dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27 kejamnya Calista
Pukul sembilan pagi, mobil Calista nampak memasuki area parkiran rumah sakit.
Dengan tampilan yang begitu memukau wanita cantik yang tahun ini berusia genap 35 tahun itu nampak melangkah dengan penuh keyakinan memasuki area rumah sakit itu.
Wajah Calista benar benar tak menunjukkan usianya sama sekali.
Wanita cantik itu terlihat lebih muda di banding usianya yang sebenarnya.
Apalagi saat ini ia menjadi seorang janda yang kaya raya.
Merawat diri dengan biaya mahal bukan hal yang sulit baginya.
Calista terus melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit.
Saat ini tujuannya hanya satu,
Ruang perawatan Raha.
Pagi tadi assistan pribadi direktur utama rumah sakit ini menghubunginya sebagai wali dari Raha untuk yang kesekian kalinya dan mengabarkan tentang kondisi Raha kepadanya.
Sebenarnya sudah sejak tiga hari yang lalu pihak rumah rumah sakit sudah berusaha menghubunginya.
Namun kondisinya sendiri yang tengah teler dan kacau karena Leon membuatnya mengabaikan kabar itu.
Dan baru hari ini ia baru bisa datang ke rumah sakit ini untuk menjenguk Raha.
Menjenguk ?!
Benarkah ia datang untuk menjenguk ?!
Menjenguk anak tirinya yang memang sudah sejak beberapa hari yang lalu ia mencarinya.
Entahlah....
Apakah kehadirannya di rumah sakit ini memang hendak hanya untuk menjenguk Raha ?!
Seringai jahat terukir di bibir wanita cantik itu.
" aku sangat baikkan sayang.... ?!
Aku datang untuk menjenguk anakmu, semoga usahaku berhasil kali ini.
Aku ingin mempertemukan kalian segera.
Doakan aku...." katanya pelan dengan setengah berbisik dan kaki yang terus melangkah.
Seorang perawat melintas di depannya dan Calista segera bertanya tentang di mana letak ruang perawatan pasien dengan penyakit kanker.
Ia sengaja tidak bertanya pada perawat yang menjaga meja resepsionis di lobi depan tadi demi untuk tidak meninggalkan jejak.
Ia tak ingin keberadaannya di rumah sakit ini terendus siapapun.
Sampai....
Setelah cukup lama berputar putar,
Akhirnya Calista menemukan ruang perawatan Raha.
Sebuah ruang perawatan yang cukup mewah.
Calista mengerutkan keningnya melihat hal itu.
Hatinya berbisik...
Dari mana gadis itu memiliki uang untuk membayar ruang perawatan semewah ini ?!
Pasalnya,
Ia tak pernah menerima notif permintaan persetujuan pencairan dana dari rekening sang suami untuk anak tirinya itu.
Cklek...
Calista kemudian membuka dengan pelan pintu ruangan itu dari luar.
Calista segera masuk setelah pintu terbuka dan mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan.
Sepi...
Tak ada siapapun.
Calista sedikit tak percaya, Raha terbaring sendirian di ruangan itu tanpa ada siapapun yang menemaninya.
Mata Calista menatap Raha yang terbaring tak berdaya di hadapannya sana.
Selang infus menancap pada pergelangan tangannya. sedangkan di hidung gadis itu juga terpasang selang oksigen yang membantu pernafasannya.
Tubuh gadis itu terlihat kurus dan ringkih.
Ada sebuah alat di tubuh Raha yang juga tersambung pada sebuah mesin yang berfungsi sebagai pendeteksi detak jantung, di mana layar monitor alat itu terus berkedip yang menunjukkan kinerja detak jantung Raha saat ini yang nampak lemah.
Tubuh Raha benar benar tak berdaya.
Wajahnya nampak memucat dan bibirnya terlihat kering.
Senyum licik tersungging di bibirnya melihat ketidak berdayaan anak tirinya itu.
" kasihan sekali kau anak tiriku....
Lihatlah tubuhmu yang kurus ini,
Kau terlihat sangat tidak layak untuk hidup.
kenapa kau tidak mati saja dan biarkan aku menikmati harta warisan dan kekayaanmu.
Dengarkan aku sayang....
Hidup ini sangatlah melelahkan dan sangatlah sulit, jadi lebih baik kau pergi saja menemui papamu itu " kata Calista lirih sambil melangkah mendekat kepada Raha yang masih terbaring tak sadarkan diri dengan mata terpejam rapat.
Calista kembali menatap sinis kepada Raha yang terbaring tak berdaya di hadapannya.
Tak ada sedikitpun rasa kasihan di hati Calista untuk gadis ringkih itu.
Apalagi saat ingatannya melayang pada peristiwa pagi itu,
Di mana ia yang memergoki gadis itu bergelung di bawah selimut yang sama dengan Leon tanpa sehelai benang.
Laki laki yang sangat ia cintai.
Calista melipat bibirnya rapat rapat menahan geram.
" sayang...
Izinkan tante Calistamu ini meringankan sedikit bebanmu ya..." Kata Calista dan lagi lagi dengan lirih.
Perlahan wanita itu mengambil tisu di dalam tasnya.
Dengan tisu itu ia kemudian mengulurkan tangannya ke arah wajah Raha.
Calista menarik selang oksigen di hidung Raha.
Calista kemudian mundur beberapa langkah kebelang dengan tatapan mata tetap terfokus pada Raha.
Matanya tak berkedip sekalipun dari sosok Raha.
Satu menit....
Dua menit....
Tak ada reaksi apapun, Raha masih nampak tenang.
Calista pun masih nampak tenang menatap Raha.
Hingga entah di menit ke berapa.
Terlihat senyum mulai terlihat di sudut bibir Calista.
Seiring senyum Calista yang terlihat semakin mengembang,
Wajah Raha mulai terlihat memerah dan semakin merah, perlahan tapi pasti Raha mulai terlihat tersengal.
" nikmati rasa sakit itu sayang....
Rasanya kau pantas merasakan itu, itung itung sebagai penebus dosa dosamu karena telah berani menggoda Leonku..." kata Calista penuh ejekan kepada Raha yang kini terlihat jelas tersengal sengal.
Calista sangat menikmati pemandangan antara hidup dan mati Raha.
Hatinya tergelitik dan rasanya ia sangat ingin tertawa terbahak karena pemandangan itu.
Namun....
Ketika ia tengah sibuk menikmati kesakitan Raha, tiba tiba
Thit thit thit thit.......
Suara mesin pendeteksi jantung yang terhubung dengan tubuh Raha tiba tiba berdecit dan sangat mengejutkan Calista.
Mesin itu terdengar berisik dan memekakkan telinganya.
Calista mendengus kesal,
" sial...
Aku melupakannya...."
Calista mengumpat pelan karena ia lupa akan alat itu. Seharusnya ia juga melepas kan alat itu dari tubuh Raha bersama dengan selang oksigen tadi.
Calista melangkah maju dan berniat mematikan mesin pendeteksi jantung itu.
Tapi....
Brak....
" Raha....Raha...."
Seseorang tiba tiba menerobos masuk dan segera menghambur kepada Raha.
" dokter...tolong cepat kemari " seseorang itu yang tak lain adalah Anthony segera menekan tombol darurat dan memanggil dokter.
Anthony yang memang baru saja datang sangat terkejut ketika ia mendengar suara berisik dari dalam ruangan perawatan Raha hingga ke luar ruangan itu.
Karenanya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu ia langsung masuk begitu saja ke ruangan itu.
Calista perlahan kembali melangkah mundur beberapa langkah kebelakang.
Matanya menatap tajam sosok pemuda yang kini nampak panik melihat kondisi Raha.
Tak lama setelah panggilan itu,
Beberapa orang berpakaian medis nampak masuk keruangan itu.
" astaga...apa yang terjadi ?! kenapa selang oksigen ini bisa terlepas ?! " kata salah satu dari mereka yang baru datang itu.
Orang orang itu pun segera memasang kembali selang oksigen itu.
Dan hal itu tak luput dari tatapan Calista yang saat ini telah berdiri di sudut ruangan.
" aku tidak tahu dokter...
Aku hanya melihat dia di ruangan ini " jawab Anthony sambil menoleh kepada Calista.
Semua orang sontak menoleh kepada Calista.
Calista terlihat pucat.....
Raha bunuh diri?.
waahhh..
Lron harus selalu waspada..
jangan ada benda tajam dekat Raha..
saat ia ingin bersama Raha.
❤❤❤❤❤❤❤
jika diteruskan membuat kakak kurang nyaman..
bisa di end.
tapi mohon ada penyelesaian di tiap konflik antar tokoh..
biar gak penasaran ..
😀😀😀😀😀
mkasi banyak kak udah kadih cerita bagussss...
❤❤❤❤❤❤