Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THIRTEEN
30 menit setelahnya aku sudah siap dengan tampilan sederhana ala Amira. Dengan rambut yang di kepang dari atas ke samping, baju berwarna dark green di padu straight jins dan sepatu kets putih tak lupa slim bag kecil untuk handphone dan dompet Sebagai pelengkap. Beranjak keluar kamar, dan keluar rumah aku dapati Papah dan Mas Fahmi yang tengah bermain catur nampak sangat sengit karena tak menyadari kehadiran ku.
"Mas...? " panggil ku pelan.
Mas Fahmi menoleh, menatap ku dalam diam sebelum tersenyum.
"Udah?" aku mengangguk.
"Ka kalo jalannya di undur aja ya? Papah lagi main catur sama Nak Fahmi" aku mengerjap menatap Papah yang berkata demikian cengo. Aku sudah bersiap rapih seperti ini?
Sedetik kemudian papah tertawa di sambut Mas Fahmi yang juga ikut-ikutan tertawa seolah mengejek ku.
"Papah ihh, udah lah" aku baru hendak beranjak masuk kembali ke dalam rumah kalau saja tangan Mas Fahmi tidak men-cengkal pergelangan tangan ku. Memaksa henti niat ku.
"Papah bercanda ka. Udah sana berangkat. Jangan malem-malem pulangnya. Nak Fahmi titip Ami ya" ku lihat Mas Fahmi mengangguk, menyetujui juga berjanji secara tidak langsung pada papah.
Aku menaiki motor yang di kemudikan Mas Fahmi dengan bantuan uluran tangannya. Setelah dirasa aku sudah duduk dengan aman, Mas Fahmi mulai menyalakan motornya, mengangguk sebentar pada Bapak sebelum mulai menarik pedal gas dan melajukan motor meninggalkan pekarangan rumah.
Entah perasaan ku saja atau memang benar adanya seperti Papah sangat berpihak pada Mas Fahmi dan nampak ikut mengerjai ku seperti yang sering Mas Fahmi lakukan. Entahlah, tapi bagaimana pun itu satu hal yang bagus bukan?
_
Sekarang disinilah kami, duduk di hamparan pasir pantai ditengah hari yang mulai beranjak senja. Mas Fahmi tak berbohong saat dia bilang dia tau daerah sini, aku sudah membuktikannya sendiri bahkan aku yang merupakan orang sini saja tidak tau beberapa tempat yang tadi kami kunjungi, aish memalukan sekali.
"Jadi, dari mana Mas tau daerah sekitar sini?" dia menatap ku lembut. Saat aku mulai bertanya. Memecah keheningan yang semula tercipta dengan obrolan ringan.
"Mas liat di Map. Kebetulan proyek jalan cepat yang lagi saya kerjain di daerah sini. Sekalian cek jalur langsung juga tadi" aku menangguk, pantas saja Mas Fahmi nampak hafal betul daerah yang kami kunjungi tadi.
"Makasih ya Mi, sudah mau nemenin saya selama disini"
"Sama-sama Mas. Saya juga ngucapin makasih sudah di ajak keliling tadi" Mas Fahmi mengangguk, mulai beranjak. Aku mengikuti tanpa kata mungkin sudah waktunya pulang. Tapi kala ku lihat Mas Fahmi yang hanya terdiam dengan pandangan mengarahkan ke depan dimana hamparan laut terbentang aku pun ikut menoleh, menatap matahari yang mulai bergerak turun perlahan. Seiring dengan tangan Mas Fahmi yang menggenggam tangan ku lembut.
Aku memandang genggaman tangan itu dengan seulas senyum kecil sebelum kembali menatap matahari di depan sana dalam diam. Menikmati moment ini perlahan. Membiarkan waktu berlalu sedikit lebih lama ku rasa.
_
Motor yang dikendarai Mas Fahmi sampai di depan rumah ku tepat pukul delapan malam setelah adzan Isya berkumandang.
Aku beranjak turun dari motor, saat suara mesinya mati sempurna, melepaskan helm dan menyerahkannya pada Mas Fahmi yang meletakan benda itu pada spion motor setelahnya ikut beranjak turun, menatap ku sebentar dengan uluran tangan yang perlahan menyelipkan rambut ku yang agak berantakan, dengan seulas senyum indah.