9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Ayo turun" ajak Sean
Sean lebih dulu turun, saat ini mereka sudah berada di depan super market. Mau tak mau, akhirnya Zonya 'pun menurut dan ikut masuk kedalam supermarket. Tiba di dalam, Sean langsung mengambil troli belanjaan dan mengajak Zonya untuk berkeliling. Ia lantas mengeluarkan buku catatan yang diberikan Mbok Ijah sembari mendorong troli
"Sabun cair 3" baca Sean, berharap Zonya mengerti dan langsung mengambilkan. Namun ternyata Zonya hanya menatap dirinya bingung, membuatnya menghela napas dalam "Aku bacakan yang akan kita beli, kau yang ambilkan" ucap Sean akhirnya
"Baiklah"
Zonya langsung mengambilkan permintaan Sean satu-persatu. Banyak sekali barang yang mereka beli. Mulai dari perlengkapan dapur, perlengkapan mandi, sayur-mayur dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan, Sean yang awalnya hanya mengambil satu troli, akhirnya kembali ke tempat penyimpanan troli dan mengambil satu troli lagi. Karena troli yang sebelumnya sudah tidak mampu menampung banyaknya barang yang mereka beli
*
Huh
"Akhirnya selesai juga" Sean menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil
Ya, nyatanya berbelanja memang se-melelahkan itu. Apalagi ini adalah pengalaman pertama Sean dalam berbelanja. Karena biasanya ia hanya akan memberikan uang bulanan pada Mbok Ijah untuk mengurus keperluan rumah. Namun tadi, saat ia keluar kamar, ia melihat Mbok Ijah tengah mencatat barang-barang yang habis bersama Naina yang bermain di sisinya. Seketika itu juga ide dalam benaknya timbul dan berniat untuk mengajak Zonya berbelanja. Entahlah, jangan tanyakan apa alasannya mengajak Zonya, karena ia 'pun tidak tahu
"Nah..." Zonya masuk ke mobil dan memberikan es krim kepada Sean
"Hm, terima kasih"
Untuk sesaat, keduanya sibuk memakan es krim ditangan masing-masing. Hingga akhirnya, keduanya menengok secara bersamaan dan membuat keduanya menjadi salting. Astaga, sungguh Sean terus-menerus menggerutu dalam hatinya. Karena saat ini ia seperti remaja yang salting karena aksi saling tatap dengan wanita pujaannya
"Mas duluan saja" ucap Zonya, karena ia sadar bahwa tadi Sean ingin mengatakan sesuatu padanya
"Ehem... Sudah waktunya makan siang, kita mampir ke restoran dulu sebentar"
"Tapi Naina..."
"Ada Mbok Ijah di rumah. Sudahlah, untuk hari ini aku ingin mengajakmu refreshing supaya otakmu sehat. Sejak menikah denganku, waktumu habis hanya untuk Naina. Jadi sekarang, sudah saatnya menyegarkan pikiran sejenak"
Tanpa meminta persetujuan lagi, Sean langsung melajukan kendaraannya menuju restoran terdekat. Begitu tiba, ia langsung mengajak Zonya masuk, duduk dan menunggu pesanan tanpa perlu memesan lagi
"Kita tidak pesan?" tanya Zonya
"Ini restoran sahabatku, aku sudah memesan via chat tadi"
"Oh... Bisa begitu ya?" Tidak lama, terlihat pramusaji datang ke meja mereka dan menghidangkan makanan hingga satu meja penuh "Ini pesanan Mas semuanya?" tanya Zonya tak percaya. Pasalnya, tas yang tadi ia taruh diatas meja harus ia singkirkan agar meja cukup untuk menghidangkan makanan pesanan Sean
"Sudahlah, biar puas" seloroh Sean
Sean langsung memakan apa saja yang ingin ia makan. Membuat Zonya mau tak mau ikut melakukan hal yang sama. Namun saat Zonya akan menjangkau piring yang sedikit dekat dengan Sean, matanya justru terfokus pada satu piring lainnya yang berisi gulai kepala ikan kakap. Seketika Zonya menghentikan pergerakannya untuk mengambil makanan yang tadi ia inginkan dan lebih memilih piring makanan yang memang dekat dengan dirinya
Huh
Sean selesai dengan makannya. Perutnya begah seperti akan meledak, karena makanan di restoran ini memang favoritnya. Ia lantas melirik Zonya yang juga sudah menyelesaikan makannya. Dengan segera ia menyodorkan sepiring gulai kepala ikan kakap kepada Zonya
"Ini favoritmu bukan?" ucap Sean
"Bukan" Zonya mengambil tisssue dan mengelap mulutnya "Itu makanan favorit Kak Sila"
Deg
Sean meletakkan piring ditangannya saat sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia telah melakukan kesalahan besar kali ini. Berniat mengajak Zonya makan agar membuat otaknya lebih segar, tapi justru berujung petaka karena ia memesan makanan favorit Nasila seakan yang sedang bersamanya adalah Nasila
"Aku tidak begitu suka ikan, aku mungkin akan memakannya satu minggu sekali hanya untuk mencukupi kebutuhan protein. Tapi ikannya juga bukan ikan kakap, tapi salmon" jelas Zonya
"Mmm itu, sebenarnya ini memang aku pesan untukmu. Satu minggu ini kau belum makan ikan 'kan? Di sini tidak ada salmon, makanya aku pesan ikan kakap"
Sean terus berdo'a dalam hatinya agar Zonya bisa mempercayai ucapannya. Namun tampaknya Dokter cantik ini tidak bisa ditipu begitu saja. Karena saat ini, Sean justru merasa terintimidasi melihat tatapan memicing Zonya yang terarah padanya
"Aku sudah makan ikan kemarin bersama Mbok Ijah" ucap Zonya akhirnya
"Oh..." Sean mengangguk meskipun canggung. Ia langsung memanggil pramusaji dan memberikan kartu miliknya untuk membayar
*
"Pak Tris..." suara Sean langsung bergema memanggil pekerja rumahnya
"Ya Tuan?"
"Tolong bawakan barang-barang di mobil ke dapur ya Pak" ucap Sean
"Baik Tuan"
Zonya dan Sean masuk bersamaan kedalam rumah. Ya, setelah insiden yang cukup memalukan bagi Sean di restoran tadi, akhirnya keduanya pulang. Begitu masuk ke rumah, terlihat Naina yang tengah berjalan sambil berpegangan pada dinding
"Mama... Mama..." serunya saat melihat Zonya masuk
"Hai gembul, kenapa sendiri. Mbok di mana?" tanya Zonya. Seakan bocah gembul itu bisa menjawab pertanyaannya
"Mpun" jawab Naina
"Mpun?" Zonya melirik Sean karena tidak mengerti dengan jawaban Naina. Namun Sean hanya menjawab dengan mengendikan bahunya tanda tak mengerti
"Eh, Tuan dan Nyonya sudah pulang. Maaf Nya, tadi Mbok ke dapur untuk menyeduhkan susu Non Nai"
"Oh..." Zonya tersenyum sekaligus mengangguk mengerti. Kini ia tahu maksud Naina tadi bahwa Mbok Ijah tengah ke dapur
Sean masuk lebih dulu ke kamarnya. Meninggalkan Zonya yang tampaknya sedang asik melepas rindu dengan Naina. Sean langsung masuk ke kamarnya. Begitu pintu kamar terbuka, foto pernikahan dirinya dan Nasila yang berada diatas kepala ranjang membuatnya enggan mengalihkan pandangan. Ia lantas mengunci pintu kamar dan menghadap pajangan foto tersebut
"Aku sudah menjalankan wasiatmu untuk menikahi Zoe, Sayang. Tapi aku masih ragu untuk bisa menjalankan pernikahan sesuai dengan permintaanmu. Aku dan Zonya bagaikan minyak dan air, selamanya tidak akan pernah menyatu. Aku bahkan tidak pernah berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya ada kami"
Ya, wasiat besar dari Nasila 'lah yang akhirnya membuat Sean memutuskan untuk menerima perjodohan orang tuanya dan Zonya. Karena wasiat itu pula 'lah, ia mulai mencoba untuk berdamai dengan keadaan dan mencoba untuk menyayangi Naina. Untuk dua hal itu mungkin tidak akan mudah, tapi nyatanya juga tidak begitu susah. Tapi untuk menjalani kehidupan selanjutnya bersama Zonya, Sean masih berpikir ribuan kali untuk melakukannya. Karena seperti yang tadi ia ucapkan bahwa dirinya dan Zonya bagaikan minyak dan air