Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota metropolitan, adalah seorang pemuda yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bullying. Setiap hari di kampusnya, ia menjadi sasaran ejekan teman-teman sekampusnya, terutama karena penampilannya yang sederhana dan latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Namun, segalanya berubah ketika sebuah insiden tragis hampir merenggut nyawanya. Dikeroyok oleh seorang mahasiswa kaya yang cemburu pada kedekatannya dengan seorang gadis cantik, Calvin Alfarizi Pratama terpaksa menghadapi kegelapan yang mengancam hidupnya. Dalam keadaan putus asa, Calvin menerima tawaran misterius dari sebuah sistem Cashback yang memberinya kekuatan untuk mengubah hidupnya. Sistem ini memiliki berbagai level, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, di mana setiap level memberikan Calvin kemampuan dan kekayaan yang semakin besar. Apakah Calvin akan membalas Dendam pada mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayya story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Ditengah Malam
Calvin duduk di kursi rotan di teras samping rumah, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan. Di hadapannya, Paman Rico, ayah Laura, duduk dengan ekspresi serius. Ia menyeruput kopinya sejenak sebelum akhirnya mulai berbicara.
"Calvin, aku dengar kamu sudah sukses sekarang," ucap Paman Rico, mengamati keponakannya dengan penuh perhatian.
Calvin tersenyum kecil. "Alhamdulillah, Paman. Aku baru saja menyelesaikan kuliah dan sedang mencoba berbagai usaha."
Paman Rico mengangguk. "Bagus. Aku turut bangga melihatmu bisa sejauh ini. Dulu, waktu kecil, kamu sering dibully oleh anak-anak lain karena keadaan keluargamu. Tapi lihatlah sekarang, kamu telah membuktikan bahwa kerja keras bisa mengubah segalanya."
Calvin hanya tersenyum. Ia tahu maksud tersembunyi dari ucapan pamannya.
"Apa yang ingin Paman bicarakan?" tanya Calvin langsung ke inti.
Paman Rico menghela napas sejenak sebelum berkata, "Begini, Calvin. Aku ada sedikit masalah finansial. Bisnis yang selama ini aku jalankan mengalami penurunan. Aku butuh sedikit bantuan untuk menstabilkan kembali usahaku."
Calvin tidak langsung menjawab. Ia menyesap kopinya, berpikir sejenak.
"Paman butuh berapa?" tanyanya akhirnya.
"Kalau bisa, seratus juta dulu. Aku janji akan mengembalikannya setelah usaha mulai membaik."
Calvin tersenyum tipis. "Paman tahu aku tidak suka memberikan uang begitu saja tanpa kejelasan. Jika Paman benar-benar butuh bantuan, lebih baik kita bahas bisnisnya secara detail. Aku bisa membantu, tapi aku ingin melihat bagaimana prospeknya."
Paman Rico tampak sedikit kaget. Ia mengira Calvin akan langsung mengiyakan permintaannya. Namun, melihat ekspresi keponakannya yang serius, ia tahu bahwa Calvin bukan lagi anak kecil yang bisa dimanfaatkan.
"Baiklah, Calvin. Aku akan menyiapkan data lengkapnya. Mungkin besok kita bisa duduk bersama untuk membahas lebih lanjut," jawab Paman Rico akhirnya.
Calvin mengangguk. "Itu lebih baik, Paman. Aku ingin membantu, tapi dengan cara yang benar."
Setelah berbicara dengan Paman Rico, Calvin kembali ke ruang tamu, di mana Laura dan Nadira masih berbincang akrab. Laura tampak asyik menggoda Nadira, yang kini wajahnya sedikit merona.
"Kak Calvin, Nadira ini dari tadi senyum-senyum sendiri loh. Kayaknya dia senang banget kamu pulang," kata Laura dengan nada menggoda.
Nadira langsung mencubit lengan Laura. "Hush, jangan bicara sembarangan!"
Calvin hanya tertawa kecil. "Laura memang suka menggoda orang sejak kecil."
Mereka bertiga terus berbincang hingga sore menjelang. Suasana di rumah nenek begitu hangat, mengingatkan Calvin pada masa kecilnya yang penuh kesederhanaan.
Namun, di tengah kebahagiaan itu, Calvin masih merasa ada sesuatu yang mengganjal. Seolah-olah, ada sesuatu yang akan terjadi dalam waktu dekat.
Dan ia harus bersiap untuk menghadapinya.
Malam tiba, membawa ketenangan yang khas dari desa Sukajaya. Suara jangkrik bersahutan, angin malam berhembus lembut, dan langit bertabur bintang. Di dalam rumah, Calvin duduk di ruang tamu bersama ibunya, nenek, serta Nadira dan Laura yang masih asyik berbincang.
Namun, pikiran Calvin terusik oleh perasaan aneh sejak tadi siang. Entah mengapa, ia merasa seperti diawasi.
Setelah berbincang beberapa lama, satu per satu anggota keluarga masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Calvin pun berjalan ke kamarnya, yang berada di bagian belakang rumah. Namun, sebelum masuk, ia merasa ada sesuatu yang janggal.
Ia berhenti di depan pintu, matanya menyapu sekeliling. Udara malam yang dingin seketika terasa lebih menusuk.
Tiba-tiba…
Srekk!
Suara ranting patah terdengar dari arah pekarangan samping rumah.
Calvin langsung menajamkan pendengarannya. Ia tahu itu bukan suara biasa. Perlahan, ia melangkah menuju jendela dan mengintip keluar.
Di kejauhan, di balik bayangan pepohonan, ada sosok yang berdiri diam. Sosok itu tampak mengenakan jaket hitam dengan tudung menutupi kepalanya.
‘Siapa dia?’ Calvin langsung waspada.
Refleksnya sebagai seseorang yang kini memiliki keterampilan bela diri mulai bekerja. Ia tak ingin gegabah, tapi juga tidak bisa mengabaikan hal ini.
Dengan hati-hati, ia membuka pintu belakang dan keluar tanpa membuat suara. Kakinya melangkah pelan di atas tanah berumput, mendekati arah di mana sosok itu berdiri. Namun, saat ia semakin dekat…
Sosok itu sudah tidak ada di sana.
Calvin memutar kepalanya ke segala arah, mencari tanda-tanda keberadaan orang tersebut. Tapi yang ia temukan hanyalah kesunyian malam.
‘Apa dia tahu aku mendekat?’ pikirnya.
Ia berdiri di sana beberapa saat, mencoba menangkap suara atau pergerakan yang mencurigakan. Tapi semuanya sudah kembali normal.
Dengan hati-hati, Calvin kembali ke dalam rumah dan mengunci pintu. Pikirannya masih berkecamuk.
Siapa yang mengawasinya?
Apakah seseorang dari masa lalunya? Ataukah ada musuh yang sudah mulai mengendus kesuksesannya?
Saat ia berbaring di tempat tidur, ia tak bisa langsung tidur. Nalurinya mengatakan bahwa kedatangannya ke desa ini telah menarik perhatian orang yang tidak diinginkan.
Dan ia harus bersiap untuk kemungkinan terburuk.
Calvin bangun lebih awal dari biasanya. Ia langsung keluar rumah untuk melihat sekitar. Tak ada tanda-tanda orang mencurigakan. Mungkin orang itu hanya seorang pencuri atau warga desa yang penasaran dengan mobil mewahnya?
Namun, instingnya berkata lain.
Saat sedang membantu nenek menyiapkan sarapan, Calvin melihat Paman Rico datang dengan ekspresi yang agak tegang.
"Calvin, ada yang ingin Paman bicarakan," ucapnya setelah duduk di meja makan.
Calvin mengangkat alis. "Tentang bisnis Paman?"
Paman Rico menggeleng. "Ini lebih serius dari itu."
Calvin menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Baik, Paman. Silakan jelaskan."
Paman Rico menatap ke arah Bu Rina, Istrinya dan nenek, seolah ragu untuk membicarakan hal ini di depan mereka. Calvin mengerti maksudnya dan memberi isyarat agar mereka bicara di luar.
Mereka berdua berjalan ke halaman belakang, jauh dari pendengaran orang lain.
Paman Rico menatap Calvin dengan serius. "Semalam, aku melihat seseorang yang mencurigakan di sekitar rumah ini."
Calvin langsung fokus. "Paman juga melihatnya?"
Paman Rico mengangguk. "Iya. Aku sedang merokok di beranda rumah saat melihat seseorang mengintai ke arah rumah ini dari kejauhan. Saat aku hendak mendekat, dia langsung menghilang ke dalam gelap."
Calvin mengepalkan tangannya. "Berarti aku tidak salah merasa curiga."
Paman Rico menarik napas dalam. "Aku tidak tahu siapa dia, tapi firasatku mengatakan ini bukan hal sepele. Kau harus berhati-hati, Calvin. Mungkin ada orang yang tidak suka dengan kesuksesanmu."
Calvin berpikir sejenak. Jika benar ada seseorang yang mengintai, maka ia tidak bisa membiarkan keluarganya dalam bahaya.
Ia menatap Paman Rico. "Aku akan mencari tahu siapa orang itu. Sementara itu, tolong jangan beri tahu Ibu dan Nenek. Aku tidak ingin mereka khawatir."
Paman Rico mengangguk. "Baik, aku akan merahasiakannya. Tapi kalau ada hal yang mencurigakan lagi, aku akan langsung memberi tahu."
Calvin menghela napas. Ia tahu, kedamaiannya di desa ini mungkin tidak akan berlangsung lama.
Dan jika ada seseorang yang berani mengusik keluarganya…
Maka ia tidak akan tinggal diam.
Ia pun menyuruh Arman untuk lebih berhati hati dn waspada.
Arman saat ini juga ikut menginap disana,karena dia adalah pengawal pribadi ibunya,kekuatan tempurnya juga tak kalah jauh dari Calvin.
🎀 SELAMAT NOVEL ANDA LOLOS KE LIGA CHAMPIONS NOVEL PALING BIKIN NGANTUK 🎀