Duda Luar Biasa

Arion selalu punya seribu satu cara untuk mengungkapkan hasratnya dengan kata-kata yang membuat Amber tergoda.

Bagaimanapun juga, Amber adalah wanita normal. Setiap kali Arion menatapnya, menyentuhnya, atau sekadar merayunya, Amber selalu merasakan debaran di hatinya.

Siapa yang bisa menolak laki-laki setampan Arion?

Laki-laki itu punya penampilan rupawan. Rahang tegas hingga dada bidang, Amber pasti pernah bermimpi bisa berbagi peluh bersama. Wanita normal pasti penasaran, tubuh kekar Arion yang didapatkan dari olah raga yang ketat serta latihan fisik yang kuat, akankah sama kuatnya saat memburu hasrat bersama?

"Bagaimana? Apa kau mengizinkan tubuh kita saling mengenal?" ulang Arion bertanya.

"Perlukah?" Amber balik bertanya. Wanita itu tersenyum tipis.

"Kau tahu jika aku begitu menginginkanmu. Kenapa kau berusaha keras menolak padahal tubuhmu menginginkannya?" tanya Arion.

"Aku bekerja di sini untuk mengasuh putrimu, bukan mengasuhmu," jawab Amber.

Arion hampir tertawa, laki-laki itu menarik pinggang Amber hingga tubuh mereka menempel.

"Jika kau menginginkan pekerjaan tambahan, aku tidak keberatan. Sepertinya kebutuhanku atas dirimu lebih mendesak daripada kebutuhan putriku," terang Arion.

"Kau bisa membayar sepuluh wanita sekaligus dalam semalam. Kenapa kau begitu menginginkanku?" tanya Amber penasaran.

"Entahlah, sepertinya hanya dirimu yang bisa membangunkan seluruh saraf di tubuhku. Kau berbeda dengan kebanyakan wanita yang aku temui," jawab Arion.

Amber tersenyum tipis, lagi-lagi Arion mampu membuat jantung wanita di depannya berdetak lebih cepat.

Perlahan tapi pasti, Arion mendekatkan wajahnya. Ia meraih bibir Amber dan melum*atnya hati-hati. Awalnya, Amber hanya diam dan menikmati isapan laki-laki itu, namun semakin lama, Amber membalasnya. Membiarkan bibir dan lidah bermain bersama.

Arion semakin bergairah, ia menyusupkan sebelah tangannya melalui bagian bawah pakaian Amber. Ia mengusap paha wanita itu perlahan, naik, terus naik, hingga sampai pada pangkalnya.

Arion membelai bagian luar dari celana da*lamnya. Laki-laki itu menunggu, seberapa kuat Amber bisa menahan godaannya.

Bibir mereka bertautan, saling menghisap dan mencumbu. Amber merasakan hawa panas menyelimuti tubuhnya, membakar seluruh rasa yang entah apa namanya.

Saat merasakan tangannya hangat dan basah, jari laki-laki itu menyusup masuk, namun Amber menghentikannya. Wanita itu bahkan melepaskan ciuman dengan tiba-tiba.

"Aku harus pulang," ucap Amber. Ia menarik tangan Arion dari bawah tubuhnya lalu menutup kakinya rapat.

"Kau menolakku? Lagi?" Arion mundur. Keinginannya sudah hampir sampai di ubun-ubun, dan rasanya sangat menyakitkan saat hasrat itu tak bisa tersalurkan.

"Maafkan aku, tapi ini terlalu cepat," jelas Amber. Mereka baru saling kenal selama kurang dari satu bulan. Ia merasa terlalu cepat jika melakukan hal terlalu jauh apa lagi bersama ayah dari anak yang ia asuh.

"Apa kau menolak karena tidak ada hubungan apapun di antara kita? Karena kita bukan pasangan yang menikah?" tanya Arion. Ia ingin penjelasan.

"Aku tidak tertarik untuk menikah!" tegas Amber.

Arion mengernyitkan dahi. Ia bangkit dari sofa dan mengambil sebotol wine dari rak kaca. Tanpa gelas, laki-laki itu meneguk wine dengan rakus.

"Bagaimana jika aku ingin menikahimu?" tanya Arion. Amber mendongak, menatap laki-laki itu dengan wajah serius.

"Jika niat untuk menikah hanya karena kau ingin menikmati tubuhku sesuka hatimu, untuk apa? Kita bisa melakukannya saat aku siap dan ingin," jawab Amber.

Wanita itu sama sekali tidak ragu dengan jawabannya. Amber bukanlah tipe wanita yang punya aturan khusus serta menahan diri untuk kesenangan. Wanita itu membebaskan dirinya untuk bahagia, ia bisa melakukan segalanya untuk mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, termasuk dalam hal berhubungan.

"Kau trauma karena kegagalan pernikahanmu sebelumnya?" tebak Arion.

"Kau menyelidiki masa laluku?" Amber bertanya. "Jika benar, kau pasti paham. Tidak hanya luka fisik yang masih membekas di tubuhku, bahkan luka hatiku pun masih terasa pilu."

"Kau pikir aku adalah laki-laki seperti mantan suamimu?"

"Aku tidak pernah berprasangka buruk padamu. Tapi aku hanya berusaha untuk menghindar. Aku ingin bahagia dengan kebebasan, bukan terkekang dalam hubungan!"

...🖤🖤🖤...