Langit Bumi
Assalamualaikum, kembali lagi di novel baruku, dengan kisah dan genre berbeda dari yang lain. Mohon dukungannya ya, dengan beri bintang 5 pada novel ini dan jangan lupa klik like dan favorit. Terimakasih semua, dan selamat membaca.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Seorang wanita muda terlihat marah-marah saat seorang bayi menangis dan tak bisa ditenangkan.
"Bayi sialan! Bisa diem enggak!" teriak wanita itu.
Tapi tangis bayi tersebut justru makin keras.
"Dikasih minum lagi, Non," ucap sopir yang membawanya.
Dengan segera wanita itu meraih botol berisi susu formula, tapi sayang bayi itu tak mau berhenti menangis. Membuat wanita itu kembali geram, tapi beberapa detik kemudian, wanita itu justru memasang earphone ditelinga sang bayi, mengabaikan tangisan tersebut. Sungguh amat kejam wanita itu hingga tega membiarkan bayi mungil tersebut menangis tak henti-hentinya.
Subuh telah berkumandang, sebuah mobil mewah sudah terparkir di pinggir jalan pedesaan yang masih sepi, hanya suara adzan yang menggema di seluruh penjuru desa tersebut. Seorang wanita ke luar dari mobil mewah itu dengan membawa kardus berisi bayi mungil yang tak berdosa, berjalan mengendap-endap lalu meletakkan kardus tersebut sembarangan di tengah pinggir semak. Setelah itu, ia pun segera kembali ke mobil bersama sang sopir yang sejak tadi mengawasinya. Tanpa ia sadari, liontin miliknya terjatuh di dekat kardus tersebut.
"Akhirnya misi ku berhasil," ucap wanita itu girang.
"Setelah ini Pak Tio harus ke luar dari rumah, Bapak pindah kerja di tempat temanku di Padang, tempat tinggal Bapak. Saya akan beri uang sesuai perjanjian kita, asal Bapak jaga rahasia ini," ucap wanita itu pada sang sopir.
"Beres Non, saya juga sudah bosan bekerja di sana, Nyonya terlalu banyak permintaan," keluh sopir itu yang tak lain sopir dari Kakak wanita tersebut.
"Bagus," timpal wanita tersebut dengan senyum iblisnya.
****
Rutinitas pagi yang biasa dilakukan Nurul beserta Ahmad sang suami, mereka awali dengan sholat subuh berjamaah di masjid. Entah kenapa pagi ini, setelah pulang sholat subuh, Nurul ingin sekali mengunjungi makam putranya yang telah pergi lima tahun yang lalu.
Belum juga sampai di makam, keduanya mendengar tangisan bayi di sekitar semak-semak, akhirnya keduanya mencari sumber suara bayi tersebut, mereka terkejut saat mendapati seorang bayi mungil, berada menangis di dalam sebuah kardus mie instan.
"Ya Allah, siapa yang tega membuang bayi tampan ini? Sungguh biadab orang itu," kecam Nurul setelah menggendong bayi tersebut. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja, saat melihat wajah bayi yang memerah terserang nyamuk.
"Padahal di luaran sana banyak sekali wanita yang ingin memiliki anak, seperti aku ini yang tak boleh hamil lagi, tapi kenapa orang ini justru membuang anaknya, Ya Allah," lirih Nurul masih dengan leleran air mata.
"Entahlah Buk. Sekarang kita bawa pulang aja bayinya Buk, kasian dia kedinginan," Nurul menyetujui usulan sang suami.
Baru saja melangkah Ahmad melihat sesuatu di dekat sandal jepitnya, dia pun memungut benda tersebut.
"Ada apa Pak?" tanya Nurul.
"Ini Buk, ada kalung bagus banget." Ahmad menunjukkan kalung berliontin itu pada sang istri.
"Masyaallah, bagus banget Pak. Apa mungkin ini pemilik orang yang membuang bayi ini? Sebaiknya kita simpan saja Pak, siapa tahu suatu saat kita membutuhkannya," usul Nurul.
"Baiklah Buk,"
Keduanya kembali ke rumah, menggagalkan niatnya ke makam almarhum sang putra.
Setelah sampai rumah, dengan teliti Nurul mengganti pakaian bayi tampan tersebut dengan pakaian bekas anaknya dulu yang sengaja ia simpan rapih di lemari. Tak lupa memberi susu formula yang di dapat dari warung dekat rumah. Alhasil bayi tersebut tertidur pulas dalam gendongannya.
Kabar penemuan bayi itu sudah sampai di telinga Pak Lurah, karena Ahmad langsung melaporkan penemuan bayi itu.
Sesuai kesepakatan, bayi tersebut akan angkat anak oleh Ahmad dan Nurul dengan berbagai syarat yang harus mereka penuhi. Setelah semuanya beres, Nurul dan Ahmad pun mengadakan syukuran sekaligus pemberian nama bayi itu.
"Kita berdua sepakat memberi nama Muhammad Hafidz sama seperti almarhum anak kami yang sudah mendahului kita, nama yang diberikan oleh kiyai saya waktu di pesantren dulu," ucap Ahmad saat acara syukuran berlangsung.
Sebenarnya, orang tua Nurul tak begitu menyetujui keputusan anak dan menantunya untuk mengasuh bayi yang tak tahu dari mana asalnya. Tapi dengan bujuk rayu yang Nurul lontarkan, akhirnya orang tuanya pun menyetujui. Alasan kedua orang tua Nurul tak setuju, karena kehidupan mereka yang pas-pasan, bekerja hari ini untuk makan hari ini juga. Takutnya nanti bayi itu tak terurus dan justru membebani mereka.
Mungkin kedua orang tua Nurul tak tahu, jika anak itu membawa rejekinya masing-masing.
*****
Di sisi lain, keluarga terkaya nomor satu di ibu kota sedang berduka, karena anak laki-laki yang baru lahir tiga hari yang lalu meninggal dunia karena gagal jantung. Itu alasan yang diberikan oleh dokter yang menangani kelahiran dua bayinya.
"Sudah Ma, kita masih punya satu anak yang harus kita jaga sungguh-sungguh, Gita butuh kasih sayang dari kita Ma, biarkan Gifa tenang, insyaallah, dia yang akan menolong kita di akhirat nanti," tutur sang suami pada istrinya yang tak henti menangisi putra mereka.
Wanita itu hanya menggeleng, ia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Terus menangis, hingga kesadarannya hilang.
Di kamar lain, di rumah itu, seorang wanita berwajah mirip dengan wanita yang menangis tadi, terlihat uring-uringan mencari benda berharga miliknya.
"Apa jangan-jangan? Ah enggak mungkin! Pasti masih ada di kamar, aku harus cari sampe ketemu," ucap wanita itu dan kembali membongkar isi kamarnya.
.
.
.
** Note
Di sini aku akan banyak menceritakan tentang kehidupan Hafidz ya. Soal kembarannya nanti ada setelah mereka bertemu.
Jangan lupa, vote, like dan komennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
aria
salam kenal
2024-07-30
0
aria
mampirrr
2024-07-30
0
Anonymous
keren
2024-07-28
0