One Night With Mr.R

"Nona, ini obatnya dan ini cemilannya. Apa ada yang perlu saya bantu?"

"Tolong kau ambilkan air minum saja, aku akan meminum obatnya sekarang"

"Apa anda sudah makan?"

"Belum"

"Sebaiknya anda makan dulu Nona, biar saya keluar dulu untuk mengambil makan siang"

"Percuma saja karena aku akan memuntahkannya"

"Tapi Nona.."

"Sudah cepat bawa airnya kemari, sebelum demamku semakin tinggi" sentak Lea. Mau tidak mau Fanny akhirnya membiarkan Nonanya meminum obat tersebut. Tapi sepersekian detik kemudian Lea kembali memuntahkan obat yang baru saja dia telan.

"Nona, apa perlu kita ke rumah sakit?" tanya Fanny panik.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Hubungi pihak hotel untuk membersihkan kamarku!"

"Tapi Nona.."

"Jangan banyak bicara lagi Fanny cepat hubungi pihak hotelnya!"

"I-iya Nona"

Setelah selesai menghubungi pihak hotel, Fanny mengingat Alex yang telah memberinya sebuah pesan. Wanita mungil itu menoleh pada sang atasan yang terlihat masih duduk sembari menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Nona, tadi saya bertemu dengan Tuan Alex. Dia menitip pesan untuk anda"

"Alex? Apa katanya?"

"Katanya dia akan berkunjung ke kamar anda malam ini"

"Lalu kau menjawab apa? Kau memberitahu keadaanku atau tidak?"

"Tidak Nona, tidak ada yang tahu keadaan anda saat ini"

"Baguslah. Kalau begitu lebih baik kau pesankan aku kamar yang baru dan pastinya lebih privasi dari ini karena aku tidak mau pria gila itu menemuiku malam ini. Sekarang!"

"Ta-tapi Nona"

"Kenapa?"

"Bukankah Tuan Alex adalah calon suami anda?" cicit Fanny hati-hati.

"Siapa bilang?"

"Dia yang bilang Nona, bahkan dia menyebut anda itu sebagai calon istri"

"Ck, sepertinya pria itu sudah melampaui batasnya! Tapi biarkan saja, aku tidak punya cukup tenaga untuk meladeninya"

"Jadi apa yang harus saya lakukan sekarang Nona?" tanya Fanny bingung. Tetapi Lea malah mendelik tajam, "Apa kau tidak mendengar apa yang aku ucapkan barusan hah?"

"Ah iya saya mendengarnya Nona, kalau begitu saya permisi kebawah dulu. Nanti saya bantu pindah ke kamar baru ya"

"Ya sudah cepat!" Fanny berlari terbirit-birit setelah mendengar suara kemarahan Lea.

"Ya tuhan, kenapa Nona selalu tiba-tiba baik dan juga tiba-tiba galak? Membuat aku kebingungan saat menghadapinya"

Setelah selesai memesan kamar baru untuk Lea, Fanny tiba-tiba dikejutkan oleh seorang pria yang menghadangnya di lift.

"Nona Fanny, sekretaris Braine Cosmetic?" tanya pria itu so cool, tapi memang cool batinnya.

"I-iya Tuan"

"Aku titip ini untuk Nonamu ya, semoga lekas sembuh. Hari-hariku kurang bersemangat jika tidak melihatnya"

"Tapi Tuan.."

"Thanks, bye!" ucapnya seraya melambaikan tangan karen sudah tiba di lantai kamarnya.

Fanny menatap sebuah paperbag coklat di tangannya. Dan yang membuat Fanny bingung, kenapa pria itu tahu kalau Nona nya sedang sakit? Ini jika Lea tahu maka habislah dia, apalagi Lea sedang mode galak. Fanny bergidik ngeri membayangkannya.

"Nona, saya sudah memesan kamar yang tidak mempunyai akses bebas keluar masuk seperti yang anda inginkan"

"Baguslah, bantu aku pindah kamar ya. Tolong kau bereskan semua barang-barangku!"

"Apa Nona benar baik-baik saja?" tanya Fanny tak yakin. Dia menatap wajah Lea yang terlihat semakin pucat.

"Kau menanyakan hal yang sama lagi Fanny! Aku baik-baik saja. Apa kau tidak melihatnya? Aku ini hanya butuh istirahat dan tidur, besok juga sehat" sahut Lea yakin.