Season 1
Nora nggak mau menikah dengan Alan, Ma. Sudah berapa kali Nora bilang, Nora nggak mencintai Alan."
Nora Lee dipaksa menikah dengan Alan, demi kelangsungan perusahaan papanya. Namun, ia memilih kabur, satu-satunya jalan yang bisa menghentikannya dari perjodohan itu.
Devano Aldeva, bocah kelas tiga SMA, anak konglomerat tempat dimana Nora menemukan perlindungan. Akankah kebucinan Devano mampu meluluhkan hati Nora?
"Tant, jangan dingin-dingin nanti aku masuk angin." Devano Aldeva.
"Dev, sekolah yang bener, gombal melulu." Nora Lee.
"Kalo aku udah lulus sekolah, Tante mau nikah sama aku?"
Season 2
Bagaimana jika Darren Aldeva, pria tanpa mengenal cinta mengikuti jejak sang ayah? Mencintai perempuan yang jauh lebih tua?
Terlebih wanita itu adalah janda yang ditinggal mati suaminya, apakah Darren akan jatuh cinta dengan sosok Olivia Resha? atau justru takdir mempertemukannya dengan cinta yang lain.
Happy reading🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akrab
Tok.. Tok.. tok...
Bunyi ketukan pintu menyadarkan mereka, siapa lagi kalau bukan sang mama, Nara.
"Devano, Nora! kalian nggak ngapa-ngapain kan? kok lama, ayo makan malam dulu." Ucap Nara setengah teriak di luar sana.
"Masuk aja mam, kita nggak ngapa-ngapain kok!" Suara Devano, "Gimana mau masuk, orang pintu kamu kunci! Dasar anak nakal ya!" Omel Nara di luar sana.
"Kamu kunci pintunya?" Tanya Nora, Devano hanya nyengir kuda. Lalu melangkah, membuka pintu.
Ceklek!
"Masuk ma!" ajak Devano, sang mama hanya menatap Devano dan Nara bergantian.
"Maaf tante, lama! Tadi aku ngeringin rambut, dan baru kelar." Ucap Nora, takut mamanya Devano berfikir yang tidak-tidak.
"Gapapa, tante ngerti kok anak muda jaman sekarang emang gitu, kalo Dev ngapa-ngapain kamu, bilang sama mama! atau kamu langsung pukul aja orangnya." Seru Nara lalu menggandeng Nora dan mengajaknya turun.
Devano mengekor dengan bibir mengerucut,
"Ma, anak mama itu aku bukan tante Nora! Kok mama tega sama anak sendiri." gerutu Devano.
"Bentar lagi, Nora juga jadi anak mama dan kita satu server sekarang! Kamu gak boleh protes."
Dan saat mereka sampai di bawah, Devano langsung meminta pembelaan dari sang papa.
"Lihat tuh pa, mama sekarang lebih sayang sama tante Nora!"
"Ya gapapa lah, Dev! Kamu kan laki, bisa jaga diri. Lagian mereka sama-sama perempuan, satu server!" sahut sang papa.
Nah loh, Devano kalah lagi.
"Kita sebagai laki-laki, harus bisa melindungi perempuan kita, harus!" Bayu menepuk pelan pundak Devano, hingga pemuda itu mengangguk paham.
"Sudah ayo makan, makan malam sudah siap!" Ajak Nara, mereka berempat kemudian makan malam bersama. Nora merasakan kehangatan keluarga Devano, dalam menyambutnya. Entah mengapa, itu berhasil membuat gadis berumur 24 tahun itu merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka.
Selepas makan, Nora hendak membantu bi Inah membereskan piring-piring kotor, namun Nara melarangnya.
"Sudah sayang, kita lanjut di taman belakang yuk, ngobrol santai. Biar Maya yang bantu bi Inah." Ajak Nara, lagi tanpa memperdulikan Devano dan suaminya.
Sepertinya Nara memang ingin mengakrabkan diri dengan Nora tanpa gangguan sang papa dan anak.
Nora menurut, kala mamanya Devano mengajaknya duduk di kursi taman, meski berada di luar rumah. Tapi cukup menyenangkan untuk mengobrol, ditemani cahaya temaram sang rembulan serta lampu warna-warni yang sengaja digunakan untuk menghiasi taman.
"Tante itu seneng, kalo Devano ada kamu disisinya, meski dia laki-laki, dia suka kalo berkumpul sama keluarga, masih suka merengek kalo tiba-tiba tante sama om terbang ke luar negeri." Nara mencoba bercerita tentang Devano, Nora pun mengangguk paham.
"Devano itu dingin di luar, sama orang lain enggan mengakrabkan diri tapi sebenarnya penyayang!"
"Em, iyakah tant?" tanya Nora, sebenarnya ia sendiri juga sudah mulai memahami sifat Devano, bukan sebulan dua bulan ia mengenal bocah itu, tapi sudah lama. Hanya saja, selama ini Devano menutup diri dengan senyumannya.
"Kalo Nora sendiri, kuliah atau kerja?"
"Kerja tante, tapi sekarang udah enggak." Nora menghembuskan nafas kasar, kentara dadanya mulai sesak.
"Kenapa, cerita sama tante! Kita bisa jadi teman kalo lagi berdua." Sungguh calon mertua yang sangat baik dan pengertian bukan.
"Nora kabur dari rumah tante, dan Devano satu-satunya perlindungan yang Nora punya saat ini." Aku Nora dengan mata menunduk.
"Kenapa kabur?"
Nora menunduk, memainkan buku-buku jarinya, dilema apa iya harus berkata yang sejujurnya kepada mamanya Devano, itu tak mungkin! Nora teringat akan kerja sama yang Devano buat, bohong? Apakah ia harus bohong?
"Nora sangat mencintai Devano tante, tapi mama sama papa mau jodohin Nora sama anak rekan bisnisnya." Aku Nora akhirnya, memilih berbohong perihal hati.
"Wahhh ternyata, kalian emang benar-benar saling mencintai ya, tante seneng dengernya. Kalo begitu, biar tante dan om yang mengurus semuanya. Kalian tinggal nikah." Nara semakin antusias, terlebih saat mendengar gadis itu sangat mencintai anaknya.
**
Sementara itu, papa dan anak kini sedang berdua di ruang kerja. Hya, Devano ingin meminta bantuan sang papa kali ini.
"Papa tahu Arsa Group?" tanya Devano, langsung pada poin.
"Tahu, itu perusahaan dulu milik Admaja group, tapi sekarang sudah menjadi dua."
"Devano minta tolong sama papa buat menginves dana di Arsa Group, Dev mohon pa!"
"Itu hanya masalah kecil, papa akan melakukannya untuk kamu. Memang kenapa dengan Arsa Group?" kini Bayu bertanya.
Devano menghembuskan nafas kasar, lalu memilih duduk, sang papa hanya mengikutinya.
"Kenapa, jagoan papa ini, hm?"
"Arsa Group milik orang tuanya Nora pa, saat ini mereka membutuhkan bantuan kita. Tapi Dev gak mau menampakkan diri dulu."
Bayu yang paham akan kemauan Devano pun mengiyakan, apapun itu asal untuk Devano!
"Makasih pa," Devano langsung berdiri dan memeluk sang papa.
Bayu mengulas senyum, melihat cara berfikir Devano serta kepeduliannya kepada Nora membuatnya semakin yakin bahwa anaknya kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab. Bayu berharap kelak kedepannya, Devano bisa menghandle perusahaan yang ia kembangkan.
"Anak papa sudah dewasa ternyata, kalo begitu papa akan menghubungi sekertaris papa untuk mengatur jadwal pertemuan dengan Arsa group, tapi syaratnya kamu harus ikut di pertemuan nanti."
"Tapi pa, aku nggak mau orang tua Nora tau dulu," ucap Devano.
"Kamu bisa ikut di pertemuan berikutnya." taear sang papa, tanpa penolakan. Devano mengangguk mengiyakan.
Ayah dan anak itu melanjutkan mengobrol tentang pekerjaan, Devano benar-benar harus belajar tentang bisnis kali ini.
**
Nora merasakan kantuk luar biasa menyerangnya, satu jam mengobrol dengan mama Devano tak membuatnya bosan. Bagi Nora, Mamanya Devano adalah obat kerinduannya kepada Kenia.
Meski harus sedikit menahan kantuknya, Nyatanya Nora masih asyik mengobrol dengan Nara di taman.
Dua perempuan itu kini sudah akrab, layaknya menantu dan mertua. Nara memang begitu, bukan orang pemilih dalam hal fisik, selagi anaknya suka, ia akan mendukungnya. Terlebih soal materi, ia dan Bayu tak pernah membeda-bedakan seseorang dari materi. Karena sifat itulah yang membuat dua sahabat Devano menganggap Nara dan Bayu layaknya orang tua angkat.
Malam minggu, Alfin dan Abiyan berusaha menghubungi Devano. Jika biasanya tiga cowok tampan itu sering menghabiskan waktu bersama, berbeda dengan malam minggu ini karena Devano mengabaikan ponselnya.
**
"Ayo masuk, kamu istirahat ya sayang! Kamarnya sudah disiapkan sama Maya tadi." Ajak Nara, lalu menggandeng tangan Nora masuk ke dalam rumah.
Saat melewati dapur, bi Inah menyapa dengan senyum, "Kalo non butuh apa-apa panggil maya atau bibik aja,"
"Makasih bik." jawab Nora dengan senyum.
"Jangan sungkan, apapun itu anggap rumah kamu sendiri sayang." ujar Nara.
Sampai di ruang tengah, Nora pamit untuk naik ke lantai atas lebih dulu.
"Good night, sayang mimpi indah." Nara melambaikan tangan kepada Nora, lalu di balas dengan seulas senyum dan anggukan kepala Nora.