NovelToon NovelToon
Reborn To Revenge

Reborn To Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:568
Nilai: 5
Nama Author: Lynnshaa

Seorang siswa SMA yang bernama Revan Abigail adalah siswa yang pendiam dan lemah ternyata Revan adalah reinkarnasi seorang Atlet MMA yang bernama Zaine Leonhart yang ingin balas dendam kepada Presdirnya.
Siapakah Zaine Leonhart yang sebenarnya? mengapa Zaine melakukan Reinkarnasi? Rahasia kelam apa yang disembunyikan Presdir itu?
Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lynnshaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - SEKOLAH

Revan terbangun keesokan harinya di kamarnya. Sinar matahari yang masuk melalui jendela membuatnya menyipitkan mata. Kepalanya masih terasa berat, tubuhnya terasa pegal di beberapa bagian.

Sebelum ia bisa sepenuhnya sadar, suara ibunya terdengar.

"Revan!"

Revan menoleh dan melihat ibunya duduk di tepi ranjang, menatapnya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Kamu ke mana aja dua hari ini?!" lanjut ibunya, suaranya bergetar. "Kau tidak pulang, tidak memberi kabar… Ibu hampir menelepon polisi!"

Revan membuka mulutnya untuk berbicara, tapi sebelum ia bisa mengatakan sesuatu, suara lain terdengar dari pintu kamar.

"Bagus. Akhirnya kau bangun," kata ayahnya dengan nada tegas. "Dan sekarang kau bisa bersiap untuk sekolah. Kau sudah bolos dua hari. Jangan harap ada alasan untuk tidak pergi hari ini."

Revan mengerutkan kening. "Tunggu, ayah serius?"

"Apa kau pikir kau bisa terus bolos begitu saja?" Ayahnya melipat tangan di dada. "Kau masih seorang pelajar, dan itu tanggung jawabmu."

Revan ingin berdebat, tapi ia sadar bahwa tidak ada gunanya. Orang tuanya tidak tahu apa yang telah terjadi. Mereka tidak tahu tentang pertarungan yang nyaris merenggut nyawanya, tentang Darius, tentang Robert Marvolo…

Mereka hanya melihatnya sebagai anak biasa yang menghilang tanpa izin.

Revan menghela napas. "Baiklah… Aku akan bersiap."

Ibunya masih menatapnya dengan cemas. "Kau yakin tidak sakit? Kau terlihat pucat."

"Aku baik-baik saja, Bu," jawabnya, mencoba tersenyum tipis.

Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa semuanya belum selesai.

Robert masih ada di luar sana.

Dan Revan harus bersiap untuk apa yang akan datang.

Revan akhirnya bangkit dari tempat tidurnya, tubuhnya masih terasa lelah, tapi ia tahu bahwa menolak hanya akan memperburuk keadaan dengan ayahnya. Ia berjalan menuju lemari, mengambil seragam sekolahnya, dan mulai mengenakannya.

Kemeja putih, celana biru abu-abu panjang, dasi berwarna biru abu-abu yang terasa agak ketat di lehernya—semua terasa begitu biasa, seolah dua hari terakhir tidak pernah terjadi. Seolah ia bukan seseorang yang baru saja menghadapi pertarungan hidup dan mati.

Saat ia melihat pantulan dirinya di cermin, sesuatu terasa aneh. Tatapannya sedikit berbeda. Ada kelelahan, ada sesuatu yang lebih dalam yang sulit ia jelaskan.

Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya.

"Ayo cepat, Revan! Jangan sampai terlambat!" seru ayahnya dari luar kamar.

Revan menarik napas panjang, lalu keluar dari kamar.

Hari ini, ia kembali menjadi siswa biasa. Setidaknya, untuk sementara.

Revan mengenakan seragamnya dengan enggan. Rasa sakit di tubuhnya masih terasa, terutama di bahunya yang sempat terkena pukulan Zaine. Namun, tidak ada pilihan lain—ia harus kembali ke sekolah setelah menghilang selama dua hari.

Ibunya memperhatikannya dengan tatapan cemas saat ia turun ke meja makan. "Nak, kau yakin sudah sehat?"

"Aku baik-baik saja, Bu," jawab Revan, meski tubuhnya masih terasa berat.

Ayahnya, di sisi lain, hanya menatapnya tajam. "Jangan macam-macam lagi. Bolos dua hari hanya karena alasan tak jelas? Jangan sampai terjadi lagi."

Revan mengangguk tanpa membantah. Ia tidak punya energi untuk berdebat.

Di perjalanan ke sekolah, pikirannya melayang ke kejadian yang baru saja berlalu. Darius lumpuh, Zaine hancur, dan semuanya terasa begitu absurd. Tapi yang lebih membingungkan adalah bagaimana semuanya kembali normal begitu saja. Seolah-olah dunia sekolahnya dan dunia yang penuh konspirasi itu adalah dua hal yang sama sekali berbeda.

Saat ia melangkah ke kelas, beberapa teman menoleh ke arahnya.

"Oi, Revan! Lu kemana aja dua hari ini?" tanya salah satu teman sekelasnya, Farel.

Revan hanya mengangkat bahu. "Sakit."

"Alesan klasik," canda Farel.

Revan duduk di kursinya, mencoba fokus ke pelajaran. Tapi pikirannya tetap melayang ke hal lain—tentang eksperimen, tentang tubuhnya yang mulai berubah, dan tentang bagaimana semuanya belum benar-benar berakhir.

Namun, untuk saat ini… ia hanya seorang anak SMA yang harus menjalani harinya seperti biasa.

Saat jam istirahat tiba, Revan berjalan keluar kelas dengan santai, mencoba menikmati suasana sekolah yang terasa jauh lebih normal dibandingkan kehidupannya di luar sana. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama.

"Revan!"

Farel menghampirinya sambil membawa dua bungkus roti di tangan. "Lu mau nggak? Gue beli kebanyakan."

Revan menatap roti itu sejenak sebelum menggeleng. "Nggak, makasih. Lu aja yang makan."

Farel mengangkat bahu. "Terserah lu. Tapi serius, lu kenapa sih dua hari nggak masuk? Ada yang aneh sama lu akhir-akhir ini."

Revan menghela napas. "Gue udah bilang, sakit."

Farel mengernyit. "Tapi lu nggak keliatan kayak orang yang abis sakit. Lebih kayak orang yang abis dihajar."

Revan terdiam. Memang benar, tubuhnya masih terasa pegal akibat pertarungan sebelumnya. Untungnya, tidak ada luka mencolok yang bisa jadi pertanyaan besar.

"Udahlah, gausah kepo," kata Revan akhirnya.

Farel menatapnya sebentar lalu menghela napas. "Terserah lu. Tapi kalau ada masalah, bilang aja. Gue nggak bakal maksa lu cerita, tapi lu taukan gue bisa diandalkan, kan?"

Revan sedikit terkejut mendengar itu. Biasanya, Farel lebih banyak bercanda dan menggoda, tapi kali ini ia terdengar tulus.

"...Iya, gue tau," jawab Revan pelan.

Farel tersenyum kecil, lalu menggigit rotinya. "Baguslah. Sekarang ayo ke kantin. Gue butuh minum buat nelan roti ini."

Revan mengangguk dan mengikuti Farel. Untuk sesaat, ia bisa melupakan semua masalah di luar sana dan hanya menikmati momen sederhana sebagai anak SMA biasa.

Revan berjalan melewati lorong sekolah dengan langkah santai. Setelah beberapa hari penuh kekacauan, kembali ke rutinitas sekolah terasa aneh. Ia masih merasa sedikit lelah, tapi setidaknya hidupnya kembali normal… untuk sementara.

Saat sudah selesai ke kantin, Revan dan Farel berada di kelas, Rafa langsung menyapanya dengan ekspresi penasaran. "Rev, lu kemana aja, sakit ya?"

Revan menggaruk kepalanya. "Iya… kurang enak badan."

Rafa mendecak. "Halah, palingan bolos, kan? Jangan kebanyakan baca buku, makanya."

Revan hanya tertawa kecil, mencoba menghindari pembahasan lebih lanjut. Saat itulah seorang guru masuk dan mengumumkan sesuatu yang mengejutkan.

"Kelas, minggu depan kita akan mengadakan kegiatan luar sekolah. Kita akan pergi ke perkemahan selama tiga hari."

Suasana kelas langsung riuh. Beberapa siswa bersorak gembira, sementara yang lain mengeluh.

Revan menoleh ke Farel. "Perkemahan, ya? Kayaknya bakal seru."

Farel mengangguk. "Asal jangan ada kejadian aneh kayak di film-film horor."

Revan tertawa kecil, tapi dalam hatinya, ia bertanya-tanya. Apakah ini akan jadi momen tenang yang ia butuhkan… atau malah awal dari kekacauan baru?

1
Jing Mingzhu5290
Cepatlah melengkapi imajinasi kami, author!
nasipadangenakjir: bab 7 akan segera update yaa! terimakasih atas dukungannya 🤍
total 1 replies
Yuzuru03
Gilaaa ceritanya!
nasipadangenakjir: terimakasih! 🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!