Impian Malika menikah dengan Airlangga kandas ketika mendapati dirinya tidur bersama Pradipta, laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Gara-gara kejadian itu Malika hamil dan akhirnya menikah dengan Pradipta.
Sebagai seorang muslimah yang taat, Malika selalu patuh kepada suaminya.
Namun, apakah dia akan tetap menjadi istri yang taat dan patuh ketika mendapati Pradipta masih menjalin asmara dengan Selina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Kilasan Masa Lalu
Malika merasa heran ketika mendapati dirinya berada di ruangan asing. Dia juga berada di dalam pelukan ibu dan ayahnya. Perlahan tangan dia menyentuh tangan kedua orang tuanya yang ada di atas perut. Ada rasa senang, bahagia, dan terharu yang dia rasakan. Dahulu dia suka sekali tidur berada di tengah-tengah mereka bersama Adzan. Sang adik akan memeluk Mama Aisyah dan dirinya akan memeluk Papa Andromeda.
"Kakak sudah sadar?" Mama Aisyah tersenyum lebar melihat putrinya sudah bangun.
"Kakak kenapa, Ma?" tanya Malika yang tidak ingat apa-apa.
"Kakak pingsan. Mungkin kecapean dan kurang istirahat," jawab Mama Aisyah sambil mengelus kepala sang anak.
Malika akhirnya ingat apa yang terjadi tadi kepadanya. Dia tidak pernah capai menjalani rutinitas sehari-hari. Dia juga punya banyak waktu istirahat.
"Mama, maaf ...," ucap Malika dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.
"Memangnya Kakak sudah melakukan kesalahan apa sama mama sampai meminta maaf?" tanya Mama Aisyah.
Air mata Malika berderai mengalir sampai ke telinga karena posisi menyamping menghadap ibunya. Dia tidak mampu membalas ucapan Mama Aisyah. Maka dia memeluk erat wanita yang sudah mengandung dan melahirkannya ke dunia ini.
Mama Aisyah tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada Malika. Namun, dia bisa merasakan kesakitan, ketakutan, dan rasa bersalah yang teramat sangat dari tatapan matanya ketika bersirobok.
Papa Andromeda merasakan ada pergerakan dari istri dan anaknya. Maka dia membuka mata karena takut terjadi sesuatu kepada Malika. Laki-laki itu melihat kalau dua wanita berbeda generasi itu saling berpelukan. Maka dia pun memeluk keduanya dengan tangannya yang kokoh.
***
Sejak kejadian di hari pertunangan Adzam dan Queensha, Malika menjadi pendiam. Hal ini membuat Pradipta bertanya-tanya. Jika ditanya wanita itu sering menolak untuk bercerita.
Setiap malam tidur Malika selalu gelisah dan mudah terbangun dengan keringat dingin bercucuran. Bayangan di masa lalu terus saja menari-nari di pelupuk matanya.
"Mas, hari ini aku akan pergi dahulu ke suatu tempat. Aku titip Misha, ya?" kata Malika kepada Pradipta ketika mereka akan sarapan.
"Mau aku antar?" tanya Pradipta karena merasa heran, karena selama ini sang istri tidak pernah sekali pun meninggalkan putri mereka.
"Tidak perlu," jawab Malika. "Aku juga pergi tidak akan lama."
"Memangnya kamu mau pergi ke mana? Bagaimana jika Misha menangis mencari kamu?" tanya Pradipta.
"Aku mau pergi ziarah," jawab Malika. "Lagian Misha juga selalu anteng ketika Mas asuh."
"Ziarah?" ulang Pradipta. "Mau ziarah ke kuburan siapa?"
"Alkhaf," jawab Malika.
"Siapa Alkhaf?" Tiba-tiba Pradipta merasa cemburu karena Malika menyebut nama seorang laki-laki.
"Adik bungsuku," jawab Malika yang hendak melangkah.
Pradipta baru ingat kalau Papa Andromeda punya tiga orang anak. Kematian putra bungsunya itu sempat menyita perhatian publik dan dia juga mengikuti kasusnya.
Karena tidak mungkin membawa Misha ke arena kuburan, Pradipta membiarkan Malika pergi seorang diri. Rentetan pesan dilontarkan oleh laki-laki itu sambil mengikuti dari belakang.
"Pokoknya kalau ada apa-apa langsung hubungi aku," ucap Pradipta ketika Malika mencium tangannya sebelum pamit.
"Iya, Mas," balas Malika.
Perjalanan dari rumah ke arena pemakaman keluarga Lazuardi cukup jauh, membutuhkan satu jam lebih dari rumah Malika. Arena pemakaman yang dipenuhi oleh pohon yang berjajar rapi dan rerumputan yang hijau menjadi pemandangan yang memberikan luka pada Malika.
Istri dari Pradipta itu berjongkok di sebuah kuburan berukuran kecil dengan tulisan Alkhaf pada batu nisannya. Air mata Malika bercucuran dengan deras tidak kuat menahan rasa sedih dan bersalah yang muncul di dalam hatinya.
"Adek, maafkan kakak! Kakak sudah jahat sama kamu dan Mama," ucap Malika disela isak tangis.
Dahulu kehadiran Alkhaf sangat dinantikan Malika dan Adzam. Begitu bayi laki-laki itu lahir, betapa bahagianya mereka berdua. Selalu menemani dan menjaga bayi mungil itu ketika baby sitter sedang mandi atau makan. Dia juga akan mengajak bermain bersama dengan kedua orang tua mereka. Keluarga kecil yang bahagia itulah mereka.
Karena suatu kejadian yang membuat trauma, Malika berusaha untuk melupakan kejadian itu dalam ingatannya. Namun, pertemuan dengan Mommy Bilqis mulai menyibak ingatan dari masa lalu yang tidak ingin dia ingat lagi seumur hidupnya.
Baru sekitar sepuluh menit hujan turun dengan cepat mengguyur bumi di mana Malika berpijak. Wanita itu masih diam mematung, kilasan-kilasan memori ketika bersama kedua adiknya terus bermunculan di ingatannya.
Malika merutuki kebodohan dirinya karena sudah termakan hasutan orang lain sehingga menghancurkan kebahagian keluarganya. Dia juga mempengaruhi Adzam kecil yang belum paham apa-apa dan penurut.
"Apakah Allah sedang memberiku hukuman atas perbuatan aku dahulu kepada keluargaku?" batin Malika yang tergugu.
penasaran sm masa lalu yg dimaksud sm malika itu 🤔
kau menyembunyikan banyak hal Thor