Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abe Takahashi
"Assalamualaikum papa" sapa Rayden.
"Wa'alaikum salam. Beneran kamu pacaran sama janda?" tanya Abe Takahashi.
Rayden hanya tersenyum kecut melihat wajah papanya.
"Iya pa. Namanya..."
"Kara Gantari dan mantan istri Adi Saputro yang merebut Irene."
Rayden rasanya merasa lemas kakinya. Duh! Babeh udah tahu pula!
"Kamu mau kemana?" tanya Abe.
"Mau duduk pa, lemes nih kaki" jawab Rayden.
"Yang suruh kamu duduk siapa? Sono, berdiri disitu sampai papa suruh kamu duduk!"
Rayden melongo. Ya Allah Gusti! Paringi sabar!
"Pa, aku bukan anak SD, masa kayak dihukum di depan kelas?" rengek Rayden.
"Yang bilang kamu anak SD siapa? Wong kamu juga udah bisa pacaran sama janda!" sarkasme Abe.
"Allahuakbar! Biarpun Kara janda, aku tidak apa-apa pa. Bukannya janda lebih pengalaman ya?" kerling Rayden.
"Ya Allah! Ajeeennggg! Anakmu ini lhoooo!" ucap Abe memanggil nama almarhum istrinya.
"Jangan panggil mama, Pa. Nanti kalau bangkit dari kubur gimana? Kan berabe Pa" bisik Rayden.
Abe melempar bantal sofa ke arah Rayden yang bisa mengelaknya.
"Sembarangan! Kamu kira mamamu Suzanna?"
Rayden hanya nyengir. Benar papanya gualak tapi kalau soal receh, 11-12 dengan dirinya.
"Ray, papa serius..."
"Ray juga serius."
"Diem dulu kampret!" Abe berdehem. "Kamu serius sama Kara?"
"1000 persen serius Pa. Bahkan Ray sudah melamar tadi...tapi ditolak" gelak Rayden.
Abe memegang pelipisnya. "Ditolak kok bangga."
"Nikah masih ditolak tapi Ray cium kening sama pegangan tangan, Kara tidak menolak."
"Kapan masa Iddah Kara selesai?"
"Dua bulan lagi."
"Kapan kamu ketemuan sama Kara lagi?"
"Hari Minggu besok di rumahnya."
"Dia tinggal sama siapa?"
"Kara tinggal sama bik Ijah, pembantunya."
"Ya sudah, besok kita kesana!" putus Abe yang membuat Rayden melongo.
"Papa serius?" tanya Rayden.
"Kamu pikir papa kesini ngapain jauh-jauh dari Tokyo? Pengen tahu seperti apa sih janda kembang yang digilai putra sinting papa!" Abe pun berdiri dan berjalan masuk kamar. "Oh, kamu sudah boleh duduk." Abe pun menutup pintu.
Rayden mengumpati papanya dengan semua bahasa kasar di muka bumi.
***
Kara terbengong ketika salah seorang rekannya mengatakan ada seorang pria mencari dirinya. Sembari mengernyitkan dahinya, Kara keluar dari ruangannya. Semoga bukan mas Adi.
Kara sampai di sebuah ruangan VIP di yang biasa dipakai sebagai ruang meeting dan seorang pengawal membuka pintu mempersilahkan dia masuk.
Kara pun mengangguk hormat ke arah lima pria disana dan tampak seorang pria paruh baya yang tampaknya adalah orang penting. Kara melihat GM hotel Star pun ada disana. Ada apa ini?
Pria paruh baya itu memberikan kode agar semua orang disana keluar dan sekarang tinggal mereka berdua.
"Silahkan duduk, nona Kara Gantari." Pria itu memberikan kode agar Kara duduk di hadapannya. Gadis itu pun duduk.
"Akhirnya kita bertemu ya sebelum saya nanti ke rumah anda pada hari Minggu."
Kara melongo. Hari Minggu?
"Maksudnya apa ya tuan?" tanya Kara.
"Perkenalkan, nama saya Abe Takahashi. Saya adalah ayah dari pria yang selama ini bersama anda, Rayden Takahashi."
Kara terkejut lalu mengangguk hormat. "Senang bertemu dengan anda Tuan Takahashi."
"Pantas si kampret itu tergila gila sama anda, lha wong penampilan mu seperti ini." Abe menatap Kara tajam.
Kara menunduk melihat outfitnya dia hari ini. Perasaan aku pakai baju sopan, kaus lengan panjang, celana panjang warna coklat, sepatu boot. Bukan baju yang seksih.
"Bukan bajumu, Kara tapi wajahmu."
"Memang wajah saya kenapa Tuan?" tanya Kara bingung.
"Ada sesuatu yang mirip dengan almarhum istriku."
Kara terdiam.
"So, apa benar kamu pacaran dengan Rayden?" tanya Abe dingin.
"Bisa dibilang begitu tuan."
"Apa kamu mencintai anakku?"
"Belum tapi..."
"Tinggalkan dia kalau kamu tidak mencintainya!" perintah Abe.
"Saya sudah menolaknya tapi..."
"Atau kamu belajar mencintainya."
Mulut Kara menganga. Ini ayah dan anak sama saja! Membagongkan!
"Maksudnya gimana?" tanya Kara tidak mengerti.
"Aku tidak menghalangi hubungan kalian, apalagi kamu masih masa Iddah kan? Jadi ada dua bulan untuk saling memahami satu sama lain. Anggap saja latihan menghadapi anakku, aku dan Rayna anak perempuan ku."
Kara masih menatap Abe dengan tatapan bingung. "Apa tuan mengijinkan Rayden berhubungan dengan saya?"
"Bukannya tadi aku sudah bilang begitu?" kekeh Abe. "Tapi kamu juga harus bisa mengambil hati Rayna, kakak Rayden. Karena dia lebih galak dariku."
Kara merasa kepalanya berdenyut. Kata Rayden, papanya gualak tapi ini kenapa jadi receh sih?
"Ohya, jangan cerita sama Rayden kalau kita sudah bertemu sebelumnya. Tolong besok Minggu masak yang enak dan agak banyak karena aku akan ikut Rayden ke tempat mu."
"Saya hendak memasak nasi goreng babat atas request Rayden" jawab Kara.
Abe tersenyum. "Aku suka nasi goreng babat dan jangan lupa acarnya!"
Kara melongo. Astaga! Memangnya aku buka restoran?
***
Hari Minggu pagi, mobil Mercedes Benz G silver sudah terparkir dengan cantiknya di depan rumah Kara. Kedua orang di dalam nya pun turun dan menuju pagar rumah. Bik Ijah yang sudah hapal dengan mobil Rayden pun membukakan pintu.
"Assalamualaikum bik Ijah" sapa Rayden.
"Wa'alaikum salam tuan Rayden. Ini siapa tuan?"
"Perkenalkan ini papaku yang baru saja datang dari Tokyo, Abe Takahashi."
"Senang bertemu dengan anda Tuan Abe" salam bik Ijah.
"Terimakasih bik."
"Monggo, silahkan masuk."
Rayden dan Abe pun masuk. Abe langsung menyukai bagaimana Kara menata rumahnya. Artistik.
"Kara sayang! Kamu dimana?" panggil Rayden.
"Dapur" jawab Kara.
Rayden lalu duduk di kursi dekat meja dapur dan melihat Kara sedang menggoreng sesuatu.
"Kamu goreng apa sayangku?"
"Ususmu" jawab Kara asal.
Rayden langsung memegang perutnya dramatis. "Sayangku, tega sekali dirimu."
Kara mengacuhkan wajah memelas Rayden. "Kamu duduk di ruang tamu sana. Mengganggu orang masak."
Rayden pun berdiri lalu mencium pipi Kara dan kabur sebelum gadis itu berteriak marah.
"RAYDEEENNN!"
***
Abe bersama Rayden mencicipi nasi goreng babat dan keduanya sangat menyukai nya.
"Kara, ini enak banget! Usus goreng nya juga. Ternyata kamu pintar memasak" puji Abe.
"Bener kan pilihan aku!" cengir Rayden.
"Hmmm" jawab Abe ogah-ogahan. Rayden pun manyun.
"Saya baru tahu, tuan Abe orang Jepang suka nasi goreng babat" komentar bik Ijah.
"Almarhum Istriku orang Jawa bik, jadi masakan Kara dan bik Ijah, cocok di lidahku" senyum Abe.
"Alhamdulillah kalau tuan Abe suka."
Kara hanya diam melihat interaksi mereka bertiga.
"Kamu kenapa diam saja, babe?" tanya Rayden.
"Kakimu bisa nggak berhenti mengelus kakiku?" desis Kara dengan menatap tajam Rayden.
Abe lalu mengeplak belakang kepala putranya.
"Duh ketahuan!" cengir Rayden sambil mengusap kepalanya.
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️