Tanpa gaun putih, tanpa restu keluarga, hanya akad sunyi di balik pintu tertutup.
Aku menjalani hari sebagai pelayan di siang hari… dan istri yang tersembunyi di malam hari.
Tak ada yang tahu, Bahkan istri sahnya yang anggun dan berkelas.
Tapi apa jadinya jika rahasia itu terbongkar?
Saat hati mulai berharap lebih, dan dunia mulai mempertanyakan tempatku…
Istri Siri Om Majikan adalah kisah tentang cinta yang lahir dari keterpaksaan, tumbuh di balik status yang tak diakui, dan perjuangan seorang perempuan untuk tetap bernapas dalam cinta yang ia tahu tak pernah boleh ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14
“Pantesan Amri diputuskan dan ditinggalkan karena gantinya Masya Allah gantengnya luar biasa,” cicitnya.
Orang yang tanpa sengaja melihat langsung apa yang dilakukan oleh Syifa dan Jordan buru-buru mengambil foto keduanya.
“Aku akan menuntut penjelasan apa yang sebenarnya terjadi karena aku yakin ada sesuatu dibalik kejadian ini,” gumamnya kemudian kembali menuruni tangga.
Jordan bahkan tak melepaskan kokopannya dari bibir sang istri siri karena sudah hampir dua mingguan mereka tidak melakukannya.
Syifa memeluk erat tubuh kekar kekasih halalnya itu dan mulai meladeni permainan lidahnya Jordan. Lidah mereka saling membelit, bertukar saliva hingga saling mengabsen apa yang di dalam rongga mulut mereka masing-masing.
Andaikan pasokan udara di dalam rongga mulut dan hidung mereka semakin menipis Jordan tidak akan menghentikan ciuman mereka.
Jordan mengusap bibirnya Syifa yang terlihat sedikit bengkak dan memerah.” Kamu semakin lihai dan jago wanitaku.”
Syifa mengalungkan tangannya ke lehernya Jordan,” kan diajarin terus sama Tuan Muda Jo jadi aku akan melakukan apapun agar Tuan Muda Jo nggak pernah bosan melakukannya denganku.”
“Kalau aku bosan sudah lama aku ceraikan kamu tapi buktinya sudah sembilan bulan lebih kita masih sebagai pasangan partner saling menguntungkan.” Ucapnya.
Keduanya kemudian turun ke lantai bawah karena sudah waktunya berbuka puasa. Semua orang menatap kedatangan keduanya dan paling utama fokus mereka kepada Syifa.
“Syifa, dagu Kamu kenapa, Dek? Seingat tadi kamu nggak terluka deh,” ucapnya Erna.
Syifa salah tingkah dan tidak tahu menahu harus berbicara apa mengenai lukanya.
“Mbak Syifa bibirnya itu kenapa, kok merah banget dan sedikit bengkak gitu yah?” celetuknya Naurah.
“Oh itu anu tadi ada tawon besar yang masuk ke jendela kamarnya Mas Jonatan aku usir tapi malah gigit bibirku terus dagu aku kejedot kusen jendela,” elaknya Syifa.
Jamal geleng-geleng kepala sambil berusaha menahan tawanya begitupun juga dengan Naurah.
“Tawonnya ternyata ganas juga yah Mbak sampai-sampai menggigit begitu, nanti aku akan bantuin untuk obatin yah,” imbuhnya Naurah yang berusaha keras untuk tidak tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
Jordan mengusap lehernya ketika ditatap oleh Naurah,” apa jangan-jangan bocah ini melihat apa yang gue lakukan bersama dengan Syifa?” batinnya Jordan.
Berselang beberapa menit kemudian, mereka makan malam bersama-sama. Makanan Jordan dengan yang lainnya sedikit berbeda karena Jordan tidak terlalu biasa makan nasi.
“Mas Jor, kok nggak makan nasi yah? Apa karena Mas Jor keturunan kompeni Belanda yah?” Tanyanya Erna yang memperhatikan menu makanan yang disantapnya.
“Hehe iya Mbak Tuan Muda ehhh maksudnya Mas Jo itu kebiasaan katanya di rumahnya ngga makan nasi dia kebanyakan makan daging sama lauk pauk, intinya makanan khas orang bule yang biasa mbak tonton di televisi seperti itu,” jelas Syifa yang sedikit sulit menjelaskannya.
“Oh gitu yah padahal makanan kampung itu juga enak-enak loh mister Jor, cobain saja pasti nggak bakalan nyesel dan rugi menyantap makanan kami yang orang lokal. Kayak itu sih Marten Paes kalo datang ke Indonesia pasti mencicipi kuliner khas Nusantara,” ujarnya Erna sambil menikmati makanannya.
Jamal dan Syifa serba salah dan ketakutan jika Jordan marah-marah karena setahu mereka, pria berusia 36 tahun itu paling malas dan tidak menyukai ada orang yang berbicara ketika ia makan.
Syifa ingin mencegah Erna yang terus mengoceh, tapi tiba-tiba Jordan mengusap pahanya dibawah sana sehingga Syifa mengurungkan niatnya itu ketika Jordan menggelengkan kepalanya.
Syifa dan Jamal bisa bernafas lega karena Jordan santai-santai saja menikmati makanannya tersebut.
Ujung kakinya Jordan di bawah sana nggak mau diam malah sudah menelusup masuk ke rok panjang yang dipakai oleh Syifa. Dia berusaha menahan rasa geli dan desa4ahan yang hampir saja meluncur dari bibirnya
“Mbak Syifa, gimana dengan rencananya untuk menenggelamkan lelaki Mokondo itu?” Tanyanya Naurah.
Syifa tersentak mendengar pertanyaan dari Naurah karena dia benar-benar tidak sanggup menahan apa yang dilakukan oleh Jordan dipermukaan paha dan betisnya.
“Ya Allah cobaan ini sangat sulit aku tahan, kenapa tuan Muda Jordan semakin sengaja mempermainkan aku sih!? Padahal jelas-jelas dia mengetahui kalau daerah sensitif aku di kaki,” batinnya Syifa yang sesekali menggigit ujung sendoknya.
Jordan dengan wajah sok polos tak berdosanya menyantap hidangannya tanpa peduli dengan rengekannya Syifa melalui kode matanya.
“OMG! Tuan Muda Jordan, aku nggak kuat!” gerutunya dalam hati.
Wajahnya Syifa sudah memerah, matanya melotot membulat sempurna melihat ke arah Jordan sedangkan yang ditatap seperti itu akhirnya menurunkan kakinya.
“Itu hukuman buat kau karena dengan sengaja menyebut nama mantan suamimu yang selalu saja memanfaatkan kebaikanmu,” monolog Jordan yang bertingkah seperti anak remaja yang cemburu.
Syifa sedikit gelagapan dibuatnya karena Jordan semakin intens menyentuh pahanya dengan ujung kakinya yang Jordan. Sedangkan sang pelaku utama hanya senyam-senyum tidak jelas.
“Setelah kita makan, kita bisa menemui ibunya dengan keluarganya tapi kayaknya itu ditunda dulu soalnya Amri belum menemukan pembeli motornya yang sesuai dengan harga yang dia inginkan belum sepakat dengan orang yang menawar motornya,” jelasnya Syifa yang sedikit hati-hati ketika berbicara karena ada orang yang sedikit sensitif kalau dia berbicara mengenai pria lain langsung di depannya lagi.
“Sempat mas Jamal punya kenalan yang bisa bantuin mantan kekasihnya Syifa agar motornya laris?” Tanyanya Erna.
“Kalau di desa sini aku nggak punya sayang, kalau di kota ada banyak kenalan sih,” jawabnya Jamal.
Jordan mengerutkan keningnya mendengar sapaan keduanya,” kalian pacaran!?” Tanyanya datar.
Jamal garuk-garuk kepala yang sama sekali tidak kutuan, tidak pula ketombean, “Hehehe! Kami berencana akhir weekend sebelum balik ke Jakarta kami akan menikah Tuan Muda ehh mas Jo.”
Naurah sedikit mengernyitkan dahinya mendengar Jordan selalu dipanggil tuan Muda.
“Aku tunda rencana semula, biarkan Amri capek-capek mencari pembeli yang berminat membeli motornya. Anggap saja kita berikan dia bonus waktu bersantai sebelum dia kehilangan segala-galanya yang sudah diambil dariku,” ujarnya Syifa yang mau fokus bersama dengan partner ranjangnya sebelum berperang melawan Amri dan antek-anteknya.
“Bagus juga sih anggap saja mereka berada di atas angin terus kita jatuhkan ke dalam got,” imbuhnya Naurah yang tersenyum membayangkan Amri dan Alda jatuh ke dalam air comberan.
Berselang beberapa menit kemudian, Syifa dan lainnya bersiap-siap untuk berangkat shalat isya dan tarawih berjamaah.
Syifa menyiapkan sepasang baju koko, kopiah hitam dan juga sarung khusus untuk suaminya. Sedangkan Jamal sudah berpakaian lengkap bersama dengan Nizar yang menunggu Jordan selesai berganti pakaian.
“Gimana cara pakainya ini?” Tanyanya yang kebingungan ketika melihat sarung sedangkan baju Koko dan kopiahnya sudah terpasang di kepala dan tubuhnya.
Syifa hendak berdiri dari duduknya tetapi dicegah oleh Nizar yang buru-buru membantu Jordan.
“Sini saya yang bantuin Mas Jordan memakai sarungnya,” tawarnya Nizar yang sudah membantu Jordan memakai sarungnya ke tubuh tinggi jangkung dan atletisnya tanpa persetujuan dari Jordan terlebih dahulu.
Jordan melirik sekilas ke arah Syifa yang mengangguk agar Jordan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Nizar.
“Masya Allah, Mas Jor ganteng banget make baju koko sama pake sarung, benar-benar merakyat bule naturalisasi kita satu ini,” pujinya Erna.
Semua orang tertawa terbahak-bahak mendengarnya Jordan pun ikut tertawa tipis meskipun terlihat kaku tetapi membuat Jamal dan Syifa kembali tercengang. Jordan kali ini memperlihatkan sisi dan karakter yang berbeda dari kebiasaannya.
Semuanya meninggalkan rumahnya Syifa dan menuju ke arah mesjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Semua orang yang berpapasan dengan mereka memperhatikan Jordan.
“Apa dia artis yang lagi syuting di kampung kite yah?”
“Apa dia bule masuk kampung?” Tanyanya seorang cewek.
“Apa dia mahasiswa yang berasal dari kota Jakarta yang akan tinggal selama seminggu di rumahnya Syifa?” Tanyanya yang lain.
Jordan yang sudah biasa dipuji-puji oleh perempuan ataupun para cegil santai saja dan terlihat terkesan cuek tanpa peduli dengan tatapan nakal dan memuja yang ditujukan khusus untuknya seorang.
Hingga kedatangan seseorang yang langsung memeluk tubuhnya Syifa membuat semua orang terbelalak dan terkejut melihatnya.
“Sayang, sedari tadi aku sudah nungguin kamu loh,” ucapnya yang tidak lain adalah Amri.
“Lepaskan! Jangan pernah sentuh ataupun memelukku! Aku ini mau shalat jadi jangan pernah sentuh sedikitpun tubuhku!” Tegasnya Syifa seraya mendorong tubuhnya Amri dengan kuat hingga terjengkang ke belakang.
“Argh!!” Teriaknya Amri.
“Abang Amri! Kamu baik-baik saja kan?” Teriaknya Alda yang langsung menolong Amri yang terduduk di atas lantai teras masjid.
“Maafkan aku Mas, aku nggak sengaja dorong Abang Amri soalnya aku kaget banget aku kirain ada tokek besar yang melengket di kulitku,” ucapnya Syifa yang sekejap mata mengubah ekspresi wajahnya agar terlihat seperti orang yang sangat menyesal.
Amri menepis tangannya Alda yang membantunya berdiri,” nggak apa-apa kok, Aku yang salah karena lupa kalau kamu sudah ambil air wudhu.”
“Kalau gitu silahkan masuk Abang sudah ikamat, aku mau ambil ulang air wufuduo,” ucap Syifa yang gegas berjalan cepat ke arah tempat pengambilan air wudhu khusus perempuan.
Sedangkan Amri yang ingin mengejar Syifa gegas dicekal oleh Jordan.”jangan sekali-kali gangguin Syifa! Kalau tidak Lo akan berhadapan denganku!”
Amri yang tubuhnya lebih kecil dan pendek dari Jordan ketakutan, raut wajahnya pucat pasi pias seketika.
“Ka-mu siapa?” Tanyanya gugup dan panik bersamaan yang dirasakan oleh Amri.
Jordan berbisik di telinganya Amri,” Lo nggak perlu tau siapa gue yang jelasnya gue bisa jadi malaikat maut Lo jika macam-macam dengan Syifa!” gertak Jordan kemudian berjalan mengikuti Nizar dan Jamal yang lebih duluan masuk ke dalam masjid.
Berselang beberapa menit kemudian, mereka sudah pulang ke rumah masing-masing.
Jordan masuk ke dalam kamarnya sambil menunggu kedatangan teman ranjangnya.
Sedangkan Syifa berias dan mengganti pakaiannya sebelum menemui suami sirinya itu. Tetapi, betapa terkejutnya Syifa ketika melihat pesan yang baru saja terkirim ke nomor hpnya yaitu chat dari seseorang.
Dalam chat itu dia melihat ada beberapa foto dan rekaman video kebersamaannya dengan Jordan sore tadi. Syifa dengan seksama memperhatikan rekaman itu dan foto-fotonya.
“Jadi dia sudah melihat apa yang kami perbuat?” lirihnya Syifa.
Syifa gegas membalas pesan chat tersebut,” cepat hapus jangan biarkan tersimpan dalam bentuk apapun hpmu. Ke kamar aku akan jelaskan segalanya!”