NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terlambat

Cinta Yang Terlambat

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: carat18

Sinopsis Singkat "Cinta yang Terlambat"

Maya, seorang wanita karier dari masa depan, terbangun di tubuh Riani, seorang wanita yang dijodohkan dengan Dimas, pria dingin dari tahun 1970-an. Dengan pengetahuan modern yang dimilikinya, Maya berusaha mengubah hidupnya dan memperbaiki pernikahan yang penuh tekanan ini. Sementara itu, Dimas yang awalnya menolak perubahan, perlahan mulai tertarik pada keberanian dan kecerdasan Maya. Namun, mereka harus menghadapi konflik keluarga dan perbedaan budaya yang menguji hubungan mereka. Dalam perjalanan ini, Maya harus memilih antara kembali ke dunianya atau membangun masa depan bersama Dimas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon carat18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

selamat membaca guys ❤️ ❤️ 🐸 ❤️ 🐸 ❤️ 🐸 ❤️ ❤️ ❤️ ❤️

******

Pagi itu, matahari belum sepenuhnya terbit ketika Riani membuka matanya. Aroma tanah basah yang menyusup dari jendela yang terbuka lebar membawa ketenangan.

Di samping nya, Dimas masih terlelap, wajah nya terlihat damai, jauh dari ketegangan yang dulu selalu menghiasi ekspresi nya saat mereka masih tinggal di rumah keluarga besar. Riani tersenyum kecil, lalu bangkit pelan-pelan dari tempat tidur, berusaha tak membangunkan suami nya.

Dapur sederhana mereka sudah terasa hangat. Riani menyalakan kayu bakar, lalu mulai mempersiapkan adonan roti kukus pandan yang akan ia jual di pasar.

Dengan cekatan, ia menguleni adonan, sesekali melirik ke arah kertas catatan yang berisi takaran dan catatan dari sistem yang membantunya. Setelah beberapa bulan beradaptasi, kini ia sudah punya pelanggan tetap yang menyukai roti buatan tangan nya.

Pagi itu, Dimas bangun lebih awal dari biasa nya. Ia melangkah masuk ke dapur, menyandarkan tubuh nya di kusen pintu dan memperhatikan istri nya yang sibuk.

“Kamu nggak capek, Yan?” tanya nya pelan.

Riani menoleh, tersenyum. “Capek, tapi senang. Aku suka bikin roti. Kita sudah mulai hidup dengan cara kita sendiri, Mas. Itu cukup buat aku semangat.”

Dimas berjalan mendekat dan memeluk Riani dari belakang. “Terima kasih sudah bertahan, Riani.”

Mereka menghabiskan pagi itu dengan sarapan sederhana dan menyiapkan barang-barang untuk dibawa ke pasar. Meski harus berjalan jauh, Riani menikmati setiap langkah, terlebih karena kini mereka tinggal dekat ladang kecil yang perlahan mereka kelola sendiri.

Di pasar, Riani mulai membuka lapak kecilnya. Ia menjual roti pandan kukus, roti isi gula merah, dan beberapa kue tradisional yang ia pelajari dari warga sekitar.

Dalam waktu singkat, lapak nya mulai ramai. Beberapa pembeli bahkan sudah hafal dengan senyum ramah dan gaya bicara Riani yang ceria.

Tak jauh dari sana, Dimas berdiri di sisi truk sayur milik Pak Karta, tetangga mereka yang memberinya kesempatan untuk ikut berdagang. Ia membantu menurunkan keranjang sayur dan menata dagangan. Walau awal nya canggung, kini Dimas mulai akrab dengan para pedagang dan pembeli. Ia dikenal sopan dan pekerja keras.

Sementara itu, di rumah lama keluarga Dimas, keadaan mulai berubah. Tanpa kehadiran Riani dan Dimas, ladang sayur tak terurus. Kakek Dimas sering murung, merasa kehilangan cucu kesayangan nya.

Beberapa anggota keluarga mulai sadar bahwa kepergian Dimas membawa dampak besar. Namun, gengsi membuat mereka enggan mengakui kesalahan.

Suatu hari, kabar dari pasar sampai ke telinga mereka. Bahwa Riani kini di kenal sebagai pembuat roti yang enak dan banyak dicari. Ada yang datang dari desa tetangga hanya untuk membeli roti nya. Rasa penasaran membuat salah satu saudara ipar Dimas datang diam-diam ke pasar.

Mata wanita itu membelalak ketika melihat Riani dikerubungi pembeli. Ia berdiri di kejauhan, memperhatikan bagaimana Riani melayani pelanggan dengan cekatan dan ramah. Wajahnya berubah, antara kagum dan cemburu. Ia kembali ke rumah dan menceritakan semua pada keluarga.

“Jangan-jangan dia pakai ilmu sihir,” celetuk salah satu anggota keluarga dengan nada sinis.

Namun Kakek Dimas hanya menggeleng. “Itu bukan sihir. Itu kerja keras dan ketulusan.”

Malam itu, Riani dan Dimas duduk berdua di depan rumah mereka yang sederhana. Angin malam membawa suara jangkrik dan aroma tanah basah yang menenangkan. Riani bersandar di bahu Dimas.

“Mas, aku pengen coba bikin roti yang dikemas cantik, kayak oleh-oleh. Biar bisa kita jual ke luar desa juga,” ucapnya pelan.

Dimas menatap istri nya dengan mata nya yang berbinar. “Kita coba, Yan. Apa pun yang kamu rancang, aku ikut.”

Beberapa minggu kemudian, mereka mulai bereksperimen dengan kemasan. Riani membuat label sederhana dari kertas cokelat dan tali rami. Ia menuliskan nama roti nya: Roti Kukus Riani dengan tulisan tangan. Setiap bungkusan ia beri kutipan semangat kecil seperti: “Hari ini akan jadi lebih baik,” atau “Terima kasih sudah membeli.”

Respon pasar luar biasa. Orang-orang suka dengan kehangatan yang ditawarkan Riani, bukan hanya dari rasa roti nya, tapi juga dari perhatian kecil yang ia sisipkan.

Suatu hari, seorang perempuan muda datang ke lapaknya. Ia memperkenalkan diri sebagai pemilik toko oleh-oleh di kota kabupaten. “Saya mau pesan 200 bungkus tiap minggu. Bisa, Mbak?”

Riani hampir tak percaya. “Bisa, Bu! Bisa banget!” jawab nya antusias.

Pesanan besar itu membuat mereka harus bekerja lebih keras. Tapi Riani tak mengeluh. Justru ia semakin semangat. Kini, ia merekrut dua tetangga perempuan yang butuh pekerjaan untuk membantu nya.

Sementara itu, Dimas mulai berani menyampaikan ide kepada Pak Karta untuk membuat lahan hidroponik kecil. “Dengan cara ini, panen bisa lebih cepat dan tidak tergantung musim,” ujar nya.

Pak Karta awal nya ragu, tapi akhir nya mengizinkan. Dimas lalu memanfaatkan bantuan dari sistem yang di miliki Riani untuk menghitung kebutuhan air dan bibit. Dalam beberapa bulan, hasil nya mulai terlihat. Sayuran tumbuh cepat dan segar. Mereka mulai menarik perhatian.

Nama Dimas dan Riani perlahan dikenal sebagai pasangan yang mandiri dan pekerja keras. Kehidupan mereka yang dulu diremehkan kini menjadi inspirasi.

Dan pada malam itu, ketika mereka duduk berdua menatap langit, Riani berbisik, “Kita sudah jauh dari titik awal, ya, Mas?”

Dimas tersenyum. “Dan masih akan terus melangkah.”

Bab ini menandai perubahan besar dalam kehidupan mereka—bukan hanya tentang kemerdekaan finansial, tetapi juga tentang menemukan cinta dan kebahagiaan dari kerja keras dan kebersamaan.

******

Terima kasih sudah membaca guys ❤️🐸❤️❤️🐸❤️❤️ tungguin aja kelanjutan ceritanya ya

1
carat18
good
Alif
dimas ap reza ya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!