Segalanya yang telah ia hasilkan dengan susah payah dan kerja keras. lenyap begitu saja. kerja keras dan masa muda yang ia tinggalkan dalam menghasilkan, harus berakhir sia-sia karena orang serakah.borang yang berada di dekatnya dan orang yang ia percayai, malah mengkhianatinya dan mengambil semua hasil jerih payahnya.
Ia pun mulai membentuk sebuah tim untuk menjalankan rencana. dan mengajak beberapa orang yang dipilihnya untuk menjalankan dengan menjanjikan beberapa hal pada mereka. Setelah itu, mengambil paksa harta yng dikumpulkan nya dari mereka.
"Aku akan mengambil semuanya dari mereka, tanpa menyisakan sedikitpun!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vandelist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
“Dalam era modern ini, pengelolaan sampah menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Terutama bagi bertempat tinggal di kota, masyakarat terkadang sulit untuk mengelola sampah. Dan hal yang sering dikeluhkan adalah sampah organik. Untuk itu, bersama tim kami, kami mengembangkan sebuah aplikasi pengelola sampah yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mengelola sampah mereka secara efisien. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur pelaporan sampah, jadwal pengumpulan, dan edukasi tentang pengurangan sampah. Kami berharap aplikasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan.”
“Apakah dalam hal ini, aplikasi ini sangat berguna pada masyarakat? Lalu apakah kalian sudah pernah turun ke lapangan untuk melihat keluhan masyarakat secara langsung?”
“Selama proses pengembangan, kami melakukan riset secara langsung dan mendalami mengenai kebutuhan masyarakat secara langsung serta teknik pengelolaan sampah yang efektif. Tim kami terdiri dari berbagai latar belakang, termasuk pengembangan perangkat lunak, ahli lingkungan, dan desainer UI/UX. Kami berkolaborasi secara intensif untuk memastikan aplikasi ini tidak hanya ber fungsional tetapi juga menarik dan mudah digunakan. Kami melibatkan beberapa komunitas lokal untuk mendapat masukan dan meningkatkan fitur yang ada dalam aplikasi.”
Para pemimpin perusahaan menatap satu sama lain setelah ia selesai presentasi. Wajah tegang yang ada di divisinya, serta wajah santai yang ditampilkan ketua divisinya. Membuat dirinya dan anggota timnya memasang wajah tegang. Harapan yang selalu ada dalam diri mereka setelah bekerja keras sehari-hari, entah mengapa ia rasa hal ini tidak akan berjalan baik.
Karena sejak pertama kali berpresentasi, matanya selalu tertuju pada ketua divisinya. Ketua divisi yang bisa dibilang adalah bajingan dalam tim-nya. Karena tidak pernah berkontribusi apa-apa selain tumpang nama. Membuatnya merasa ada sesuatu yang janggal dalam hal ini.
Entah apa yang merasukinya mempunyai pemikiran seperti itu. Namun itu lah dirinya, selalu mempunyai pemikiran negatif pada orang-orang yang menghambat tim-nya dalam mencapai kesuksesan. “Tuh bapak tua kenapa nggak tegang dah? Bikin orang jengkel aja”kesalnya dalam hati.
“Mungkin ini akan mengecewakan kalian untuk saat ini. Kalian telah bekerja keras selama berbulan-bulan dalam menyelesaikan aplikasi ini. Dan memutuskan… kami tidak akan berinvestasi pada aplikasi ini”ucap salah satu pimpinan yang ada di ruangan ini.
Ucapan itu, seperti hantaman bagi tim-nya yang telah bekerja keras selama ini. Apalagi dalam mengerjakan aplikasi ini, mereka berbagi keluh kesah dan juga saling dukung satu sama lain. Terutama dari cacian ketua divisinya, yang dari awal tidak pernah memberikan dukungan pada timnya.
“Seperti yang kalian tahu, bahwa aplikasi yang kalian buat ini sudah pasaran. Dan juga proposal yang sebelumnya kalian kirimkan pada saya, sama sekali tidak memenuhi target. Takutnya saat kami berinvestasi di aplikasi ini, uang kita akan hilang karena merugi. Lagi pun, di divisi lain juga ada yang membuat aplikasi sama seperti kalian. Dan juga isi dari proposal mereka lebih menarik dari apa yang kalian tampilkan.
Dan kami sudah memutuskan untuk berinvestasi di divisi itu”jelas pimpinan itu pada mereka.
Dia tak menyangka bahwa penjelasan dari pimpinan perusahaan akan mengatakan hal seperti itu. Dan ia berpikir bahwa memang ada yang berkhianat di tim-nya kali ini. Matanya menyapu ruangan, mencari sesuatu—seseorang. Dan di sana, ia melihatnya. Duduk santai, bersandar dengan ekspresi yang terlalu tenang. Terlalu puas. Seolah sudah tahu akhir dari pertemuan ini sejak awal.
Pengkhianatan. Itu satu-satunya penjelasan.
Wajah pria itu memancarkan sesuatu yang nyaris seperti kebahagiaan. Bibirnya tertarik membentuk senyum samar saat pimpinan perusahaan mengucapkan keputusan final. Tidak akan ada investasi.
Wajah lelah dan semangat yang sedari tadi menggebu, harus menelan kekecewaan setelah mendengar pernyataan pimpinan. Rasa sedih, lelah, kecewa, marah bercampur menjadi satu dalam ruangan ini. Satu persatu dari anggota tim-nya mendudukkan tubuhnya dengan rasa yang sulit untuk diungkapkan lagi.
“Sudah saya bilang bukan? Ide kalian itu sama sekali tidak akan membawa divisi ini mencapai kesuksesan, kalian terlalu membuang-buang waktu saja! Seharusnya dari awal saya tidak menyetujui proposal kalian itu!”cecar ketua divisinya pada timnya yang sedang duduk di meja masing-masing.
“Lain kali kalau kalian tidak mendengarkan saya lagi, kalian semua akan saya pecat ingat itu baik-baik!”sentak ketua timnya dan berlalu dari mereka.
“Kalian semua akan dipecat! Nyenyenye bacot banget tu pak tua. Kesel gue lama-lama kerja di sini, emangnya tuh orang berani mecat kita-kita! Kayak setelah kita ada yang lebih baik aja”ejek teman yang satu divisi dengannya.
Galuh hanya menengadahkan wajahnya ke atas. Mentalnya hari ini, benar-benar dibuat kacau oleh ketua divisinya yang tidak tau aturan itu. Apalagi ketua divisi itu, sama sekali tidak pernah membantu mereka ketika mengerjakan proyeknya. Hanya ocehan dan bacotan yang tak bermakna terucap dari mulut busuknya.
“Asu lah tuh orang”umpatnya pada ketua divisinya. “Oh iya Friz Lo belum ngeluarin tentang rencana kita saat aplikasi ini dibuat kan waktu presentasi tadi?”tanya Galuh pada temannya yng duduk di depannya.
“Belum, kenapa?”tnaya orang yang dipanggil Friz olehnya tadi.
“Siniin deh, biar gue berikan pada bajingan tua itu. Sekalian mau lampiasin emosi gua”ujar Galuh.
“Serius Lo Luh? Kayak berani aja.”
“Serius lah, ngapain juga gue takut sama tu bangkotan. Kayak gue anak polos aja.”
“Wih kalau gitu gue ikut deh sekalian mau ngasih surat pengunduran diri.”
“Serius Lo mau ngundurin diri?”tanya Galuh dengan terkejut.
“Iya, lagian apa yang mau diharapin kalau ketuanya kayak gitu. Lagi pun gue juga udah ada panggilan dari tempat baru ini”jawab salah satu anggota tim-nya yang akan mengundurkan diri.
“Wah keren lo, hal terberani yang baru kali ini terlihat dari diri lo. Yuk lah!”ajak Galuh pada temannya itu.
Mereka berdua pun berjalan menuju ke arah ruangan ketua divisinya. Tempat kantor dengan ruangan ketua divisi memang diberi jarak agak jauh. Entah apa alasannya mengapa diberi jarak agak jauh ia juga tidak tahu, sedari awal ia bekerja di sini. Memang antara ketua divisi dengan anggota tim di sini sangat tidak solid.
Bahkan untuk mengemukakan pendapat setiap anggota saja, mereka kesulitan. Karena pikiran ketua yang sama sekali tidak ada memiliki keinginan untuk bersaing dengan divisi lain. Dan juga lebih mengikuti arus, dan tak pernah mau terbuka pada pendapat orang lain.
“Terima kasih mas, sudah memberiku proposal itu padaku. Setelah ini, mungkin aku akan lebih sibuk untuk masalah publikasi aplikasinya. Dan juga persiapan. Mungkin juga malam ini, aku menganggur datanglah ke rumah ku nanti malam”ucap wanita itu dengan nada menggoda.
Ketua divisinya yang mendengar hal itu pun memeluk pinggang wanita itu dengan menaruh tangannya di area pantat wanita itu. “Tentu sayang, nanti malam aku akan ke rumahmu. Pyton ku begitu merindukan guanya untuk bersemayam malam ini. Untuk itu,”bisiknya “berikan aku kepuasan yang lebih lagi”lanjutnya membisiki wanitanya dengan nada sensual.
“Tapi, apakah kamu tidak apa-apa kalau proposal divisimu ada padaku?”tanyanya dengan nada sensual dan tangan yang berada di dada ketua tim. Serta wajah polos yang diperlihatkan wanita itu.
Ketua tim yang melihat itu pun menyeringai dengan nada berhasrat “ambillah sayang, aku tidak peduli dengan proposal itu. Toh gajiku tetap tidak akan berkurang jika melakukan itu. Tapi yang jelas, aku tidak bisa berjauhan dan terlalu lama darimu”ucapnya dengan enteng.
Melihat hal itu, Galuh yang mendengar sedari awal pembicaraan mereka pun menutup mulutnya. Dan menjatuhkan wacana yang dibawanya untuk diserahkan pada ketua timnya.
μμ
“Bos bajingan, asu, taik, babi lah. Mati aja lo ketika lagi sex biar masuk neraka sekalian”umpat Galih pada ketua divisinya.
Semua umpatan dan nama hewan keluar dari mulutnya secara bergantian. Kekesalan yang dirasakannya saat ini, benar-benar menguras emosi dan tenaganya.
Dia sangat tidak menyangka dengan yang dilakukan ketua divisinya. Hanya karena nafsu belaka, ketua divisinya sampai rela memberikan proposal yang telah dipersiapkan oleh anggota timnya selama berbulan-bulan.
Ketua divisinya rela memberikan proposal itu pada divisi sebelah dengan syarat wanita yang memintanya itu mau melayaninya di atas ranjang. Dan yang paling menyebalkan dalam hal ini adalah, gaji mereka yang seharusnya sudah menambah dari lama. Harus tertahan akibat hawa nafsu ketua divisinya itu. Benar-benar menyebalkan.
“Kenapa lagi sih Luh? Tiap pulang lo marah-marah mulu dah”tanya Koswara dengan kacamata yang bertengger di wajahnya dan buku ditangannya.
“Siapa lagi kalau bukan ketua divisi gue yang buat gue kayak gini. Gila tuh bajingan emang”kesalnya yang masih menggebu-gebu.
“Sekarang permasalahannya apa lagi? Selain buat lo nambah pekerjaan yang seharusnya nggak lo kerjain?”tanya Koswara.
“Masalahnya benar-benar pengen gue tendang tuh kelamin bangkotan. Masa hanya karena nafsu bejat sampai ngerelain proposal yang udah anggota tim gue persiapin diberikan ke divisi sebelah. Kan asu tuh orang. Kita ngerjain susah payah sampai terjun kelapangan, lah tu bangkotan cuma lihat dan ngomentari doang. Kita harus lembur sampe sakit-sakitan buat nyelesain malah dikasih dengan bayaran selangkangan. Asu banget tuh orang emang!”curhat Galuh dengan nada menggebu-gebu.
Kemarahannya benar-benar belum bisa mereda sedari tadi. Ulah ketua divisinya ini, sangat membuat dirinya dan anggota timnya yang lain marah. Bahkan tadi mereka sempat berdebat panjang dengan ketua divisinya. Berdebat dengan saling mengumpat, dengan satu lawan banyak.
Tentu ketua divisinya kalah. Bahkan tak segan-segan salah satu anggota timnya akan melaporkan ketuanya itu ke kantor pusat karena kelakuannya. Mereka termasuk dirinya benar-benar sudah muak dengan kelakuan ketua divisinya itu.
“Lalu setelah itu apa yang lo lakuin pada ketua divisi lo?”
“Apalagi membuat tuh orang pelajaran lah.”
“Dengan cara?”
“Menyebar aib-aibnya di internet setelah itu buat tagar tentang #seorang bos melakukan hal tidak senonoh dengan mengorbankan karyawan hanya untuk menuruti nafsu bejat titik.”
Koswara bertepuk tangan pada ide temannya itu dan berdiri menghampiri Galuh. “Gila! Hal terberani yang pernah gue lihat dari seorang Galuh! Wah wah!”
Galuh berdiri dari duduknya dan menampilkan wajah sombong di hadapan Koswara. “Iya dong, Galuh gitu loh kok dilawan!”
Koswara yang mendengar hal itu, menyentil dahi wanita itu dengan jarinya. “Yang ada bodoh lo tau nggak. Lo tahu kan kalau ngelakuin hal itu konsekuensinya apa?”tanyanya yang kembali duduk di tempat duduk Galuh.
“Tahu, dipecat dari perusahaan secara tidak hormat. Tapi bodo amatlah, toh semua anggota divisi gue pada keluar dari pekerjaannya. Mereka juga udah muak dengan kelakuan tuh ketua divisi sombong”jelas Galuh.
Ia mengucapkan hal benar, dia memang benar-benar sudah keluar dari perusahaan itu. Bahkan anggota timnya yang lain juga mengikuti jejaknya untuk keluar dari perusahaan itu secara bersamaan. Mereka tak peduli lagi dengan amukan ketua divisinya yang mengancam dengan berbagai banyak hal, mereka tetap keluar dari perusahaan secara bersamaan.
“Terus sekarang lo mau nglakuin apa setelah dipecat dari perusahaan?”tanya Koswara dengan serius.
“Entah, tapi kayaknya gue mau menikmati jadi pengangguran dulu. Capek weh jadi budak korporat dengan gaji kecil tanpa tunjangan sama sekali. Huft andaikan ada pekerjaan yang benar-benar bisa menantang gue dalam menjalaninya. Pasti gue bakalan terima tu pekerjaan, meskipun nggak di janjiin apa-apa”ucap Galuh dengan terlentang di lantai rumah Koswara sambil memejamkan mata. Dan menikmati dinginnya lantai di malam hari.
“Yaudah kerja aja di tempat gue, dijamin bakal lolos seratus persen tanpa wawancara. Gimana?”
Galuh berdiri dari tempat terlentang nya dan mendekati Koswara yang sedang duduk di kursi. Ia pun merangkul bahu temannya itu dan menatapnya. “Tidak, terima kasih teman. Kau terlalu banyak membantuku selama ini, sudah saatnya diri hamba ini mengandalkan diri sendiri untuk mendapat gaji. Jadi tuan, Anda bisa berikan kesempatan itu pada orang-orang yang lebih berkompeten daripada saya”ujar Galuh.
Galuh bukannya tidak mau menerima tawaran dari Koswara. Dia mau sekali, apalagi perusahaan yang di dirikan temannya itu adalah perusahaan impian bagi semua orang. Termasuk dirinya. Namun dia tidak bisa.
Selama ini dirinya selalu dibantu oleh temannya itu dalam segala hal. Dan ia tidak enak hati jika harus dibantu terus oleh pria itu. Itu sama saja dirinya tidak tau diri dalam menjalin pertemanan dengannya.
“Dahlah gue mau tidur, numpang tidur ya”ucapnya sperti biasanya jika ia malas pulang ke rumahnya. Dan pergi menuju ke tempat tidurnya yang biasa ia tiduri ketika menginap di tempat Koswara.
“Eh Galuh, sikat gigi yang lo pake warna pink ya jangan sampe salah!”tegur Koswara pada temannya yang selalu lupa itu.
“Iya, kalau nggak lupa!”saut Galuh dari dalam kamar mandi.
Koswara yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Teman wanitanya itu, sama sekali tidak pernah punya rasa jaim ketiak bersamanya. Biasanya jika ia bertemu dengan wanita dari teman maupun rekan kerjanya, kebanyakan dari mereka selalu menjaga image nya di depannya. Kecuali wanita itu.
Tetangganya yang selalu menjadi orang terberisik dan selalu ramai ketika mereka sedang bertemu. Dan teman yang membuatnya selalu menjalani harinya dengan penuh semangat disaat dirinya sedang mengalami hal gundah.
“Dasar si Galuh nggak pernah berubah kelakuannya”gumamnya sambil merapikan sofanya yang diacak-acak wanita itu.
“Kos lo lihat sempak gue nggak yang biasanya gue taruh disitu nggak?”tanya Galuh yang baru saja keluar dari kamar. Tempat yang biasa ia tinggali di rumah ini.
“Nama gue Koswara Galuh bukan Kos! Lu kira nama gue tempat lu ngekost apa!”
“Bodo amat gua cuma mau nanya sempak gue ada di mana.”
“Ck sini gue benerin dulu lidah lu biar kagak sembelit mulu!”
“Eh Kos, jangan kejar dulu lah gue belum pake sempak inih woi!”
Mereka saling kejar mengejar satu sama lain. Tempat yang awalnya tidak begitu rapi, menjadi lebih berantakan karena ulah Galuh yang melempari Koswara dengan sofa bantal di dekatnya. Sementara Koswara, dia menghindar dari lemparan itu.
Mereka berdua melakukan hal ini dengan tawa bahagia dan melupakan masalah yang baru saja terjadi dari salah satunya.
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩