Kusut
Seorang gadis cantik bertubuh mungil tengah berjalan ke ruang tengah di mana seorang pria berusia 30 tahun tengah melepas penatnya setelah seharian bekerja, mata sayu pria itu menandakan betapa lelahnya ia hari ini.
Gadis itu meletakkan secangkir teh hangat untuk si pria, dan lelaki tampan itu mengucapkan terimakasih kemudian tersenyum tulus.
"Aku sudah siapkan makan malam, kalau Kakak mau makan," ucap gadis 15 tahun tersebut sopan. Pasalnya, pria yang ada di hadapannya kini adalah kakak iparnya.
Suami dari mendiang Alea, kakak perempuannya, yang meninggal karena kecelakaan. Padahal saat itu, sang kakak tengah mengandung 5 bulan. Tepatnya 2 tahun yang lalu kejadian tragis tersebut menimpa keluarganya, dimana ia harus kehilangan ayah, ibu, juga Alea.
Alsa, hanya dia dan kakak iparnya yang selamat, sehingga sang kakak ipar merawat dirinya lantaran tak lagi memiliki siapapun. Tak ada sanak saudara yang perduli padanya sehingga sempat membuat Alsa depresi.
Alhasil kakak iparnya lah yang menggantikan sosok ayah, ibu, juga kakak untuknya. Dan kini gadis itu tumbuh menjadi gadis cantik, manis, baik hati, juga sopan. Ia sedikit pendiam dan sangat pemalu.
"Kamu udah makan?" tanya sang kakak lembut, diusapnya puncak kepala Alsa.
Ia menggeleng pelan.
"Kenapa?" tanya pria itu lagi. Namun sang gadis hanya menunduk, menyembunyikan raut kesedihan yang terlukis di wajah cantiknya. Bahkan, kedua hazel indah itu sudah redup dengan air mata yang menggantung.
"Hei... ," panggil sang kakak lembut, diangkatnya dagu mungil Alsa, melihat raut kesedihan terlukis di wajah adiknya, ia menghembuskan napas lelah. Ya, lelaki itu lelah dengan semuanya, gadisnya tak pernah terlihat tersenyum tulus sejak 2 tahun lalu.
"Kenapa sedih, Dek?" tanya pria bernama Davin Adrian Wijaya penuh kasih sayang.
"Kangen mama, papa, juga kakak," jawabnya lirih, Davin menatap Alsa iba. Sungguh, ia juga merindukan mereka. Namun dirinya yang sebagai kakak laki-laki, tak mau menunjukkan kerapuhan pada adiknya.
"Kita doakan mereka ya, Sayang. Semoga mereka tenang di surga sana. Jangan terus bersedih, nanti mereka juga ikut sedih dan gak tenang, kasihan." nasehat Davin sembari memeluk adik iparnya.
"Masih ada Kakak di sini yang akan jagain kamu, memang Kakak belum bisa sebaik ayah menjaga juga mendidik kamu. Tapi, kakak akan berusaha supaya jadi lebih baik lagi buat kamu."
"Alsa ... ," panggil Davin pada gadis yang sesenggukan di pelukannya.
"I-iya kak, Alsa akan coba iklas," ucap Alsa sembari menghapus air matanya. Alsa tak ingin membuat kakaknya cemas. Ia merasa tak enak hati pada Davin, pria itu sudah lelah seharian bekerja namun saat ia kembali ke rumah bukan rasa nyaman dan ketenangan yang ia dapat, melainkan sikap cengeng Alsa yang tak berubah. Alsa memutuskan untuk menyimpan kesedihannya sendiri.
"Makan malam yuk, Sayang," ajak Davin lembut, kemudian lelaki dewasa itu menggenggam tangan Alsa dan mengajaknya ke meja makan. Mereka pun makan malam dengan tenang meski hati gadis yang beranjak remaja itu masih berselimut kabut kerinduan mendalam.
***
Alsa mengerjakan dua buah soal yang diberikan oleh Davin di papan tulis dengan jawaban yang sempurna. Lelaki yang juga guru Matematika dan Fisika itu tersenyum puas. Adiknya memang anak yang cerdas.
Alsa meletakkan kembali spidol hitam yang ia gunakan tadi di meja guru Davin, kemudian ia menunduk sekilas sebagai sikap kesopanannya sebelum kembali ke tempat duduk yang ada di urutan kedua dari depan.
"Pinter banget sih lo, Al," puji teman sebangkunya yang bernama Levin. Alsa terpaksa duduk dengan Levin karena tak ada seorang pun siswi yang mau sebangku dengannya. Mereka semua iri karena kecantikan juga kepintaran Alsa.
"Ma-makasih, Vin," ucap Alsa gugup. Gadis itu dengan seksama memerhatikan Davin yang menerangkan rumus matematika yang dianggap seperti benang kusut oleh sebagian siswa.
Bahkan, tak jarang dari mereka yang disuruh maju ke depan kelas lantaran ketahuan tertidur di tengah jam pelajaran.
Davin terkenal sebagai guru yang tegas, disiplin dan galak. Namun karena ketampanan pria itu, membuat para gadis bahkan guru wanita yang masih single begitu memuja Davin.
Tetapi Davin bersikap dingin dan menutup diri dari semua wanita yang mencoba merayu-nya. Rasa cinta pada mendiang sang istri masih kuat dan tak akan pernah luntur meski bertahun-tahun lamanya.
Lagipula yang ada di pikiran Davin hanyalah masa depan Alsa, bukan hanya keluarga gadis itu yang tak mau direpoti mengurus Alsa. Namun juga keluarga Davin tak mau tahu perihal kehidupan gadis kecil itu selanjutnya, Davin memutuskan keluar dari rumah dan membawa Alsa tinggal bersamanya di apartmen milik pria itu yang dulu dihuni bersama sang istri.
Meski Davin masih berkomunikasi dengan baik bahkan terkadang mengurus perusahaan papanya, namun Alsa sama sekali tak dianggap oleh mereka.
Lelaki itu takut jika ia menikah nanti istri barunya tak dapat menerima Alsa, mengingat kenyataan bahwa Alsa dan Davin memang sudah tak memiliki ikatan keluarga.
Namun, Davin berjanji akan tetap menjaga Alsa, sampai adiknya menemukan pendamping yang baik.
Kini Alsa dan Ken, kakak kelasnya, sudah berjalan ke arah kantin. Sesekali para siswi menatap benci pada Alsa, lantaran terlalu dekat dengan Ken yang memang banyak di sukai para siswi.
Alsa sedikit menjaga jarak dengan membiarkan lelaki itu berjalan lebih dahulu, membuat Ken berhenti dan memandangnya bingung.
"Kenapa?" tanya Ken bingung, sementara Alsa hanya gugup ketika dipandang Ken dari jarak dekat.
"Mmm ... kamu duluan aja," jawab Alsa gugup. Ia melihat ke sekitarnya, ketakutan Alsa bertambah tatkala melihat seorang gadis yang menatap dirinya penuh kebencian.
"Ayo lah, gak usah di pikirin mereka. Biarin aja." Ken memang lelaki yang peka ia mengerti ketakutan Alsa karena perasaan iri para gadis lain yang tak mampu sedekat Alsa dengan Ken.
"Tapi kak--" ucap Alsa tak nyaman, ia bahkan terlihat gelisah ketika pemuda tampan itu mendekat.
"Lucu banget sih, Ca. Jadi pengen gigit tau gak?" Ken terkekeh pelan, digenggamnya tangan Alsa dan mengajak gadis itu ke kantin untuk mengisi perut mereka.
***
Di kantin, Alsa dan Ken menikmati makan siang dengan mengobrol ringan. Alsa merasa senang bisa dekat dengan Ken yang begitu banyak penggemar, meski perasaan khawatir akan dibully menggelayuti pikirannya.
Ia memang siswi yang terkenal pintar di sekolah. Namun, sifat penakut dan pemalu yang Alsa miliki menjadikan ia sebagai sasaran empuk bagi para pembully.
Sekolah elite dengan hampir keseluruhan siswa dan siswi dari kalangan atas, tak heran jika sifat sombong dan semaunya sendiri melekat pada mereka.
Menjadikan teman yang lemah sebagai korban bully sudah menjadi hal yang wajar. Apalagi jika korbannya dari kalangan bawah, sudah pasti mereka akan memperlakukannya dengan tak manusiawi.
Namun hal tersebut tak sampai terjadi pada Alsa, Ken selalu ada di dekat gadis itu sepanjang jam sekolah berlangsung.
"Masuk, Ca." Ken mengantar Alsa hingga ke depan pintu kelasnya. Lelaki itu terkekeh pelan ketika Alsa mengangguk patuh dan mengucapkan kata 'iya'.
Ken mengacak rambut Alsa pelan, kemudian ia kembali ke kelasnya sendiri yang ada di lantai dua. Ken adalah siswa kelas 3 SMA.
Ken, lelaki tampan dengan perpaduan wajah Korea-Jepang, adalah siswa yang pintar meski terkenal dingin.
Namun jika dengan Alsa, maka sifat dingin dan cuek yang Ken miliki, ia buang entah ke mana. Ken berubah menjadi sosok yang periang dan banyak bicara.
_____Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nur Haya
aq mampir jg kaya nya menarik cerita nya
2023-05-27
0
Rosa Rosiana
hadir
2023-05-21
0
MiraBeauty
ku kasih kopi ya thor awal cerita yg baik
2023-02-18
0