik jas yang dikenakan, lalu berusaha meraih rambutnya, tapi tak sampai.

"Suster! Tolong!" ucap Renaldi sambil menghindari tapi tak bisa.

Indra terkejut melihat kejadian ini, dia pun menolong bersamaan dengan datangnya dua perawat. Indra memberi kode pada Hafidz untuk tetap di tempat tak menunjukkan wajahnya dihadapan Renaldi.

"Bapak sebaiknya pergi, karena Bapak tahu sendiri jika Ibu sudah seperti ini." Suster Nana langsung mengusir Renaldi, dan lelaki itu pun menurut.

"Dasar gila, katanya sudah ada perubahan, tapi namanya gila ya tetap saja gila," umpat Renaldi sambil berjalan meninggalkan mereka.

Hafidz mengepalkan tangannya mendengar ucapan Renaldi, ingin sekali memukul mulut lelaki itu yang sayangnya Papanya sendiri. Tapi, dia mencoba untuk tenang, dan setelah Renaldi menjauh, Hafidz mendekati sang Mama yang masih susah dikendalikan meskipun sudah ada beberapa orang perawat.

"Ma! Tenang ya, aku di sini." Hafidz memeluk tubuh kurus itu, dan berhasil Mama sudah bisa tenang.

Keduanya menangis dalam pelukan. Yang membuat Hafidz terkejut, Mama membalas pelukannya, membuatnya yakin jika Mama menerima kehadirannya.

"Tolong Mama! Mereka jahat! Mama tidak gila! Mereka yang gila!" ucap Mama dalam pelukan Hafidz.

"Mama tenang ya Ma, aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti Mama," ucap Hafidz.

Mama mengangguk, dan setelah Mama lebih tenang, dia pun membawa Mama kembali ke kamar.

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
Reksa Nanta
sebenarnya ini sekolahnya Ziva atau Revan ?
Reksa Nanta
BUMN tidak menjual saham
Reksa Nanta
tunggu sampai Ziva dewasa
Reksa Nanta
KKN dan Praktek Kerja Lapangan itu dua hal yang berbeda.
Reksa Nanta
anak yang merundung anak lain kebanyakan adalah anak yang sering dirundung oleh orang tuanya sendiri.
Reksa Nanta
Adrian masih bebas berkeliaran padahal Sita sudah mendekam di penjara .
Reksa Nanta
apartemen atau kost elite ?
Reksa Nanta
sebenarnya nama sopir yang mengantar Sita membuang bayi itu namanya Karno atau Tio ?

karena di bab awal seingatku nama sopirnya Tio, dan setelah itu disuruh kerja ke Padang.
Reksa Nanta
bukankah pak Karno mau menikah dengan bik Atun ? kok sudah punya anak ?
Reksa Nanta
di rumah sakit jiwa sudah pasti ada psikolog yang menangani. tapi jika mamanya sudah hilang semangat, proses penyembuhan depresinya memang akan sulit
Reksa Nanta
si Renaldi pasti sekongkol dengan tantenya Hafidz.
Reksa Nanta
apa iya belum ada google translate ?
Reksa Nanta
ingin segera memastikan tapi selalu tarik ulur keadaan.
Reksa Nanta
putri seorang konglomerat dibiarkan membawa mobil sendiri tanpa pengawalan ? ini agak aneh.
Reksa Nanta
kenapa kamu Gita ?
Cesar Manuel Ris Costa
kakak atau kakek thor?
Reksa Nanta
biasanya kamar para pekerja ada di bagian belakang rumah utama.
Reksa Nanta
ternyata kembarannya perempuan to
Reksa Nanta
tinggal memikirkan biaya hidupnya. biaya hidup di ibukota tinggi.
Reksa Nanta
sebaiknya dicari. takutnya dia punya adik kandung perempuan lalu terjebak pernikahan sedarah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!