Menikah dan di jodohkan secara tiba-tiba tanpa persetujuan adalah hal yang tengah di alami oleh Andra dan Viana terlebih mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keduanya memang saling kenal tapi sama sekali tak pernah bertegur sapa meski 3 tahun menimba ilmu di gedung yang sama. Alasan perjodohan tak lain karena orang tua Andra tak setuju dengan hubungan putranya dengan Haura meski sudah terjalin dua tahun lamanya.
Dan kambuhnya penyakit sang Mama akhirnya membuat Andra pasrah menikahi Viana.
Akankah rumah tangga keduanya tetap berjalan di tengah hubungan yang belum di selesaikan oleh Andra bersama Haura?
Yuk ikuti kisah mereka yang penuh konflik remaja.. Ini bukan turunan GAJAH ya 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 07
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Ish, apa sih?!" Viana langsung menjauhkan wajahnya dari Andra saat pemuda itu sudah menyodorkan sendok ke depan mulutnya.
"Kenapa? Haura aja suka gue suapin," kata Andra.
"Jelaslslah, dia kan pacarmu," cetus Viana.
"Tapi lo istri gue, Vi. Ayo makan, biar hidup gue makin berkah kalau udah bisa nyengin istri," rayu Andra yang tanpa sadar kini kedua pipi Viana merona merah.
Andra yang masih tetap menyodorkan makanan padanya membuat Viana mau tak mau membuka mulut dan satu suapan pun berhasil di kunyah pelan olehnya.
"Enak kan?" ledek Andra tanya hanya di jawab anggukan kecil istrinya.
"Tadi mau bicara apa? tapi pelan-pelan ya jangan borongan nanyanya," pinta Andra yang tahu betul. karakter perempuan yang kadang sering berlebihan dalam melempar pertanyaan.
"Kalian bertengkar? Hem, kamu dan Haura maksudku," tanya Viana langsung karna kejadian siang tadi sungguh sangat membuatnya merasa tak enak hati.
Andra langsung menggelengkan Kepalanya setelah ia meneguk air putih yang di siap kan istrinya barusan. Dan itu membuat Viana semakin tak paham, jelas sekali kedua mata Haura bengkak dan merah tepat sehari setelah pernikahannya dengan kekasih gadis itu.
"Satu sekolah membicarakan itu, apa Haura tahu kamu sudah menikahiku kemarin?" selidik Viana yang kali ini di jawab anggukan kepala oleh Andra, jawaban itu juga yang membuatnya sedikit tercengang tak percaya.
"Dia sudah tahu, dan aku sudah minta izin padanya," sahut Andra.
"Izin katamu?!" kata Viana sedikit menaikan nada bicaranya. " Ya ampun, aku bagai madu bagi kalian, mungkin besok aku harus sungkeman saat bertemu dengannya, begitu kan?" tambah Viana lagi yang mendadak kesal.
"Bukan begitu, aku hanya tak ingin ada salah paham. Aku tak pernah membohongi Haura apa pun yang terjadi, termasuk menikahimu meski terpaksa," jelas Andra yang memang sejak awal pantang membohongi kekasihnya itu.
Viana menggelengkan kepalanya pelan, hatimu sedikit mencelos saat Pemuda di depannya itu mengatakan jika tak pernah ada dusta di antara mereka.
"Aku pelakor, iya kan?" ucap Viana lirih yang kini sudah menundukkan kepalanya.
"Jangan sebut dirimu seperti itu, seorang istri tetap mulia bagi suaminya," balas Andra.
"Kalau gitu, Haura yang pelakor!"
"Tak ada satupun wanita yang pantas di panggil dengan sebutan itu jika prianya pun bersedia, Paham!"
Viana yang tak Terima langsung bangun dan berlari menuju kamarnya lagi, beruntungnya makanan yang sedang di santap oleh Andra sudah habis, jadi dia bisa menyusul Viana dengan cepat.
Cek lek
Pintu bercat coklat itu di buka oleh Andra cukup pelan, bahkan ia melongok kan kepalanya dulu untuk mencari keberadaan istrinya yang kini pasti sedang marah padanya.
"Sini, " ujar Andra setelah ia ikut duduk disamping Viana yang memeluk lututnya sendiri.
"Sini, Vi--." Dengan sedikit memaksa Andra menarik bahu gadis itu agar menempel di dadanya.
"Maaf ya, maksud gue gak gitu. Gue cuma bersikap sesuai porsinya masing-masing. Kita nikah mendadak, gak saling kenal apalagi pernah ngobrol, tapi kita juga gak punya alasan untuk saling benci. Lo bisa anggep gue temen atau saudara lo, gak apa-apa kok' tapi gue akan menganggap diri gue suami lo, tetep nafkahin lahir lo, perhatin lo, dan jagain lo meski ada Haura yang tetep sama gue. Dia gak masalah tentang pernikahan kita, dia cuma minta satu hal agar gue bisa adil antara gue sama dia," jelas Andra panjang lebar.
"Adil yang seperti apa maksudmu?" tanya Viana sambil mendongakkan wajahnya.
"Dia minta, aku tak menemuimu saat di sekolah," jawab lirih Andra, dan itu membuat Viana mengangkat kepalanya dari dada suaminya itu.
"Berarti, dia juga tak akan menghubungimu saat dirumah bersamaku?" tebak Viana.
"Hem, iya. Aku tak bisa memposisikan diriku di dua statusku di waktu yang sama, Maaf."
"Kamu pasti sangat mencintainya kan? sampai harus nekat seperti ini," Sindir Viana.
Andra tersenyum getir, ia menundukkan kepala lalu meraih tangan Viana untuk ia genggam. Jika ada yang bertanya hal seperti itu padanya ia justru tak bisa sambil tersenyum dan membanggakan perasannya tersebut. Perasaan yang seharusnya tak ia pelihara bersama Haura hingga sedalam dan setulus ini. Semakin subur cinta itu, semakin tinggi juga benteng yang memisahkan mereka.
Bukan tak pernah mencoba untuk berpisah tapi ternyata rasanya jauh lebih sakit dari bersama, padahal tahu jika nanti semuanya akan berakhir sia-sia.
.
.
Bukan nekat, hanya saja aku masih ingin menikmati waktuku bersamanya sebelum hari itu tiba.