Sesa adalah gadis cantik dan anggun yang secara diam - diam mencintai kekasih dari sahabat.
Memendam cinta kepada seorang pria selama 10 tahun lamanya. Tapi cinta tak berpihak padanya di saat sahabatnya menggandeng seorang pria sebagai kekasihnya yang tak lain adalah pria yang selama ini di cintai Sesa.
Tidak ingin melukai sahabatnya Sesa lebih memilih untuk melupakan cintanya. Tapi apa yang terjadi tak sesuai dengan harapan, di saat Sesa mencoba melupakan pria itu, justru mereka malah terikat sebuah benang merah.
Lalu apa yang harus Sesa lalukan? Akankah Sesa menolak keinginan keluarganya demi kebahagiaan sahabatnya? Atau lebih memilih mengikuti keinginan keluarganya meski hatinya sendiri terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
isi hati Yuga
Di atas pembaringan pikiran Yuga tertuju kepada dua orang wanita yang kini ada dalam hidupnya. Della sang kekasih yang amat dicintainya dan Sesa yang kini menyandang status istrinya.
Andai saja malam itu Yuga tak gegabah mengambil keputusan menikahi Sesa, mungkin pernikahan ini bisa saja tidak terjadi. Seharusnya Yuga mencari jalan keluar toh pernikahan itu juga akan diadakan hari ini, berarti seharusnya masih ada waktu untuk membatalkannya.
Kini semua sudah terjadi di satu sisi Della tersakiti dengan keadaan ini. Dimana Yuga sempat memberinya harapan untuk menikahinya. Di sisi yang lain ada Sesa yang terseret dalam masalah ini. Yuga tau Sesa wanita yang baik. Walaupun Yuga hanya tau saat menemani Della bertemu dengan Sesa, tapi sedikit-sedikit Yuga tau sifat dan kebiasaan Sesa. Selama menjadi istrinya beberapa hari ini Sesa juga sudah menjadi istri yang baik, Yuga sadar itu. Memasak, menyiapkan segala keperluan Yuga, bahkan mencuci baju pun Sesa lakukan sendiri. Yuga tau itu saat mengecek kamera CCTV dalam apartemen tak sengaja ia melihat Sesa mencuci bajunya. Sesa tak pernah membantahnya, wajah yang cantik, sikap dan tutur katanya yang lembut sungguh membuat Yuga semakin tak tega untuk menyakitinya.
Hati Yuga dilanda dilema ditambah niatnya untuk menyembunyikan pernikahannya diketahui oleh Della, kekasihnya itu marah, memaki dan meneriakinya. Apalagi kesepakatan yang dibuat oleh Della yang tak mau berpisah darinya. Yuga tau jika berhubungan dengan dua wanita sekaligus akan menjadi boomerang untuknya, apalagi jika papa dan kakeknya tau.
Yuga ingat betul saat Sesa melihat kearahnya meminta pendapatnya tentang kesepakatan Della, Yuga bisa melihat raut sendu Sesa yang dilanda kebingungan. Tapi apa, Yuga justru diam seolah setuju dengan permintaan Della. Hingga akhirnya Sesa menyetujuinya dengan syarat harus menyembunyikan dari keluarga terutama kakek. Hati seakan terhantam melihat pengorbanan Sesa untuk keluarganya. Tapi apa? Yuga begitu pengecut tak mau tegas untuk kebaikan rumah tangganya.
Hingga pesta pernikahan antara Yuga dan Sesa digelar Yuga merasa masalahnya sudah semakin jauh semakin sulit untuk diselesaikan. Della yang sebelumnya dilarang Yuga untuk datang tapi menolak dengan keras, Della tetap ingin datang. Padahal Yuga sangat khawatir dengan Della, bagaimana jika dia tak bisa mengontrol emosinya dan membuat kakek curiga.
"Kamu terlihat bahagia dengan senyummu itu sayang, apa kamu benar-benar menikmati pesta ini dan mulai mencintai istrimu itu?" bisik Della dengan suara tertekan saat di atas altar.
Sejak kedatangan Della membuat suasana hatinya mulai tak tenang, Bagaimana Della bisa berpikir begitu, bagaimana jika dia berbuat nekat?
"Doni benar Sa. Jika saja belum ada Della wanita yang sangat aku cintai, mungkin dengan mudah aku akan jatuh cinta padamu. Maafkan sikapku selama ini. Bukanya aku membencimu, tapi sepertinya lebih baik kita seperti karena aku tak mau menyakiti hati Della lebih dalam lagi" Gumam yuga dengan suara yang lirih.
Tak sadarkah Yuga jika sikapnya yang seperti itu juga menyakiti Sesa terlalu dalam.
Pikiran yang rumit itu terhenti saat Yuga mendengar suara wanita.
"Mas Yuga"
"Mas" Suara Sesa agak kencang karena tak ada jawaban dari Yuga.
"Apa!!" Yuga melihat ke arah Sesa.
"Jadi dari tadi belum mandi juga?" Yuga geram dengan matanya yang sedikit melotot.
"Ah itu mas, anu..." Sesa bingung harus bilang apa.
"Apa? Yang jelas kalau ngomong!" Suara Yuga mulai meninggi.
"Itu, Sesa ngga bisa buka gaunnya mas" Sesa meremas jarinya karena gugup.
"Apaaa?????" Yuga mengusap wajahnya kasar.
"Sesa minta tolong ya mas" Ucap Sesa dengan memelas.
"Ya sudah cepat"
Sesa membalikan badannya memunggungi Yuga. Sesa memegangi gaun di bagian dadanya takut tiba-tiba melorot saat resletingnya sudah terbuka.
Yuga ragu-ragu mengangkat tangannya mendekati punggung Sesa. Sebenarnya Yuga juga gugup karena selama berhubungan dengan Della Yuga tak pernah kelewat batas hanya sekedar bertukar air liur saja. Yuga juga sangat menghormati wanita karena ia mempunyai adik seorang wanita. Tak mau karmanya jatuh kepada sang adik maka sebisa mungkin Yuga akan menahan hasratnya untuk menyentuh wanita lebih jauh.
sreeeettttt...
Seperti gerakan slow motion gaun sesa mulai terbuka. Berlahan lahan mulai menampakkan punggung putih dan mulus milik Sesa. Yuga menahan nafasnya, bagaimana pun ia seorang pria normal. Tak ingin berlama-lama Yuga menjauhkan tangannya.
"Sudah" Ucap Yuga mulai menjauh.
"Terimakasih mas" Sesa juga langsung berjalan tanpa melihat Yuga, ia merasa malu karena bagian tubuhnya terekspos di depan seorang pria.
"S**lan, dia mulai menggodaku" Yuga malah menyalahkan Sesa.
Setelah keduanya selesai dengan aktivitas membersihkan diri mereka beranjak untuk tidur lebih tepatnya Sesa telah terlelap sebelum Yuga selesai mandi. Badannya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Tak ada yang namanya malam pengantin bagi mereka. Malam ini dan malam-malam sebelumnya tetap sama. Tak ada malam pertama seperti pasangan lainnya.
***
Pagi sudah menyambut, sang mentari sudah mulai malu-malu menampakkan senyumnya. Disambut dengan burung-burung berkicauan. Udara pagi yang khas dengan kesejukanya menyeruak di halaman belakang sebuah rumah mewah.
"Bagaimana? Kau sudah tau siapa gadis itu?" Seorang yang tak lagi muda memegang ponsel yang ditempelkannya ke ke telinga sebelah kanan. Wajahnya yang sudah banyak kerutanvvvv menampakkan ketegasan dengan sorot matanya yang mulai layu namun masih terlihat tajam.
". . . . . . . . . . . "
"Baiklah kau terus awasi dia, jagan sampai bertindak kelewat batas. Saya tidak mau dia menghancurkan impianku dimasa depan. Laporkan padaku jika dia mulai bertingkah"
Pip....
Telepon di matikan sepihak olehnya tanpa menunggu jawaban di seberang sana.
"Jangan pernah berpikir selama ini aku diam karena tidak tau apa-apa. Tak kan aku biarkan kerikil kecil sepertimu menghambat jalanku. Aku bukanlah orang jahat yang akan menyingkirkan orang yang benar-benar tulus"
***
Sreeekkk...
Sesa membuka tirai mempersilahkan cahaya pagi masuk kedalam kamarnya. Sesa tau jika suaminya sudah bangun namun enggan membuka matanya.
"Pagi mas Yuga" Sapa Sesa dengan senyum indahnya.
Yuga yang masih mengerjabkan matanya karena pantulan sinar matahari tak membalas sapaan istrinya.
Merasa sudah biasa dengan tingkah Yuga, Sesa pun tak ambil pusing. Ia langsung memulai kebiasaanya akhir-akhir ini yaitu melayani kebutuhan suaminya. Yah walaupun tak pernah dianggap.
-
"Mad Yuga mau pergi?" Sesa bertanya demikian karena setau Sesa hari ini Yuga masih cuti. Sedangkan sekarang sudah rapih dengan baju kasualnya.
Yuga masih diam tak menjawab. Menurut Sesa mungkin dalam hati Yuga berkata 'sudah tau kenapa bertanya'
"Kalau gitu kita sarapan dulu ya mas? Sesa usah masakin kesukaan mas Yuga" senyuman tak pernah lepas dari bibir cherry nya.
Sesa seperti berhadapan dengan patung yang tak bisa bicara.
Di ambilnya secangkir teh hangat dia tas meja makan lalu mendekat ke arah Yuga.
"Ya udah kalau mas Yuga ngga mau makan masakan Sesa, tapi mas Yuga minum teh dulu ya?" Sesa menyodorkan teh ditangannya.
Yuga yang telah selesai memakai sneakers mengangkat wajahnya menatap Sesa.
"Untuk apa kau melakukan semua ini?" suara Yuga terdengar sedikit lembut dari yang biasanya tajam dan menusuk.
"Maksud mas Yuga
-
-
Up lagi readers, silahkan membaca dan jangan lupa untuk komennya yang membangun. 🙂