Alsa, gadis introvert yang menyukai sosok Ken secara diam-diam, baginya Ken adalah lelaki yang begitu baik karena hanya dia lah yang mau menjadi teman Alsa. Kebaikan Ken disalah artika oleh Alsa, hingga sebuah kenyataan pahit terpampang di depan matanya. Ken menjalin kasih dengan gadis lain.
Di tengah keterpurukannya atas cinta pertama yang berakhir tragis, sosok Davin selalu hadir dengan kasih sayang yang begitu besar padanya. Hingga Alsa terlena dan mengerti arti mencintai yang sesungguhnya.
Davin, seorang pria yang menjadi suami dari mendiang Kakak perempuannya kini menjadi alasan Alsa untuk tetap bertahan meski berbagai cobaan berat ia lalui.
Akankah semuanya berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora_Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Alsa memutuskan untuk berteduh di bawah atap sebuah ruko, ia sudah menggigil kedinginan akibat terguyur air hujan di malam hari.
Sejak pagi tadi perutnya belum terisi oleh sesuap nasi sekalipun, hanya seteguk air keran dari rumah warga yang ia minum untuk mengganjal perutnya yang lapar.
Malam semakin larut, kepala Alsa terasa semakin sakit dan tubuhnya semakin lemas. Ia ingat akan Davin yang selalu khawatir jika gadis itu terlambat pulang meski hanya 15 menit.
Tapi sekarang malah ia tak akan kembali ke apartemen Davin maupun ke sisi pria itu. Ia tak mengerti kenapa Frans dan Sherly begitu membencinya, mungkin karena ia adalah anak yatim piatu yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Benar kata Frans, jika Davin tak memungutnya saat itu sudah di pastikan bahwa Alsa akan hidup di jalanan sebagai pengemis atau akan dititipkan di panti asuhan sampai menemukan orang baik yang mau mengadopsinya.
Dan kini, ia terlempar ke jalanan disaat kakaknya tengah bekerja ke luar negri. Ia sangat sedih dan merasa sakit karena ucapan Frans, tapi karena kebaikan hati Davin selama ini pada dirinya membuat gadis tersebut memaafkan sikap jahat Frans begitu saja.
"Kak Davin ... cepat pulang, Alsa di sini sendirian, Kak. Alsa gak tahu mau kemana, Kakak cepat pulang," rintih Alsa di tengah derasnya hujan.
Ia menggelar kardus bekas yang ada di emperan toko tersebut dan ia gunakan untuk tidur. Alsa memegangi perutnya yang sakit akibat lapar yang mendera, namun ia tetap tak menangis.
"Ya Tuhan, semoga semua ini cepat berlalu. Lindungilah kak Davin di mana pun ia berada, dan sadarkan lah om Frans agar ia tahu bahwa aku bukanlah orang yang jahat," pinta Alsa sebelum memejamkan kedua matanya, ia tanpa sadar terus mengigau memanggil nama Davin. Dan gadis tersebut mengalami demam tinggi seorang diri berbaring di atas kardus bekas.
***
Grace mengguncang tubuh Davin yang tengah mengigau memanggil nama Alsa, pria itu berkeringat dingin dan suhu tubuhnya tinggi. Davin demam, batin Grace.
Kemudian Grace mengompres Davin, ia keluar dari rumah minimalis itu menuju sebuah apotek yang letaknya lumayan dekat dari rumah Davin di Bangkok.
Saat ia kembali dari apotek, Davin sudah duduk di ranjangnya dan tengah sibuk menelpon seseorang.
"Minum dulu, Bang, obatnya," ucap Grace kemudian menyerahkan beberapa butir obat dan segelas air putih.
"Obat apaan nih? Gue gak mau ntar kejang abis minum obat dari lo, ya?" tanya Davin curiga, ia memicingkan matanya saat melihat obat yang ada di telapak tangan Grace.
"Ya ampun Bang, masa lalu gak usah diungkit dong,"
ucap Grace kesal, ia ingat dulu saat baru praktek di rumah sakit dirinya salah memberikan obat untuk pak Lukman, tukang kebun di rumah. Gara-gara minum obat dari Grace, bukannya batuk yang ia derita sembuh justru ia mengalami bintik-bintik merah di sekujur tubuh.
"Ck," decak Davin kesal, tapi ia tetap meminum obat tersebut.
"Ponsel Alsa gak aktif," ucap lelaki itu lesu, ia menatap Grace berharap adiknya tahu perihal Alsa.
"Gue juga gak tahu Bang, ntar deh biar gue coba hubungi. Istirahat aja dulu."
Grace kemudian keluar dari kamar kakaknya.
***
Pagi hari pun tiba, suhu tubuh Alsa semakin tinggi. Ia menggigil kedinginan namun justru disiram dengan air dingin oleh pemilik ruko.
"Bangun, Gembel! Kalau mau tidur jangan di sini, bikin sial tau gak?" Teriak ibu pemilik ruko kesal.
Alsa cepat-cepat berdiri, namun karena kepalanya sangat sakit dirinya kembali limbung.
"Bu, tolong biarkan saya istirahat sebentar di sini. Saya sedang sakit," ucap Alsa mengiba, ia berharap pemilik ruko akan mengijinkannya duduk sebentar.
"Enak saja kamu! Kalau kamu ada di sini, yang ada akan membuat toko saya sepi pembeli tahu gak?!"
"Baik bu, saya akan pergi. Permisi," pamit Alsa sopan.
Dengan jalan tertatih ia terus melangkahkan kedua kakinya, perutnya terasa begitu perih.
Wajahnya telah pucat pasi dan kepalanya semakin berputar pusing.
Ia berhenti sejenak ketika melihat seorang anak kecil bersama dengan ibunya, anak itu sangat bahagia digandeng oleh wanita paruh baya tersebut.
Alsa ingat dulu mamanya sering sekali mengajaknya jalan-jalan ketika dirinya masih kecil, ingin rasanya di saat seperti ini ia memeluk sang mama.
Namun apa mau di kata, Tuhan telah menjemput sang mama kepangkuan-Nya.
"Mama ... Alsa harus ke mana? Alsa kangen, Mama," ucapnya lirih, ia tak tahan melihat adegan mesra ibu dan anak tersebut. Hatinya sakit dan perih mengingat ia tak bisa lagi bermanja pada mamanya.
Alsa memutuskan untuk pergi ke makam orang tuanya, setidaknya jika ia tak bisa lagi memeluk tubuh mama atau papanya, dirinya masih bisa memeluk batu nisan kedua orang tuanya.
Baru beberapa langkah ia berjalan, kepalanya terasa berputar hebat. Dan dalam hitungan detik ia kehilangan kesadaran.
Samar-samar ia mendengar banyak orang mengerubunginya.
"Ca ... Ca, bangun."
Itulah suara terakhir yang ia dengar sebelum kesadarannya benar-benar lenyap.
_________Tbc
mungkin nanti akan ada yang sama isinya beberapa part karena saya yang salah menyalinnya. saya mohon maaf atas ketidak nyamananya, ke depannya saya akan berusaha lebih baik lagi.
terimakasih.
semangat terus untuk novelnya....
terus semangat ya thor ditunggu cerita² selanjutnya 😉💘