NovelToon NovelToon
Kos-kosan Sus Banget!

Kos-kosan Sus Banget!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: DancingCorn

Fandi, seorang mahasiswa jurusan bisnis, memiliki kemampuan yang tak biasa—dia bisa melihat hantu. Sejak kecil, dia sudah terbiasa dengan penampakan makhluk-makhluk gaib: rambut acak-acakan, lidah panjang, melayang, atau bahkan melompat-lompat. Namun, meskipun terbiasa, dia memiliki ketakutan yang dalam.

BENAR! DIA TAKUT.

Karena itu, dia mulai menutup matanya dan berusaha mengabaikan keberadaan mereka.
Untungnya mereka dengan cepat mengabaikannya dan memperlakukannya seperti manusia biasa lainnya.

Namun, kehidupan Fandi berubah drastis setelah ayahnya mengumumkan bahwa keluarga mereka mengalami kegagalan panen dan berbagai masalah keuangan lainnya. Keadaan ekonomi keluarga menurun drastis, dan Fandi terpaksa pindah ke kos-kosan yang lebih murah setelah kontrak kos sebelumnya habis.

Di sinilah kehidupannya mulai berubah.

Tanpa sepengetahuan Fandi, kos yang dia pilih ternyata dihuni oleh berbagai hantu—hantu yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga sangat konyol dan aneh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 : Pena Antik

Dimas terkejut, seolah baru tersadar. "Huh? Fandi?" Dia menatap sekeliling dengan bingung, "kok gue udah sampai kos?"

Raka yang mendekat langsung menepuk punggung Dimas dengan keras. "Sialan, baru aja lo kayak orang kerasukan. Lo emang pergi kemana aja Dim hari ini?"

Fandi tidak mengatakan apa-apa, dia membuka tangannya hanya untuk melihat pena antik dengan ukiran rumit. Ada nama Antonie yang terukir di sana. "Dapet dari mana ini, Dim?"

Dimas melotot melihat pena itu, kebingungannya semakin jelas. "Lho? Gue nggak tau, Fan. Gimana benda ini bisa ada di gue, Gue aja nggak pernah lihat benda ini!"

Raka yang berdiri di sebelah Dimas mulai memeriksa pena itu dengan seksama. "Bro, lo jangan-jangan nyasar ke pasar loak gaib ya? Terus lo harus bayar pake karma atau apalah itu. Jangan-jangan lo ikut jual beli jiwa tanpa sadar."

Dimas, yang masih kebingungan, menatap Raka kesal. "Gue nggak tahu. Jangan nakut-nakutin gue, deh. Gue nggak kemana-mana selain lingkungan kampus hari ini."

Kini giliran Raka yang terlihat aneh, "jadi ini dari kampus?"

Fandi yang sudah cukup sering menghadapi kejadian aneh di kos ini hanya mengangguk sambil memasukkan pena itu ke dalam saku bajunya. "Gue bawa pena ini, besok gue mampir ke fakultas lo, Dim. Semoga ini bukan hal buruk."

Raka mengangkat alis, sambil nyengir nakal. "Anjir. Kelihatannya Lo bakat jadi detektif benda-benda mistis nih, Fan. Kalo lo sampe nemuin barang aneh lagi, siap-siap aja dapet kasus baru. Gimana kalau besok ada notebook yang bisa nulis sendiri?"

Dimas cuma geleng-geleng kepala sambil tertawa kecil. "Gue sih berharap nggak ada notebook atau pena yang jadi ngikutin gue ke kos."

Fandi menatap Dimas dengan bercanda. "Apa jangan-jangan Lo dapet ini karena Lo ditakdirkan jadi orang pertama yang buat tulisan tentang kosan kita."

Raka menambahkan, "Atau bisa jadi alat ini digunain untuk menulis takdir lo sendiri, Dim. Contohnya, Sukses jadi penulis misteri yang diikuti banyak arwah!"

Dimas hanya menghela napas panjang, "Sumpah deh, gue lebih suka nulis skripsi daripada nulis cerita mistis kayak gitu."

Fandi tersenyum sambil menepuk pundak Dimas. "Ya udah, kita lihat besok aja, Dim. Yang penting jangan panik dulu, kita masih punya waktu."

Raka masih bercanda, "Iya, Dim, gue cuma butuh satu buku lo tentang 'Petualangan Dimas di Dunia Gaib'. Siapa tau bisa nanti best-seller!"

Dimas menatap Raka dengan tatapan tajam, namun juga dengan tersenyum bercanda. "Nih anak, masih aja. Ngajak berantem."

Raka pura-pura terkejut, lalu menyentuh dadanya dramatis. "Wah, kok gitu, Dim? Awas aja, jangan sampe gue nulis Petualangan Raka Nyelametin Dimas dan lebih best seller daripada punya lo!"

Mereka tertawa sejenak karena tingkah Raka yang main-main sejak awal, suasana mulai lebih ringan. Dimas pun tampak lebih santai meski masih ada kebingungan di wajahnya.

Namun, saat tawa mereka mulai mereda, Fandi merasa ada yang aneh. Secara perlahan, aura negatif dari pena yang dia pegang mulai menghilang, seolah tertelan oleh sesuatu yang tak terlihat. Hanya sedikit sisa rasa gelap yang masih bisa dirasakannya, seakan aura itu tengah berusaha menyembunyikan dirinya.

Fandi menatap pena itu, tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia terlalu sibuk bercanda untuk menyadari bahwa rencana untuk ke fakultas besok mungkin tidak pernah terlaksana.

—————

Tengah malam, tepat ketika jam berdentang menandai pergantian hari, aura hitam yang berasal dari pena antik di meja Fandi tiba-tiba merayap keluar. Aura itu berputar-putar, mengeras, lalu membentuk sosok misterius. Sosok itu tampak seperti seorang pemuda dengan jas rapi, rambut tertata sempurna, dan senyum yang entah bagaimana terasa menakutkan. Cahaya redup di kamar Fandi langsung terasa suram, seolah-olah semua energi kehidupan terserap oleh kehadirannya.

Kyai Jagakarsa segera keluar ketika merasakan atmosfer gelap yang menusuk inderanya. Dia mengarahkan senjatanya, sebuah tongkat panjang dengan ujung bawah tajam seperti tombak, dan ujung atas melengkung menyerupai celurit, pada bayangan yang baru keluar. Matanya mengunci pada sosok hantu yang baru terbentuk.

"Siapa Kau. Berani-beraninya kau muncul di sini!" serunya dengan nada penuh kewaspadaan.

Namun, sosok misterius itu hanya tersenyum tipis sebelum melesat keluar dengan kecepatan luar biasa, tubuhnya nyaris tak terlihat kecuali bayangan gelap yang mengikutinya. Dengan pena antik sebagai inti tubuhnya, dia melewati beberapa kamar kos, membuat udara terasa dingin di mana pun dia melintas. Hingga akhirnya, dia berhenti di depan kamar Dimas dan masuk melalui celah jendela atas.

Di dalam kamar Dimas, pena itu mulai bergetar hebat. Pena itu keluar dari tubuh arwah dan mulai membuat garis di udara, sebuah bangun persegi panjang menyerupai pintu. Pintu itu memancarkan lubang hitam di tengahnya, menghisap cahaya dan memberikan aura ancaman yang begitu nyata.

Suasana menjadi semakin tegang. Di luar, Kyai Jagakarsa yang menyadari bahaya itu langsung membangunkan Fandi.

"Bangun, Nak! Ini darurat!" seru Kyai Jagakarsa sambil bersandar pada tongkatnya.

Sementara itu, Pak Kromo juga melesat menuju kamar Dimas untuk membangunkan.

Dek Anis berada di kamar Raka. Ketika merasa ada yang tidak beres, segera membangunkan Raka. "Mas, bangun! Bahaya! Bahaya besar!" teriaknya dengan suara panik.

Mbak Lili juga tak tinggal diam. Dia masuk ke kamar Arief, mengguncang tempat tidur dengan kuat hingga pemuda itu terbangun dengan mata masih setengah tertutup. "Bangun, Arief! Jangan tidur, ini serius!"

———

Kembali ke kamar Dimas, lubang hitam yang berada di tengah pintu aneh itu semakin kuat memancarkan aura mengerikan. Angin yang seharusnya tak ada di dalam kamar mulai berhembus, menciptakan pusaran kecil yang menyedot apa pun di sekitarnya. Jika ada manusia tanpa kesadaran yang berada di dekatnya, mereka pasti akan terseret ke dalam gerbang dunia lain yang baru saja terbuka.

Pak Kromo yang tiba untuk membangunkan Dimas hanya bisa tertegun melihat fenomena itu. "Ini gila," gumamnya. "Gerbang dunia lain terbuka di kos ini?"

———

Fandi, yang kini sudah terbangun sepenuhnya, segera menuju kamar Dimas dengan Kyai Jagakarsa. Dia bertemu Raka, Dek Anis, Arief dan Mbak Lili. Mereka pergi bersama tanpa mengatakan apapun. Fandi bisa merasakan aura gelap dari kamar Dimas sehingga dia pergi ke sana.

Ketika mereka semua sampai di depan kamar Dimas, suasana terasa mencekam. Pintu kamar Dimas sedikit terbuka, memperlihatkan ruangan yang gelap gulita di dalamnya. Namun, ketika Fandi dengan hati-hati mendorong pintu itu lebih lebar, mereka semua tertegun.

Ruangan itu kosong.

Tidak ada tanda-tanda aura mencekam yang tadi dia dan para hantu rasakan. Tidak ada jejak apa pun. Seolah-olah aura yang mereka rasakan tadi hanya ilusi yang tercipta dari kelelahan pikiran mereka.

Namun, ada satu hal yang membuat semuanya terasa salah. Dimas dan Pak Kromo tidak ada di sana.

"Dimas? Pak Kromo?" panggil Fandi sambil langkahnya perlahan memasuki kamar. Dia menyalakan lampu, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan situasi ini. Tapi lampu hanya menerangi ruangan kosong yang tampak biasa saja. Tidak ada benda yang berantakan, tidak ada tanda-tanda pertarungan, dan... tidak ada siapa pun.

"Dimana.... mereka?" gumam Arief, suaranya hampir berbisik.

Dek Anis menoleh ke Kyai Jagakarsa dengan ekspresi bingung. "Pak, tadi jelas-jelas aku ngerasain aura gelap itu muncul di sini. Bahkan anginnya sampai terasa ke luar."

Kyai Jagakarsa mengangguk pelan, wajahnya terlihat tegang. "Bukan ilusi. Ada gerbang gaib yang terbuka. Tapi..." Dia berhenti sejenak, matanya menyapu seluruh ruangan. "Gerbangnya menghilang dengan cepat, dan sepertinya mereka berdua ikut terseret."

Raka yang sejak tadi diam akhirnya bersuara mengingat percakapannya dengan Dimas sebelumnya. "Kata-kata gue manjur amat, Dimas bener-bener mulai petualangan dia ini?"

Namun, tidak ada yang tertawa atau menghiburnya.

Fandi memandang pena antik yang kini tergeletak di lantai, di tengah ruangan. Pena itu kembali ke wujud normalnya, seolah-olah tidak ada yang aneh. Dia memungut pena itu dengan hati-hati, perasaannya campur aduk. "Ini... pasti ada hubungannya sama benda ini," gumamnya.

Kyai Jagakarsa menatap pena itu dengan penuh kewaspadaan. "Pena itu bukan benda biasa. Kita harus mencari tahu apa sebenarnya benda ini dan bagaimana cara membawa mereka kembali sebelum terlambat."

Mbak Lili tiba-tiba menyela dengan suara panik. "Pak Kromo dan Dimas terseret ke dunia lain, Pak Kromo akan baik-baik saja, tapi Dimas manusia, dia...." Mbak Lili tidak melanjutkan kalimatnya, namun semua tahu apa yang dia maksud.

Fandi mengepalkan tangan, berusaha menenangkan dirinya. "Aku akan menemukan dan membawa mereka kembali."

Semua mengangguk, meski ketakutan terpancar jelas di wajah mereka. Malam itu, ketenangan di kos mereka benar-benar menghilang, digantikan oleh bayangan ancaman yang belum mereka pahami sepenuhnya.

1
Krisna Adhi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Krisna Adhi
novel ini berbeda , seperti larut dalam ceritanya , emosi ,haru campur jadi satu , good job thor /CoolGuy//Casual//Casual/
Krisna Adhi
aih aih /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Krisna Adhi
/Facepalm/
Husein
mohon maaf lahir dan batin jg kak oThor.....
maaf jika selama ini ada komen aku yg ga berkenan 🙏🙏🙏

cerita dr kak oThor bagus banget, cuma belom sempet buat baca kisah yg lain🙏🙏🙏 so sorry
Husein
sepertinya sdh tdk ada kak...
eh mbak parti kmrn udh belom ya, sama.yg dia berubah punya sayap hitam 🤔...
DancingCorn: udah kok. Si Parti kan Parto 😂
cuma bentuk perubahannya aja...
total 1 replies
Husein
🤭 udah kek setendap komedi... segala kucing kena roasting
Husein
😀😀 hantu aja punya jodoh....
Fandy dan yg lainnya msh jomblo, emang sengaja ga dibuatin jodohnya ya kak oThor?
Husein: sapa tau kak oThor ada yg pengin kek Jayden dan Mina, minta dicarikan jodohnya 😀😀....

tp sebaiknya ga usah lah, takutnya nanti ngerusak cerita 🤗

ngikut alurnya kak oThor aja deh😀👍👍
DancingCorn: 🤣🤣🤣
Yah, lagipula ini bukan genre romance 🤭🤭
total 2 replies
Husein
gpp kak oThor... biar sedikit bisa ngobatin kangen ke Fandy dkk,😍
netizen nyinyir
duhhh thorrrr kirain mau tamat, btw cepat sembuh thorrr
Husein
lekas sembuh kak🤗
kutunggu sll lanjutan ceritanya 😍🙏🙏
Husein
ceritanya amazing 😍
Husein
apakah dugaanku benar? ato tidak?
pemilik kos biasanya menyimpan rahasia yg tak terduga... apa iya Bu Asti bukan mnausia?
Husein
oh no, tyt lbh rumit dr yg dibayangkan...
sosok ini berhubungan dg kehadiran dek Anis jg tayangga ...
siapakah sosok itu? apakah musuh Fandy dr dunia goib?
Husein
wahh ...up nya banyakkk 😍😍😍

maaci kak oThor
Husein
lagi kak oThor... lanjut
Husein
good job Jayden 👍👍
Husein
😀 kebayang ga tuh, natap mata Kunti... 5 detik...
normal nya liat Kunti ga sampai sedetik udh pingsan ato ga kabur duluan 😀 sereeemmm
tp Krn Arif gengnya Fandy jd beda
Husein
baru tau, ngobrol sama hantu bs seasik ini, kagak ada takut-takut nya... padahal selain Fandy, mereka bukan indigo kan ya
Husein: iya jg ya... jd terbiasa...
takutnya kan tiba-tiba si hantu menunjukkan sisi gelap, ato justru balik membahayakan..
tp tak ala, ada Fandy 😁 yg ditakuti d dunia gaib👍
DancingCorn: yaa, mau bagaimana lagi
Karena terlalu sering terpapar hal-hal mistis dan ketemu pak Kromo, Mbak Lili, Dek Anis dan Parto juga, bawaannya jadi biasa sama hantu lain.
ini juga, awalnya Fandi dan Parto masih waspada kok
total 2 replies
Husein
makasih kak, udah luangin waktu buat lanjutin ceritanya di sela kesibukan dunia nyata🙏
sehat-sehat ya kak,🤗

selama ini taunya Kunti itu mm perempuan, dan ada yg bilang ga punya muka...
selama ini jg taunya cuma Kunti bjau putih sama Kunti merah...
DancingCorn: terimakasih atas dukungannya (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)..

Iya, kan. tapi Kunti laki memang ada lho 🤫
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!