Kehidupan rumah tangga Chatlea dan Hendra sangatlah harmonis apalagi setelah mereka di karuniai dua anak kembar. Namun saat memasuki tahun ke lima, bencana rumah tangganya mulai menerjang.
Suami yang selama ini dia sayangi dan cintai ternyata menyimpan wanita lain di belakangnya.
"Aku ingin menikah lagi. Kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra.
Dunianya seakan runtuh saat itu juga mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.
Hatinya menjerit ingin berteriak sekencang-kencangnya namun lidahnya keluh.
Air matanya terus mengalir tanpa henti menunjukkan betapa sakit, perih, dan kecewa yang teramat dalam yang ia rasakan.
Setelah suaminya menikah, dia malah dijadikan pembantu dan baby sitter di rumahnya sendiri.
Mampukah Chatlea bertahan tinggal seatap dengan madunya?
Ataukah Cathlea memilih mundur dari pernikahan yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mommy Belum Siap
"Tidak sayang, Mommy belum siap tinggalin Daddy. Sudahlah, ayo kita tidur." Ucap Cathlea membaringkan anak-anaknya lalu ikut berbaring di sampingnya.
Saat tengah malam Zidan bangun karena haus, ia berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Setelah minum, ia kembali menuju kamar namun berhenti melangkah saat mendengar Hendra dan Bella sedang berbicara namun mereka lupa menutup pintu.
"Aku tidak mau tau mas, mas harus usir Lea keluar dari rumah ini secepatnya." Ketus Bella.
"Tidak semudah itu sayang." Ucap Hendra.
"Kenapa? apa kamu masih suka dengannya?" Ketus Bella.
"Tidak sayang, sekarang ini aku hanya mencintai mu, dia hanya masa lalu ku. Ucap Hendra.
"Kalau begitu usir saja dia, kita bisa membayar baby sitter untuk menjaga anak-anak. Atau biarkan saja anak-anak ikut dengannya. Aku nggak mau dia terus ada di rumah ini." Bujuk Bella.
"Aku nggak mau kehilangan anak-anak ku. Anak-anak juga tidak akan terima jika Mommy nya kita usir sayang, berikan aku waktu agar aku bisa mengusirnya secara halus tanpa anak-anak tau." Jelas Hendra.
"Baiklah, kalo kamu nggak secepatnya mengusirnya, maka aku sendiri yang akan mengusirnya dengan caraku sendiri." Ketus Bella.
"Sudahlah, ayo lakukan tugasmu malam ini." Bujuk Hendra kemudian berjalan mengunci pintu.
Zidan yang mendengar percakapan mereka mengepalkan ke dua tangannya. Ia segera berlari menuju kamarnya. Ia duduk termenung di sisi tempat tidur memikirkan nasib Mommy nya.
'Hikss.. hikss.. hikss.. Daddy jahat, Aku nggak akan membiarkan kalian mengusir Mommy dari rumah ini.' Batin Zidan sambil menangis mengeluarkan air matanya.
"Zidan, kamu kenapa nak? kenapa menangis?" Tanya Cathlea ikut terbangun saat mendengar tangisan Zidan.
Zidan menggeleng lalu memeluk Cathlea.
"Mommy tidak akan meninggalkan Zidan kan?" Ucap Zidan.
"Ngga sayang, Mommy tidak mungkin meninggalkan Zidan dan Zarah. Hanya kalian milik Mommy di dunia ini, dan Mommy tidak mau kehilangan kalian." Jelas Cathlea.
"Ayo tidur, besok Zidan sekolah kan?" Bujuk Chatlea lalu membaringkan Zidan dan ikut tidur bersamanya.
Keesokan harinya Cathlea menyiapkan nasi goreng kemudian mengajak anak-anaknya untuk sarapan.
"Kalian sudah selesai sarapan?" Tanya Hendra.
"Sudah Dad." Jawab Zarah lalu mengambil tas sekolahnya, begitupun dengan Zidan.
"Kami berangkat ke sekolah Dad." Ucap Zidan
Zidan dan Zarah mencium punggung tangan Hendra.
"Habis antar anak-anak jangan keluyuran, masih banyak cucian gw di kamar." Ketus Bella melihat Cathlea.
Cathlea berjalan keluar rumah tanpa memperdulikan ucapan Bella, karena tidak mau berdebat di depan anak-anaknya.
Setelah sarapan ia mengantar anak-anaknya ke sekolah kemudian menuju butik.
Setelah sampai di butik dia melayani pelanggan sambil tersenyum sebagai bentuk profesional nya dalam bekerja.
*********
Sementara di tempat lain Kenan sedang memeriksa laporan keuangan perusahaan di ruangannya.
"Tok, tok, tok, "
Aditya mengetuk pintu kemudian masuk kedalam ruangan CEO.
Aditya meletakkan dokumen diatas meja Kenan.
"Ini dokumen tentang Lea. Gw minta Lo tahan emosi Lo." Ucap Aditya.
Kenan mengernyitkan keningnya. Lalu membuka amplop itu dan membacanya.
"Apa ini? Lo nggak salah kan?" Kenan membanting kertas itu di meja.
"Itu semua benar." Ucap Aditya.
"Prangggg"
Kenan memukul meja dengan keras, membuat kertas diatas meja terangkat dan berserakan.
"Brengsek si Hendra, tega-teganya dia memperlakukan Lea seperti itu." Kenan mengepalkan kedua tangannya.
"Gw juga nggak nyangka." Lirih Aditya.
"Aaaaa, akan gw bunuh Lo Ndra, Lo sudah menyakiti Lea dan gw nggak akan tinggal diam." Teriak Kenan penuh emosi.
"Tenangkan dirimu Ken." Aditya berusaha menenangkan Kenan.
"Lo suruh gw tenang? bagaiman bisa gw tenang saat gw tau orang yang gw cintai ternyata menderita. Gw melepasnya karena Hendra sahabat gw dan gw yakin dia bisa membahagiakan Lea," Kenan mengusap wajahnya dengan kasar, "Dan ternyata apa? gw salah, gw salah melepasnya dengan laki-laki brengsek seperti Hendra. Dia membawa wanita lain ke rumahnya sebagai madu Lea, hati gw sakit Dit, gw nggak sanggup membayangkan bagaimana tersiksanya perasaan Lea, dia pasti sangat menderita Dit." Sesal Kenan menjatuhkan dirinya di kursi.
Aditya diam.
"Bagaimana dengan anak-anaknya?" Tanya Kenan.
"Mereka sekolah di international elementary school milik Lo, dan mereka mendapat beasiswa karena mereka sangat pintar bahkan IQ-nya diatas rata-rata." Jelas Aditya.
"Bawa aku menemui mereka, gw belum pernah melihat anak-anak Lea." Pinta Kenan mengambil jas dan ponselnya kemudian keluar dari ruangannya.
"Apa yang akan Lo lakukan?" Selidik Aditya.
"Gw cuma mau kenal mereka aja." Kenan menaikkan bahunya.
"Lo pasti merencanakan sesuatu dengan otak licik mu itu." Tebak Aditya.
"Tuh, Lo tau." Ketus Kenan.
Kenan berjalan dengan wajah datarnya yang dingin dan tatapan tajam ke depan tanpa memperdulikan karyawan yang sedang meliriknya.
Mereka hanya bisa memuji dalam hati tanpa berani mendekat apalagi menyapa .
'Siapa yang tidak terpesona dengan gaya cool CEO Kenan.' Batin salah satu karyawan.
Saat di basement, Aditya membuka pintu kursi belakang kemudian berjalan menuju pintu kemudi. Aditya melajukan kendaraannya menuju sekolah Zidan.
Setelah sampai mereka langsung menuju ruang kepala sekolah.
"Tok.. tok.. tok.."
Aditya mengetuk pintu ruang kepala sekolah kemudian masuk.
"Selamat siang Bu." Sapa Kenan pada Bu Ratna.
"Tuan Kenan? Selamat siang. Silahkan duduk." Sahut Bu Ratna.
Kenan dan Aditya langsung duduk di kursi.
"Bu, bisa panggilkan Zidan dan Zarah?" Ucap Kenan tanpa basa-basi.
"Ada apa ya? Tuan Kenan mencari mereka." Tanya Bu Ratna.
"Aku hanya merindukan mereka Bu." Jawab Kenan seolah sudah mengenal mereka.
Ibu Ratna segera keluar dan menyuruh salah satu guru untuk memanggil Zidan dan Zarah.
Setelah Zidan dan Zarah datang mereka duduk di kursi berdampingan dengan Kenan.
"Bu' bisa tinggalkan kami bertiga?" Ijin Kenan.
"Baiklah." Ibu Ratna dan Aditya keluar.
"Nama kalian Zidan dan Zarah kan?" Tanya Kenan dengan lembut.
Keduanya mengangguk.
"Kenalan dulu dong, Uncle Kenan, temen Mommy kamu saat kuliah." Kenan mengulurkan tangannya.
Zarah dan Zidan saling melirik lalu membalas uluran tangan Kenan.
"Beneran Uncle temennya Mommy?" Selidik Zidan.
Kenan mengangguk.
"Iya, kalian nggak percaya? sebentar." Kenan mengambil ponselnya lalu memperlihatkan fotonya saat masih kuliah bersama Cathlea.
Zarah dan Zidan melihat ponsel Kenan kemudian saling melirik.
"Kami percaya Uncle." Ucap Zidan tersenyum dan Zarah ikut tersenyum.
"Kalian sudah makan?" Tanya Kenan.
"Belum waktunya istirahat Uncle." Ucap Zarah.
"Baiklah, kalian mau ikut Uncle jalan-jalan nggak, kalian boleh beli mainan yang kalian suka." Bujuk Kenan.
"Kami nggak suka mainan Uncle." Jawab Zidan.
"Trus kalian sukanya apa dong?" Tanya Kenan.
"Kami sukanya main game." Ucap Zidan.
"Game apa?" Tanya Kenan.
"Mobile legends." Ucap Zarah.
"Uncle juga suka, gimana kalo kita main bareng, Uncle ingin lihat sejago apa kalian." Kenan berusaha mendekati mereka.
"Tapi laptop Zidan ada di tas, Zarah juga nggak punya ponsel, biasanya Zarah pakai handphonenya Mommy." Jelas Zidan.
"Itu masalah gampang, Sebentar." Kenan berdiri keluar menemui Aditya lalu masuk kembali.
Tidak lama kemudian Aditya datang membawa tas Zidan beserta 1 ponsel merk Apple keluaran terbaru.
"Lo sudah lakukan apa yang gw minta?" Tanya Kenan.
"Sudah Ken." Jawab Aditya kemudian kembali keluar.
"Ini untuk Zarah tapi jangan bilang ke Mommy. Jika kalian butuh sesuatu, kalian telpon Uncle aja, nomornya juga sudah ada di situ." Ucap Kenan.
"Beneran Uncle?" Tanya Zarah antusias.
"Iya sayang, kalo Zidan nanti om beliin laptop keluaran terbaru, gimana?" Bujuk Kenan.
Zidan mengangguk lalu membuka laptopnya.
"Ayo kita mulai."
Kenan tertegun melihat laptop yang ada di depan Zidan.
"Ini laptopnya Zidan?" Tanya Kenan.
.
.
.
Bersambung...
Visual Kenan Wishaka.
Visual Zidan dan Zarah saat di sekolah.
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
.