Saat istri lain mendengar suaminya akan menikah lagi, akan marah. Tetapi berbeda dengan Karina, dengan senang hati, ia menikahkan suaminya dengan wanita lain.
Terdengar mustahil, tapi ini terjadi didalam kehidupan seorang wanita yang bernama Karina.
"Katakan, siapa wanita yang akan kamu nikahi, mas. Aku akan menikahkan kalian."
Dengan tersenyum lebar, Karina menerima keputusan suaminya yang akan menikah lagi.
Sebenarnya, apa yang membuat Karina memutuskan itu? Ayok baca!
Instagram: Coretanluka65
FB: Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus mendapatkannya
"Mas, kalo kamu terus-terusan seperti ini, aku minta cerai saja!" bentak Aisyah, yang sudah tidak bisa menahan kesalnya.
"Kalo itu mau kamu, aku akan melakukannya," jawab Yusuf,
"Lagipula, kenapa aku harus bertahan dengan wanita murahan seperti kamu."
"Tega kamu, mas!" ucap Aisyah.
"Seharusnya sedari dulu, aku tahu, bagaimana kamu," kata Yusuf.
"Maksud kamu apa, hah?" bentak Aisyah.
"Aku baru tahu, kalo selama ini kamu bekerja sebagai wanita penghibur," jawab Yusuf.
Mendengar itu, Aisyah kaget.
"K-kamu tahu dari mana?" tanya Aisyah gugup.
"Tidak penting tahu dari mana, yang pasti aku baru saja mengetahuinya," jawab Yusuf.
"Gawat, kalo aku benar cerai dengan mas Yusuf, aku tidak mau banting tulang, menafkahi diriku sendiri," gumam Aisyah.
"Kamu jangan percaya omongan orang lain, mas, aku tidak seperti itu," ucap Aisyah membela diri.
"Aku tidak peduli dengan itu, kalo kamu ingin bercerai, aku akan mengabulkannya," kata Yusuf.
"Mas, aku ini sedang hamil anakmu, kita tidak bisa bercerai," ujar Aisyah.
"Anak tidak jadi halangan, setelah berceraipun, aku akan bertanggung jawab kepada anakku," ucap Yusuf.
"Tidak, aku tidak mau bercerai," ujar Aisyah.
"Kalo kamu tidak mau bercerai, ubah pola pikirmu, gaya hidupmu, dan cara bicara kamu. Aku malu dengan tetangga yang lain, melihat kamu seperti bukan istri seorang ustad," kata Yusuf.
Meskipun terdengar kesal, tetapi Aisyah menahan emosinya, karena waktunya tidak tepat untuk menjawab makian suaminya.
"Hiduplah seperti Karina, sederhana, sopan, anggun, dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi," kata Yusuf.
"Karina lagi, aku muak mendengar dia," gumam Aisyah Kesal.
"Contoh akhlak Karina, dia sama sekali tidak pernah meninggikan suaranya selama ini, dia tahu sopan santun kepada suami," ucap Yusuf lagi.
"Iya mas, aku akan berusaha seperti mbak Kirana, agar kamu tidak selalu membandingkan aku dengan mbak Kirana," jawab Aisyah.
Setelah mengatakan itu, Aisyah meninggalkan suaminya, perasaan Aisyah terasa sakit, kala dirinya selalu dibandingkan dengan Karina.
"Maafkan aku, Karina," gumam Yusuf.
Setiap saat, Yusuf akan merenung, memikirkan dimana keberadaan Kirana, dia sudah berusaha semaksimal mungkin, mencari Karina. Tetapi sampai detik ini tidak berhasil.
...
...
...
Sedangkan disisi lain, Karina sedang menikmati kehidupannya sendiri, meskipun terkadang selalu dibuat kesal dengan keberadaan Ethan.
"Alana, kamu pulang dengan saya," kata Amir.
"Tidak tuan, saya akan pulang sendiri," jawab Alana tersenyum.
"Sebelumnya terima kasih."
Karena Alana tidak mau menimbulkan kecemburuan dengan pegawai lain, Alana ingin hidupnya tenang, tanpa mempunyai musuh satupun.
Alana langsung meninggalkan Amir, karena dia tidak enak kalo lama-lama bicara dengan majikannya.
"Dia benar-benar sangat gemas, senyumannya indah sekali," gumam Amir.
"Aku harus mendapatkannya."
Alana bergegas menjauhi resto, agar tidak mendapatkan paksaan dari Amir, untuk pulang bersama.
Selama Alana tinggal di Amsterdam, tidak ada yang tahu, dimana letak rumah Alana, kecuali Ethan.
"Ayok pulang, dengan saya.."
Alana kaget mendengar suara laki-laki yang tiba-tiba, dan menyentuh tangannya.
Karena reflek, Alana langsung mendoronya.
"Aw," rintih Ethan.
"Ah maaf, aku kira tadi penjahat," ucap Alana tidak enak.
"Main hajar saja, sakit tahu," rintih Ethan.
"Perasaan, aku mendorongnya tidak terlalu kuat, kenapa kamu seperti kesakitan habis dihajar preman satu kampung," kata Alana aneh.
"Bukannya bantuin, malah berasumsi sendiri," ujar Ethan.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucap Alana membantu Ethan untuk berdiri.
Ethan menyentuh perutnya, ia seperti menahan rasa sakit diarea perut.
"Kenapa seperti kesakitan?" tanya Alana.
"Memang sakit," jawab Ethan.
"Yasudah, aku obatin ya," kata Alana.
"Di dalam mobil saja, tidak enak kalo ditempat umum seperti ini," ucap Ethan tersenyum menyeringai.
Senyumannya seolah-olah menyimpan sebuah rencana yang akan menjebak Alana.
Alana membantu Ethan berjalan.
"Mana yang sakit?" tanya Alana.
"Di dalam perut," jawab Ethan.
"Bagaimana caranya aku mengobati lukamu," tanya Alana.
"Buka saja bajunya," jawab Ethan.
"Jangan gila, tuan Ethan," ucap Alana kesal.
"Kamu mau, membiarkan saya kesakitan?" ujar Ethan.
Dengan perasaan kesal, akhirnya Alana membuka sedikit baju Ethan.
Tetapi, betapa kagetnya saat Alana melihat perut Ethan yang terbalut perban.
"Ethan, ini luka kenapa?" tanya Alana.
"Luka tembakan," jawab Ethan dengan tenang.
Alana menutup mulutnya, dia kaget mendengar ucapan Ethan.
"Pantas saja, kau merintih kesakitan," ujar Alana.
"Ini semua karena kamu, yang sudah menghajar saya," kata Ethan.
"Ya, saya minta maaf, lagian salah anda juga. Kenapa datang tiba-tiba," gerutu Alana.
"Ceritanya minta maaf, tapi masih menyalahkan orang lain," sindir Ethan.
"Diamlah!" bentak Alana.
Bentakan Alana, sontak saja membuat nyali Ethan menciut.
"Buka bajumu," titah Alana.
"Belum waktunya, kita belum menikah," jawab Ethan.
"Plak" Alana menampar perut Ethan.
"Sakit," rintih Ethan.
"Lagian, pikirannya kemana-mana," kata Alana kesal.
"Memangnya kamu berfikiran apa?" goda Ethan.
"Saya kan cuman mengatakan kalo kita belum menikah."
"Jangan banyak bicara, cepat buka bajumu," kata Alana dengan nada kesal.
Ethan membuka semua bajunya, karena agar tidak susah bagi Alana, mengobati luka Ethan.
Setelah Ethan membuka bajunya, Alana menelan ludahnya. Melihat perut seksi Ethan.
Mata Alana berbinar, dia seperti melihat pemandangan yang sangat indah, "Benar-benar menggiurkan."
"Kenapa? Mau?" goda Ethan.
"Apaan sih," jawab Alana gugup.
Ethan hanya tersenyum, melihat raut wajah Alana.
"Diam, aku akan mengganti perbanmu," ucap Alana.
Ethan menurut, dia hanya diam selama Alana mengobati dan mengganti perban Ethan, yang sudah banyak darah..
"Sudah," ucap Alana,
"Ganti pakaianmu."
Ethan langsung mengganti pakaiannya.
"Kalo gitu, aku akan pulang dulu," kata Alana.
"Akan saya antarkan," ujar Ethan.
"Tidak usah, mending kamu istirahat saja, agar lukanya sedikit membaik," ucap Alana.
"Kamu obat dari segala obat," jawab Ethan.
"Pret," ujar Alana.
"Mulutnya," kata Ethan.
"Ethan, kamu pulang saja, saya bisa pulang sendiri," Kekeh Alana.
"Tidak mau," tolak Ethan.
Alana menghela napas panjang, dia mengerti kalo Ethan tidak akan membiarkan dirinya pulang sendiri.
"Yasudah, ayok kita pulang," ajak Alana tersenyum.
Mendengar itu, Ethan tersenyum penuh kemenangan, akhirnya Alana tidak keras kepala lagi.
"Jangan cemberut," kata Ethan.
"Kalo senyum-senyum, nanti dianggap gila," ujar Alana.
"Benar juga," ucap Ethan.
"Ethan, apa kamu belum mempunyai istri dan anak?" tanya Alana penasaran.
"Belum, memangnya muka saya kelihatan tua, begitu?" ujar Ethan.
"Ya, harusnya sadar diri," lirih Alana.
"Coba katakan, lebih keras lagi," pinta Ethan.
"Tidak, aku tidak mengatakan apapun," ucap Alana.
"Telinga saya masih berfungsi dengan baik, Karina Safea Alana," ucap Ethan.
"Diamlah, aku tidak suka ada orang lain, yang menyebut nama panjangku," ucap Alana kesal.
"Kenapa?" tanya Ethan penasaran.
"Tidak ada alasan yang jelas, tidak suka saja," jawab Alana.
"Tidak ada alasan yang jelas, atau tidak mau memberitahu saya?" ucap Ethan.
"Kita tidak sedekat itu, tuan Ethan yang terhormat," kesal Alana.
...
Maaff yaa Jessica 😂🙏🙏🙏