Istri Siri Om Majikan
“Abang, saya nggak punya uang lagi, saya sudah kirimkan uang ke kampung, bukannya baru kemarin saya transferkan uang untuk Abang masa sudah habis?” ujarnya sambil memegangi ponselnya yang ada di telinganya.
“Kamu mulai pintar perhitungan dengan tunangan kamu sendiri? Apa susahnya kali ini kamu menolongku,” ketusnya Amri.
Syifa sedikit terhenyak mendengar ucapan Amri kepadanya.
“Bukannya saya nggak mau bantuin Abang atau perhitungan cuman demi Allah saat ini saya sama sekali tidak memiliki uang,” tuturnya berusaha menyakinkan calon suaminya.
“Kamu perlu ketahui uang yang minggu lalu yang kamu TF itu, aku pake untuk beli ban motor sama ganti oli. Uang sejuta itu sekarang nggak ada apa-apanya hanya sedikit saja,” sahut Amri.
Syifa menghela nafasnya karena betul-betul dalam situasi yang sangat sulit dan terjepit.
“Saya nggak tau harus mencari uang itu dimana Abang? nggak mungkin saya minta pinjam ke majikan, sedangkan baru lima hari yang lalu gajian. Saya mohon pengertiannya kali ini,” bujuknya Syifa.
Amri dibalik telepon saking kesalnya dengan penolakannya Syifa sampai-sampai menendang kaleng minumannya yang ada di depannya.
Prang!!
“Brengsek! Kenapa perempuan bodoh dan tolol ini nggak mau memenuhi keinginanku sih padahal sepuluh juta itu jumlahnya cuman sedikit,” batinnya.
Syifa dibuat dilema dan kebingungan harus gimana caranya mendapatkan uang sejumlah yang diinginkan oleh Amri tersebut dalam waktu singkat.
“Aku belum bayar uang cicilan motor makanya saya meminta tolong padamu, kali ini saja yah, tolonglah,” Amri masih berusaha untuk membujuk Syifa.
“Abang kan tau, saya juga harus kirimkan uang untuk ibu sama adik-adik jadi saya benar-benar tidak punya simpanan lagi di tabungan,” ujarnya.
“Apa jangan-jangan kamu sudah punya kekasih baru di kota sehingga kamu tidak mau mengabulkan keinginanku dan dia pria yang kamu kasih gaji kamu?” tuduh Amri.
Amri malah menuding kalau Syifa berselingkuh dengan pria lain hanya karena gara-gara tidak dikirimkan uang oleh pacarnya.
“Astaghfirullahaladzim, tega bang menuduh saya berbuat macam-macam? Saya itu di kota bekerja bukan selingkuh! Saya benar-benar tidak punya uang,” Syifa tidak terima dituduh yang tidak-tidak.
”Tolonglah sayang, calon istriku. Hanya kamu yang bisa menolongku makanya aku meminta kepadamu bantulah aku cintaku bidadari surgaku,” ucap Amri dari seberang telpon dengan nada suaranya yang dikecilkan dan lemah lembut agar Syifa menuruti perintahnya kali ini.
Syifa tersenyum malu-malu mendengar ucapan pujian-pujian yang ditujukan untuknya dari pria yang sangat dicintainya.
“Jadi gimana caranya saya bisa bantuin Abang?” balasnya Syifa yang tersanjung mendengar segala pujian dari kekasihnya.
“Yah gampang saja caranya kau kirimkan aku uang 10 juta itu hari sabtu. Mudah kan?” Amri tersenyum penuh arti dari seberang telpon.
“Ya Tuhan, bagaimana uang itu bisa saya dapatkan?” lirih Syifa sambil menyeka air matanya.
“Pokoknya kamu harus mendapat uang itu paling lambat minggu ini kalau tidak kita putus!” dengus Amri.
“Ya Allah, saya nggak mau putus dengan Abang. Saya sangat mencintaimu, jangan pernah meminta putus kita sudah tunangan. Saya mohon tarik ucapannya Abang barusan,” rengek Syifa yang dibuat kalang kabut mendengar kata putus.
Syifa sampai-sampai menitikkan air matanya mendengar kata perpisahan yang terucap dari bibirnya Amri.
Sedangkan Amri tertawa terbahak-bahak di dalam hati mendengar ratapannya Syifa.
“Aku yakin kamu pasti akan melakukan apapun agar kita nggak jadi putus,” batinnya Amri.
“Abang Amri bagaimana caranya saya dapat uang sepuluh juta dalam dua hari? sedangkan pekerjaanku di kota ini cuma sebagai pembantu,” keluhnya yang terduduk di atas kursi taman di belakang rumah majikannya.
“Terserah caranya kamu, mau dapat uang itu gimana. Mau mencuri juga nggak apa-apa. Mau jual diri sakalian aku ngga pusing atau mau jadi simpanan om-om juga tidak masalah yang paling penting kamu kirimkan uang sepuluh juta itu titik!” ketus Amri kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Amri dan Syifa menjalin hubungan LDR-an selama Syifa memutuskan tiga tahun lalu bekerja di ibu kota.
“Ya Allah, dimana saya harus mencari uang sebanyak itu sedangkan semua gajiku saja bulan ini sudah aku kirimkan sama ibu di kampung,” cicitnya sambil terus memandangi layar ponselnya yang masih menyala.
Ponsel jadul yang sudah ketinggalan jaman dan sedikit butut karena warna casing dan gambarnya pun sudah kusam dan pudar.
Syifa setiap bulannya paling sedikit mengirimkan uang satu juta untuk pria yang sangat dicintainya. Pria yang sedari SMA sudah menjalin hubungan dengannya.
Setahun yang lalu ketika pulang kampung mereka bertunangan sesuai dengan desakan ibu tirinya Syifa yang menginginkan anak sambungnya itu cepat-cepat bertunangan.
Karena menurutnya Amri pasti bisa bahagiakan Syifa sehingga Bu Darma mendesak Syifa menikah dengan Amri yang pekerjaannya cukup mapan dan bagus.
“Syifa apa yang terjadi kepadamu?” Tanyanya Mbak Fatma rekan kerjanya yang dulu menawarkan bekerja di rumah besar itu.
Fatma perempuan berusia 35 tahun itu diam-diam mencuri dengar pembicaraan Syifa dengan pacarnya lewat telepon.
“Nggak apa-apa Mbak,” kilahnya.
Syifa sangat malu kalau harus mengatakan kepada orang lain mengenai permasalahan pribadinya.
“Saya dengar kamu tadi bicara uang yah,” tanyanya sambil celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya.
Syifa tertunduk malu-malu karena ketahuan sedang berdebat dengan kekasihnya.
“Maaf yah, bukannya mau ikut campur, tapi kalau kamu mau dapat uang banyak dalam waktu singkat tak perlu repot-repot bekerja berat ataupun mencari pekerjaan tambahan, Mbak ada solusi untuk kamu,” ucapnya dengan suara yang cukup lirih.
Syifa menatap intens ke arah perempuan yang lebih tua darinya itu,” ca-ranya bagaimana Mbak?”
Seperti oase di Padang gurun pasir mendengar perkataan dari Fatma atas permasalahan yang dihadapinya saat ini.
Fatma tersenyum smirk ketika Syifa seperti tertarik dengan ucapannya. Ia kemudian berbisik di telinganya Syifa.
“Apa!? Bagaimana kalau ada orang lain yang mengetahuinya bisa-bisa saya dipecat dan dilaporkan ke polisi,” protesnya.
Raut wajahnya pucat seketika dan ketakutan dengan jalan keluar yang diusulkan oleh Fatma barusan.
“Jangan ribut nanti ketahuan beneran lagi. Kamu cukup diam dan tutup mulut semuanya pasti aman terkendali kamu bisa kaya raya,” pintanya agar Syifa diam-diam baek saja.
“Tapi, Mbak saya takut,” cicitnya.
“Kamu nggak perlu ketakutan kayak gitu juga santai saja. Mbak juga menjadi istri simpanan kok sudah setahun lebih. Apa kamu nggak perhatikan penampilan Mbak yang sudah berubah dibanding sejak kamu datang ke sini?” Fatma berdiri kemudian berputar di hadapan Syifa.
Syifa mengangguk-angguk dan memang begitu adanya kalau banyak sekali perubahan yang terjadi kepada Fatma perempuan desa yang dulunya dekil,kumal dan lebih cantik Syifa kemana-mana, tapi saat ini lebih seksi dan glowing.
“Apa Mbak sama Tuan juga gitu?” Tanyanya hati-hati karena tidak mau menyinggung perasaannya Fatma.
Fatma kembali duduk di atas kursi,” nggak lah bukan orang di rumah ini, tapi kamu tau tetangga kita Om Dani dia adalah suami sirinya Mbak. Kamu akan menikah siri dengan salah satu penghuni rumah ini. Apa kamu setuju?”
Syifa tertunduk sambil berpikir baik-baik sebelum menjawab permintaan dari Fatma.
“Kamu kan cinta sama kekasih kamu itu, apa kamu nggak bisa berkorban sedikit saja demi pernikahan idaman yang sudah kamu impikan dengannya?”
Fatma berusaha untuk membujuk Syifa menerima tawarannya.
“Jangan terlalu lama berfikir, kallau Kamu sudah setuju kamu datang lah ke kamarnya Tuan,” bisiknya Fatma.
Syifa terdiam memikirkan solusi apa yang seharusnya dilakukannya, apakah setuju dengan sarannya Fatma ataukah mencari jalan keluar lainnya.
Dia tidak ingin putus dengan pria yang sangat dicintainya, tapi dia juga tidak ingin ingin melakukan hal-hal sangat bertentangan dengan moral dan etika. Apalagi melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
“Kamu nggak bakalan rugi, kamu cukup buka paha lebar-lebar di depannya Tuan. Kamu sudah bisa mendapatkan uang yang banyak,” cicitnya Fatma.
Fatma masih berusaha untuk meyakinkan dan membujuk Syifa karena hanya Syifa perempuan yang diinginkan oleh majikannya sejak Syifa bekerja di rumah itu.
Ia sudah merantau selama kurang lebih tiga tahun lebih, tapi baru sekitar sebulan dia bekerja di rumah tersebut. Itupun atas rekomendasi dari Fatma langsung karena gajinya lebih bagus dari tempat kerja sebelumnya.
Fatma menepuk pundaknya Syifa,” kalau kamu setuju kamu datanglah sekarang ke ruangan kerjanya Tuan. Jangan berpikir lama sebelum kesempatan sebagus ini nggak ada lagi. Ingat tidak selamanya kesempatan besar datang dua kali.”
Fatma gegas meninggalkan Syifa yang kembali merenung memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Panasnya matahari pagi menjelang siang itu tidak mampu mengubah hati dan perasaannya yang sedang galau dan pusing setengah hidup memikirkan permintaan kekasihnya.
“Gue sudah capek dimintai terus mencarikan perempuan yang masih perawan tintin yang terjamin nggak ada penyakitnya. Itu sangat sulit gue lakuin. Untungnya Syifa adalah gadis yang cocok dengan kriteria Tuan jadi nggak perlu bersusah-susah lagi. Tidak lama gue dapat bonus banyak nih,” gumamnya Fatma.
“Bismillahirrahmanirrahim, demi Abang Amri saya rela melakukan apapun.” putusnya Syifa kemudian berjalan ke arah dalam rumah majikannya.
Syifa mengetuk pintu ruangan kerja majikannya. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Fatma kalau kedatangannya sudah ditunggu sedari tadi.
“Masuk!” Suara bariton itu terdengar jelas dari dalam ruangan yang cukup luas.
Syifa berjalan pelan-pelan ke arah dalam dengan pandangannya yang terus tertunduk.
Ia tidak berani memandangi wajah majikannya yang terdengar tegas dan disiplin itu yang tak segan-segan memecat bawahannya seenaknya.
“Jangan menunduk saya ingin melihat langsung wajah cantikmu!” Titahnya pria itu.
Syifa sontak mengangkat kepalanya ke atas hingga sanggup bertatap langsung dengan pria yang rencananya akan menjadi teman ranjangnya.
Pria itu berjalan ke arah Syifa yang tiba-tiba tubuhnya tremor gemetaran sambil memainkan ujung bajunya.
“Kamu Syifa Mutmainah gadis berusia 20 tahun dari desa, bapak Kamu sudah lama meninggal dunia dan hidup bersama dengan ibu tiri dan dua adik kamu,” tuturnya pria itu sambil mengelilingi tubuhnya Syifa.
“Be-nar Tuan apa yang Anda katakan,” jawab Syifa dengan suara nada rendah.
Pria itu menghirup wangi aroma rambutnya Syifa yang terikat ekor kuda, “Apa Fatma sudah menyampaikan kepadamu apa saja yang akan kamu kerjakan?”
“Su-dah Tuan,” jawabnya Syifa yang tergagap ketakutan.
Pria itu masih memainkan anak rambutnya Syifa dengan jemarinya, “Tubuhmu sangat seksi, wajahmu sangat cantik seukuran pembantu tapi kamu akan semakin cantik jika setuju menjadi istri siri ku.”
Syifa terkejut mendengarnya karena setahunya dari Fatma cuman teman ranjang saja nggak ada ikatan apapun.
Pria itu tersenyum penuh arti,” kenapa terkaget seperti itu? Apa kamu lebih mau berhubungan terlarang atau menikah siri denganku?”
“Menikah adalah yang terbaik,” ucapnya Syifa buru-buru.
Pria itu tersenyum kembali mendengar jawaban cepat-cepat dari Syifa.”kita melakukannya dalam hubungan yang halal jadi kamu tidak perlu khawatir.”
Tubuhnya Syifa menegang ketika Tuan Muda itu memainkan bibirnya Syifa.
“Hidupmu tidak akan sengsara lagi asalkan kamu bersedia menikah siri denganku? Saya akan penuhi apapun yang kamu inginkan termasuk transfer uang ke kekasih dan keluargamu itu yang matre,” ujarnya Pria itu yang membuat Syifa terheran-heran kenapa majikannya mengetahui segalanya yang dialaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Ade Olif
sifa jgn jd oneng krn cinta, mn ada tunangan menyankan tunangannya jual diri, laki' ga benar itu si
2025-06-25
1
sunshine wings
yah lebih baik begitu daripada modal air liur 🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️
2025-05-23
1
sunshine wings
itu bukan cinta Syìfa 😏😏😏😏😏
2025-05-23
1