NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keceriaan dan Kesedihan

Keesokan harinya, setelah malam yang penuh tawa dan cerita, Nadia, Arman, dan Aldo bangun dengan semangat baru. Suara ombak yang menghantam pantai dan aroma segar dari udara pagi menyambut mereka. Aldo sudah bangun lebih awal dan terlihat bersemangat untuk menjelajahi pantai lebih jauh.

“Papa! Mama! Ayo kita ke pantai!” teriak Aldo dengan gembira sambil melompat-lompat di tempat tidur.

Arman dan Nadia saling melirik, lalu tertawa. “Baiklah, kita berangkat setelah sarapan,” jawab Arman sambil mengusap wajahnya.

Setelah sarapan yang cukup mengenyangkan, mereka bersiap-siap dengan perlengkapan pantai—topi, krim tabir surya, dan tentu saja, mainan untuk Aldo. Mereka pergi menuju pantai, dan senyuman lebar tak pernah lepas dari wajah Aldo.

Sesampainya di pantai, Aldo langsung berlari menuju pasir dan mulai menggali. “Aku mau bikin istana pasir terbesar!” serunya sambil mengais-ngais pasir dengan kedua tangannya.

“Bagus, Sayang! Mama dan Papa akan membantu,” Nadia menyemangati sambil menyusul Aldo yang sudah tenggelam dalam kegembiraannya.

Arman, yang tak mau kalah, ikut terjun dan mulai membangun istana pasir bersama mereka. Sementara itu, Aldo dengan penuh semangat memberikan instruksi. “Papa, di sini harus tinggi! Dan ini, jangan lupa pintunya!”

Beberapa saat kemudian, istana pasir mereka sudah mulai terbentuk. “Lihat, Mama! Kita sudah membuatnya seperti istana raja!” Aldo menunjukkan hasil karya mereka dengan bangga.

“Wow, sangat luar biasa! Kita harus beri nama istana ini,” Nadia menjawab.

“Nama istananya adalah Istana Aldo!” Aldo berkata dengan bangga.

Ketika mereka beraksi membangun istana, tidak jauh dari situ, beberapa anak lain sedang bermain bola. Salah satu anak dari kelompok tersebut, tanpa sengaja, menendang bola terlalu keras hingga mengenai istana pasir yang sudah mereka bangun.

“Tidak! Istana Aldo!” teriak Aldo sambil menunjuk ke arah istana yang hancur.

Arman dan Nadia berusaha menahan tawa saat melihat wajah Aldo yang penuh ekspresi sedih. “Jangan khawatir, Sayang. Kita bisa membangunnya lagi,” Arman mencoba menghibur.

Namun, Aldo masih terlihat sangat kecewa. “Tapi, istanaku sudah hancur!” Ia merintih.

Nadia mendekati Aldo dan berlutut di sampingnya. “Kita bisa membuat istana yang lebih besar dan lebih baik, lho. Ayo, kita mulai lagi!” Ia berusaha menyalakan kembali semangat Aldo.

“Baiklah, tapi yang ini harus lebih kuat!” Aldo menjawab, mencoba menghapus air mata yang menggenang.

Dengan semangat baru, mereka mulai membangun kembali. Kali ini, Aldo mengawasi setiap detail dengan hati-hati. “Jangan lupa, Papa, pasang tiang bendera di atasnya!”

Sambil tertawa, Arman dan Nadia terus mendukung Aldo. Dalam proses pembangunan istana kedua, Arman sesekali melempar lelucon lucu, membuat Aldo tertawa dan melupakan kesedihannya. “Kalau tiang benderanya miring, nanti raja Aldo bisa jatuh dari tahtanya, lho!” Arman berkelakar.

Ketika mereka menyelesaikan istana kedua, Aldo tampak sangat bangga. “Lihat! Ini jauh lebih besar dan lebih kuat! Kita harus beri tanda di sini, ini adalah tempat raja dan ratu!” Ia menunjukkan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Setelah puas bermain di pantai, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak dan menikmati es krim. Sambil duduk di bawah payung, mereka berbagi cerita dan tawa. Nadia mencicipi es krim rasa cokelat dan Arman memilih rasa stroberi, sementara Aldo memilih rasa mint.

“Ini es krim paling enak yang pernah ada!” teriak Aldo dengan semangat, menempelkan es krim di hidungnya tanpa sengaja. Arman dan Nadia tertawa melihatnya.

“Sayang, hati-hati! Es krimnya lebih baik di mulut, bukan di hidung,” Nadia menggoda sambil mengambil tisu untuk membersihkan wajah Aldo.

“Mama, aku rasa hidungku jadi lebih segar sekarang,” Aldo menjawab dengan serius, membuat Arman dan Nadia semakin tertawa.

Saat sore mulai tiba, mereka memutuskan untuk berkeliling di sekitar pantai. Di sana, mereka melihat kerajinan tangan para pedagang yang menjual perhiasan dan aksesori yang terbuat dari kerang. Aldo terlihat sangat tertarik dengan kalung kerang.

“Mama, aku mau yang itu!” ia menunjuk sebuah kalung kecil.

“Tentu, Sayang. Kita beli untukmu,” Nadia menjawab sambil tersenyum.

Setelah berkeliling, mereka duduk di tepi pantai sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Warna oranye dan merah menyala menghiasi langit, dan suara ombak yang menghantam pantai menjadi irama yang menenangkan. Arman menggenggam tangan Nadia dan melihat Aldo yang asyik mengumpulkan kerang.

“Sayang, aku merasa sangat beruntung bisa berbagi momen ini bersamamu dan Aldo,” Arman berkata lembut.

“Aku juga, Sayang. Ini adalah liburan yang sempurna,” Nadia menjawab sambil memandang langit.

Saat mereka menikmati momen tersebut, tidak jauh dari sana, Aldo tiba-tiba berteriak, “Mama! Papa! Lihat! Aku menemukan kerang raksasa!”

Mereka menoleh dan melihat Aldo berlari dengan kerang besar di tangan. Wajahnya terlihat sangat gembira, seolah menemukan harta karun.

“Ayo kita lihat!” Arman dan Nadia ikut berlari ke arah Aldo.

Setelah melihat kerang itu, Nadia merasa bangga. “Wah, ini kerang terbesar yang pernah aku lihat! Bagus sekali, Aldo!”

“Ini bisa jadi koleksi terbaik kita!” Arman menambahkan, lalu berpose seolah-olah mereka menemukan harta karun.

Malam pun tiba, dan mereka kembali ke penginapan dengan senyuman lebar di wajah mereka, membawa pulang kenangan manis dari hari itu. Dalam perjalanan pulang, Aldo tampak sangat lelah, tetapi wajahnya bersinar dengan kebahagiaan.

“Selamat malam, Sayang. Tidur nyenyak dan bermimpi indah!” Nadia mengucapkan selamat malam sambil mengelus kepala Aldo yang sudah terlelap.

“Selamat malam, Sayang. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya!” Arman menyusul sambil menatap bintang-bintang yang berkilau di langit malam.

Dengan hati penuh cinta dan kebahagiaan, mereka tahu bahwa setiap momen bersama adalah anugerah yang tak ternilai.

Keesokan paginya, setelah tidur nyenyak dengan kenangan manis dari hari sebelumnya, Nadia dan Arman terbangun lebih awal. Suara burung berkicau di luar jendela menjadi alarm alami mereka. Aldo masih terlelap, terselimutkan selimutnya yang penuh gambar karakter kartun favoritnya.

“Sayang, ayo kita bangunkan Aldo, biar dia bisa menikmati sarapan,” Arman berkata sambil tersenyum, melihat Nadia yang sudah bersiap di depan cermin.

“Ya, aku sudah siapkan rencana sarapan spesial untuk kita bertiga,” jawab Nadia, matanya bersinar penuh semangat.

Nadia memutuskan untuk membuat pancake dengan berbagai topping—stroberi, cokelat, dan whipped cream. Di dapur, ia mulai mempersiapkan semua bahan sambil sesekali menari kecil mendengarkan musik dari ponselnya.

Sementara itu, Arman pergi ke kamar Aldo dan mulai mengelus rambutnya lembut. “Aldo, sayang, bangunlah. Mama sudah membuat sarapan yang lezat!” Ia berusaha membangunkan Aldo.

Dengan suara setengah mengantuk, Aldo membuka mata dan berkata, “Aku mau tidur lagi, Papa. Lima menit lagi, ya?”

“Kalau kamu tidur lagi, pancake-nya akan habis! Ayo bangun, pahlawan kecil!” Arman merayu.

Dengan perjuangan yang cukup panjang, akhirnya Aldo bangkit dan bergegas ke dapur. “Pancake! Pancake!” teriaknya semangat.

Nadia menyambut mereka dengan senyuman lebar, menyajikan pancake di atas piring cantik. “Selamat pagi, sayang. Siap untuk pancake istimewa?”

Setelah menyantap sarapan, mereka berencana untuk kembali ke pantai. “Kita harus menghabiskan waktu yang tersisa sebelum pulang,” Nadia mengusulkan.

“Mari kita buat kenangan yang lebih banyak lagi!” Arman setuju.

Mereka bersiap-siap, kali ini membawa perlengkapan lebih banyak: bola, papan seluncur, dan tentu saja, alat pancing. Nadia menyarankan untuk pergi lebih awal agar bisa menikmati pantai lebih lama.

Di pantai, Aldo langsung berlari ke arah ombak. Ia berteriak kegirangan, “Ini hari terindah dalam hidupku!” Dengan antusias, ia melompat ke dalam air dan mulai bermain.

“Eh, tunggu Aldo!” teriak Arman, tetapi Aldo sudah terlanjur jauh. Nadia dan Arman saling bertukar pandang dan tertawa.

Setelah memastikan Aldo aman, mereka mulai bermain bola di tepi pantai. Arman menjadi penjaga gawang, sementara Nadia menjadi penyerang. “Ayo, coba cetak gol!” Arman menantang.

Nadia berlari dengan kecepatan penuh, berusaha menendang bola, tetapi tiba-tiba kakinya tersandung batu dan ia terjatuh. “Aduh!” serunya sambil tertawa.

“Jangan khawatir, sayang! Kami akan menyelamatkanmu!” Aldo berlari menghampiri dengan wajah khawatir, tetapi senyum lebar masih terpancar.

“Kalau kamu jadi penjaga gawang, jangan pernah jatuh!” Arman bergurau, membuat Nadia dan Aldo tertawa lebih keras.

Setelah beberapa jam bermain, mereka memutuskan untuk istirahat. Aldo duduk di pasir, sementara Arman dan Nadia duduk di dekatnya, menikmati es kelapa muda yang dibeli dari penjual yang lewat.

“Aldo, kita bisa pergi memancing lagi setelah ini,” Nadia menawarkan.

“Yay! Kita bisa menangkap ikan raksasa!” teriak Aldo, sangat antusias.

“Kalau dapat ikan raksasa, kita bisa bikin sushi untuk makan malam!” Arman menambahkan, menggoda Aldo.

“Ya! Aku mau sushi! Tapi aku lebih suka ikan bakar!” jawab Aldo sambil menggerakkan tangan, seolah memancing.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan petualangan dengan memancing di pinggir pantai. Arman yang lebih berpengalaman mengajarkan Aldo cara melempar umpan ke dalam air. Nadia juga ikut membantu, mengikatkan umpan pada kail.

“Ayo, Aldo! Lempar umpan sekuatnya!” Arman memberi semangat.

Aldo mengikuti instruksi Papa-nya dengan serius. Dia berusaha keras melempar umpannya, tetapi terlalu kuat dan malah jatuh ke belakang. Ia pun terjatuh ke pasir dengan suara “plak!” yang cukup lucu.

“Mama! Papa! Aku sudah terjatuh!” teriak Aldo sambil tertawa, membuat Nadia dan Arman juga tertawa terbahak-bahak.

Setelah beberapa saat, mereka mulai mendapatkan ikan. “Aku dapat! Aku dapat!” teriak Aldo, senang sekali melihat ikan kecil yang berhasil ia tangkap.

“Bagus, Sayang! Kamu luar biasa!” Nadia memuji.

“Kalau kamu dapat ikan besar, kita bisa adakan pesta ikan bakar!” Arman menambahkan dengan nada menggoda.

Mereka terus memancing hingga matahari mulai terbenam. Cahaya jingga mulai melukis langit, menciptakan panorama yang indah. Aldo terlihat sangat senang, memamerkan ikan kecil yang ia tangkap kepada siapa saja yang lewat.

“Ini ikan terhebat di pantai!” Aldo mengklaim sambil tertawa.

“Ayo kita bersiap pulang! Kita bisa memasak ikan ini untuk makan malam,” Nadia memberi tahu sambil menyiapkan perlengkapan.

Di perjalanan pulang, Aldo sangat antusias menceritakan semua petualangan mereka. “Mama, kita harus sering-sering ke pantai! Kita bisa membangun istana pasir, memancing, dan melihat matahari terbenam!”

Arman dan Nadia saling melirik, merasakan cinta dan kebahagiaan yang mendalam di antara mereka. “Tentu, Sayang! Kita akan merencanakan lebih banyak petualangan seperti ini,” Arman menjawab dengan senyum hangat.

Sesampainya di penginapan, mereka langsung ke dapur untuk memasak ikan yang telah ditangkap. Dengan semangat, Nadia mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak, sementara Arman dan Aldo membantu mencuci ikan dan menyiapkan bumbu.

“Ini pasti akan jadi makan malam yang sangat spesial!” Arman berkata, penuh harapan.

Sambil memasak, mereka saling bercerita, tertawa, dan bernyanyi. Suasana hangat dan penuh kasih sayang menyelimuti mereka.

Setelah makan malam selesai, mereka duduk di luar menikmati pemandangan malam. Suara ombak menjadi irama lembut di telinga mereka, sementara bintang-bintang berkelap-kelip di langit.

“Sayang, terima kasih untuk hari yang luar biasa ini. Aku sangat mencintaimu,” Nadia mengucapkan dengan tulus.

“Aku juga mencintaimu, Sayang. Dan terima kasih untuk semua kenangan indah ini,” Arman menjawab sambil menggenggam tangan Nadia.

Mereka berdua saling tatap, merasakan betapa kuatnya cinta yang terjalin di antara mereka, dikelilingi oleh kebahagiaan dan kebersamaan. Dalam perjalanan hidup mereka, setiap momen menjadi berharga, dan mereka berjanji untuk terus menciptakan kenangan indah bersama.

Malam itu, setelah mereka beristirahat sejenak menikmati suasana pantai yang tenang, Aldo mulai tampak mengantuk. Tubuh kecilnya yang lelah setelah seharian bermain kini terlihat meringkuk di sofa penginapan mereka. Nadia dan Arman, yang juga merasa letih namun penuh kepuasan, duduk berdua di balkon sambil memandangi langit malam.

"Aku nggak pernah merasa sebahagia ini, Sayang," ujar Nadia dengan senyum lembut, bersandar di bahu Arman.

Arman mengelus rambut Nadia dengan lembut. "Aku juga, Sayang. Setiap momen sama kamu dan Aldo, selalu membuat hidupku lengkap."

Mereka terdiam sejenak, menikmati kebersamaan itu. Suara ombak yang lembut menjadi latar belakang yang sempurna. Tapi di tengah-tengah keheningan itu, terdengar suara dari dalam penginapan. Suara gaduh yang tiba-tiba mengagetkan mereka berdua.

"Eh, apa itu?" Nadia menoleh dengan cepat, matanya melirik ke arah pintu balkon.

Arman tersenyum kecil. "Tenang, mungkin Aldo lagi gerak-gerak di sofa."

Namun, tak lama kemudian terdengar lagi suara benda jatuh. Kali ini lebih keras. Arman dan Nadia langsung bangkit dan berlari ke dalam penginapan.

"Aldo, kamu baik-baik saja?" tanya Nadia khawatir.

Mereka menemukan Aldo sudah berdiri di tengah-tengah ruang tamu, matanya terlihat kebingungan.

"Papa, Mama, aku dengar suara aneh tadi. Kayak ada yang jatuh," kata Aldo sambil mengusap matanya yang masih setengah mengantuk.

Arman mencoba menenangkan Aldo. "Ah, mungkin cuma hembusan angin, Sayang. Mungkin pintu atau jendela terbuka."

Namun, suasana yang tadinya hangat kini berubah sedikit tegang. Aldo memeluk Nadia erat-erat, dan Nadia pun mulai merasa tidak nyaman.

"Ayo kita periksa jendela-jendela, siapa tahu ada yang kebuka," usul Nadia.

Arman mengangguk dan mulai mengecek seluruh jendela di penginapan itu. Semua terkunci rapat. Tapi, ketika Arman hendak menutup pintu balkon, tiba-tiba lampu di seluruh ruangan mati mendadak. Suasana menjadi gelap gulita.

"Aldo! Mama! Jangan panik, ya!" Arman berusaha menenangkan, meskipun dirinya juga mulai merasa gugup.

Nadia menarik Aldo lebih dekat dan mencoba menenangkan anaknya. "Tenang, Sayang. Mungkin ini cuma mati lampu biasa."

Namun, suasana semakin mencekam ketika terdengar suara langkah kaki di luar kamar. Langkah kaki itu berat dan terdengar semakin mendekat ke arah mereka.

"Apa itu, Sayang?!" Nadia berbisik panik sambil menatap Arman.

Arman, meskipun jantungnya berdebar kencang, mencoba bersikap tenang. "Mungkin... mungkin itu cuma penjaga penginapan. Aku akan periksa."

Dengan hati-hati, Arman berjalan menuju pintu depan. Langkahnya pelan, tapi hatinya terasa berat. Setiap langkah yang dia ambil terasa semakin mencekam. Suara langkah kaki di luar terdengar semakin jelas.

Saat Arman membuka pintu perlahan, dia melihat bayangan besar yang tampak samar-samar di luar, berdiri di tengah-tengah lorong. Bentuknya tidak jelas, tetapi jelas bahwa itu bukan manusia biasa. Tinggi, dengan sosok besar seperti terbungkus kain putih.

Arman menelan ludah. "Eh... apa-apaan ini?"

Bayangan itu tidak bergerak, tetapi tatapannya seperti menusuk. Arman langsung menutup pintu dengan cepat, wajahnya pucat pasi. "Sayang, ayo kita keluar dari sini! Cepat!"

Nadia dan Aldo, yang juga mendengar langkah kaki itu, sudah berdiri dengan ketakutan. "Arman, ada apa? Apa yang kamu lihat?" tanya Nadia dengan suara bergetar.

"Aku... aku nggak tahu! Tapi kita harus pergi sekarang!" jawab Arman sambil menarik tangan Nadia dan Aldo.

Mereka berlari keluar dari penginapan, menuju ke arah mobil. Hati mereka berdegup kencang, dan Arman berusaha keras tetap tenang demi keluarga kecilnya.

Saat mereka sampai di mobil, Aldo tiba-tiba berkata, "Papa, Mama, itu pocong!"

Arman dan Nadia langsung saling tatap, kaget mendengar kata-kata Aldo. "Pocong? Kamu lihat apa, Sayang?" tanya Nadia cemas.

"Aku tadi lihat di jendela, ada yang ngintip! Matanya serem banget!" jawab Aldo sambil memegang tangan Mamanya erat-erat.

"Jangan-jangan tadi yang di lorong itu...?" gumam Arman, wajahnya semakin pucat.

Tanpa berpikir panjang, mereka segera masuk ke dalam mobil dan melaju pergi dari penginapan itu. Aldo duduk di kursi belakang, masih terlihat ketakutan, sementara Nadia menggenggam tangan Arman erat-erat.

Setelah mereka berhasil menjauh dari penginapan, suasana di dalam mobil mulai tenang kembali. Namun, rasa lega belum sepenuhnya datang. Mereka bertiga masih terdiam, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi.

"Sayang... kita baru saja lari dari penginapan karena pocong, kan?" tanya Nadia akhirnya, mencoba memecahkan keheningan.

Arman mengangguk pelan, wajahnya masih penuh ketegangan. "Iya, kayaknya gitu. Tapi aku nggak mau mikirin itu lagi. Yang penting kita semua selamat."

Aldo, yang tadinya ketakutan, tiba-tiba berseru, "Papa, Mama, itu pengalaman paling seru! Kita harus ceritain ini ke teman-teman di sekolah!"

Nadia dan Arman hanya bisa tertawa kecil mendengar reaksi Aldo. Meskipun suasana tadi mencekam, setidaknya sekarang mereka bisa menarik napas lega. Mungkin, pengalaman seram ini bisa jadi cerita lucu untuk dikenang di kemudian hari.

Dengan begitu, mereka pun melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan kenangan akan penginapan yang dihantui dan kembali menuju rumah dengan perasaan campur aduk—antara takut dan lega, namun lebih dari itu, penuh rasa syukur karena mereka berhasil melewati semuanya bersama-sama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!