NovelToon NovelToon
Menanti Bahagia Yang Hilang

Menanti Bahagia Yang Hilang

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:97k
Nilai: 5
Nama Author: syitahfadilah

Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.

Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.

Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29~ MAS AIDAN

Setelah merapikan beberapa catatan medis yang tercecer di atas meja, Aidan segera keluar dari ruangannya dengan langkah tergesa-gesa. Tak sabar rasanya untuk segera sampai di toko kue Nayra menjemput Jihan dan Dafa.

Sepanjang langkahnya menyusuri koridor rumah sakit, pikirannya sibuk menerka kenapa Jihan tiba-tiba meminta dijemput. Mungkinkah wanita itu akan mengajaknya ke sesuatu tempat. Ataupun mungkin mengajaknya membicarakan hal serius di rumahnya sambil disuguhi secangkir teh hangat dan roti panggang seperti saat itu. Ah, dia jadi senyum-senyum sendiri membayangkan hal tersebut.

Begitu sampai di lobi, tatapan Aidan tak sengaja tertuju pada seorang wanita paruh baya yang duduk tampak gelisah dan sesekali menoleh ke arah pintu masuk. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya, melainkan wajah pucat wanita paruh tersebut yang juga terlihat meringis sambil mengelus dada.

Meski ia adalah dokter spesialis anak, tapi ia tetap menghampiri wanita paruh baya tersebut. Setidaknya ia bisa bertanya apa keluhannya dan akan mengarahkan ke bagian poli yang sesuai jika seandainya belum mendaftar berobat.

"Maaf, apa Ibu sedang berobat ?" tanya Aidan.

Wanita paruh baya itu menoleh, sejenak ia menatap pria dihadapannya lalu menunjukkan plastik obat ditangannya. "Sudah, saya sedang menunggu anak saya yang katanya akan menjemput tapi sudah sore begini belum datang juga."

"Memangnya tadi Ibu kesini sama siapa?" tanya Aidan lagi.

"Sendirian." Wanita paruh baya itu menunduk. Ia kehabisan uang untuk berobat dan makan di kantin tadi. Sudah menelpon anaknya, namun sudah tiga jam ia menunggu tapi tak kunjung datang. Sebenarnya ia bisa saja pulang dengan taksi dan akan membayar setelah sampai. Tapi ia khawatir menantunya tidak ada di rumah, terlebih telponnya tidak diangkat. Sekarang menantunya itu yang mengendalikan keuangan, ia hanya dapat jatah tak seberapa tiap bulannya. Berbeda dengan menantun pertamanya dulu, anaknya sendiri yang mengatur keuangan dan ia bebas meminta uang kapan saja.

"Coba Ibu telepon anaknya sekali lagi,"

Wanita paruh baya tersebut pun mencoba menghubungi anaknya lagi, raut kecewa tercetak jelas di wajah pucat nya ketika hanya suara operator yang terdengar. "Gak aktif," ucapnya lirih.

Aidan menghela nafas, ada rasa tak tega dihatinya jika meninggalkan wanita paruh baya itu dalam kebingungan seorang diri. Ia bisa saja memberikan ongkos pulang, tapi bagaimana jika terjadi sesuatu di jalan melihat wajahnya yang pucat. Nalurinya sebagai seorang dokter jelas tak akan tega membiarkan itu terjadi.

Ia melirik jam tangannya, sekarang baru jam tiga sore sementara seharusnya ia menjemput Jihan jam 5 sore. Datang cepat hanya untuk berlama-lama bersama wanita pujaannya itu.

"Em, bagaimana kalau saya antarkan Ibu pulang?" tawarnya setelah berpikir. Ada baiknya ia membantu ibu tersebut lebih dulu.

"Gak usah, Nak. Saya gak mau merepotkan, mungkin sebentar lagi anak saya juga datang. Saya bisa maklum dia sedang sibuk di kantor dan hapenya mati mungkin karena lagi rapat sama bos-nya."

"Gak merepotkan kok, Bu, saya nggak lagi terburu-buru. Ibu sudah cukup lama menunggu... ."

"Bu, ayo pulang!"

Aidan menoleh ke asal sumber suara, matanya memicing menatap pria yang kini telah berdiri di sampingnya, seperti pernah melihatnya.

"Fahmi, akhirnya kamu datang juga, Nak." Wanita paruh baya yang tak lain adalah bu Neny itu beranjak dari tempat duduknya.

"Ini anak saya, kalau begitu kami pamit dan terima kasih tadi sudah menawarkan tu... ."

"Bu, ayo buruan!" potong Fahmi. "Aku masih harus balik ke kantor! Lagian Ibu ada-ada saja pake kehabisan duit segala. Seharusnya minta lebih sama Windy sebelum ke rumah sakit." Ia melirik pria dihadapan ibunya kemudian mengayun langkah meninggalkan keduanya.

"Buruan, Bu!" serunya dengan nada kesal.

Bu Neny pun segera menyusul anaknya itu dengan langkah sedikit lunglai. Melihat itu Aidan merasa prihatin, anaknya terlihat tak begitu peduli. Apalagi nada bicara pada ibunya tadi tak menunjukkan rasa hormat. Miris sekali.

"Oh iya, aku baru ingat. Laki-laki tadi yang beberapa hari lalu aku tabrak," gumam Aidan setelah berhasil mengingat dimana ia pernah bertemu pria itu. Ternyata memang begitu wataknya. Tak heran hari itu ia dimaki-maki meski sudah meminta maaf, pada ibunya sendiri pun seperti itu. Tak ada sopan santunnya.

.

.

.

Sesampainya di toko kue Nayra, Aidan tak langsung menemui Jihan meskipun ia ingin sekali bertemu. Ia hanya memperhatikan wanita itu sebentar yang masih melayani pembeli, kemudian masuk ke dalam menemui kakak sepupunya.

"Om Dokter," panggil Dafa yang sedang bermain bersama Adiva, anak lelaki itu terlihat sangat senang melihat kedatangan Aidan.

Aidan melambaikan tangannya pada Dafa, lalu duduk samping Rian yang sedang mengecek laporan keuangan bengkel di ponselnya.

"Wih, banyak tuh. Boleh pinjam gak buat lamaran?" canda Aidan yang sepintas melihat nominal pendapatan bengkel Rian.

Rian terkekeh. "Memangnya sudah diterima?" tanyanya dan menoleh sekilas menatap Aidan.

"Belum sih." Aidan mengulum senyum. "Tapi apa menurut Mas Rian aku bakal diterima?"

"Ya mana Mas tahu, memangnya Mas peramal." Rian mengangkat bahu.

"Tadi siang Jihan telepon, dia minta dijemput sore ini. Padahal, dia selalunya mau nolak tiap kali aku tawarkan tumpangan pulang."

"Wah, itu tanda-tanda kayaknya." kata Rian.

Aidan tersenyum. "Tanda-tanda aku bakal diterima... ."

"Jadi sekedar teman aja." potong Rian yang sontak membuat senyum Aidan seketika pudar.

Rian tergelak melihat ekspresi Aidan, "Makanya sebelum pergi nanti sama Jihan, sana sholat Dhuha dulu biar keinginan kamu terkabul," candanya.

Aidan memutar bola matanya, " Sholat Hajat, Mas. Lagian mana ada sholat Dhuha udah sore begini."

"Mas kira jatuh cinta bakal buat kamu jadi gak waras, Alhamdulillah kalau masih waras." Rian semakin tergelak. "Tapi ada kemungkinan juga Jihan mau memberikan jawaban atas niat baik kamu. Coba deh pikir, kenapa dia harus membuat kamu repot dengan meminta di jemput. Jarak dari rumah sakit kesini lumayan jauh, padahal dia sudah pindah ke kontrakan yang gak seberapa jauh dari sini."

Senyum Aidan kembali mengembang, tadi ia sama sekali tidak terpikirkan akan hal itu.

Tiba waktunya toko tutup, Aidan segera keluar untuk membantu Jihan beres-beres. Wanita itu cukup terkejut melihat keberadaan Aidan yang tiba-tiba, ia tidak tahu bawah pria itu telah datang dari satu setengah jam yang lalu.

"Kamu tadi minta dijemput, memangnya mau kemana?" tanya Aidan setelah baru saja selesai membantu Jihan.

"Apa Mas Aidan gak keberatan kalau kita ke Taman sebentar?".

Aidan tercengang. Kedua matanya bahkan sampai tak berkedip menatap Jihan. Apa ia tidak salah dengar? Baru saja Jihan memanggilnya dengan sebutan 'Mas Aidan' bukan dokter seperti biasanya. Dan apa tadi katanya? Pergi ke taman? Ah, so sweet nya. Rasanya ia ingin jingkrak-jingkrak saking senangnya.

"Em, maksudnya kita bertiga. Saya, Dafa dan Mas Aidan." ralat Jihan yang mengartikan ekspresi terkejut Aidan mungkin karena mengira ia hanya mengajak pergi berdua.

1
Ilfa Yarni
aduh Jihan km bikin orang jantungan aja pagi2 pergi ga bilang2
Adelia Rahma
wah..kok aneh ya.. hilang tiba tiba..
terus kembali juga tiba tiba...
duh Nur bikin penasaran aja deh
Adelia Rahma: sarapan bubur tuh dia haha🥰🥰🥰
Nurlinda: Mbak Jihan habis ke pasar subuh 🤭
total 2 replies
Eva Karmita
Alhamdulillah syukurlah Jihan udah balik aku kira Jihan benar" pergi tak tau nya Jihan lagi jogging mau nenangin diri 🤪🙈🤣🤣🤣
Nurlinda: Jihan habis dari pasar subuh /Hey/
total 1 replies
Heri Wibowo
Teteh Nur nih bikin sport jantung aja, kok tiba-tiba Jihan bisa hilang.
Nurlinda: ke pasar subuh dia wkwkw
total 1 replies
Dwi Rustiana
bang Rian pagi2 dah bkin orang jantungan aja istri org pake diumpetin segala kalo mau balas dendam entar ke neng Fio ya 🤣🤣🤣
LANY SUSANA: Jihan habis kemana ya? pagi2 udah pergi dan br pulang siang/ sore
ayok Aidan km dokter ya, yg gercep tuh test DNA bayi Iren
Nurlinda: ngadem kemana coba subuh-subuh /Hey/
total 4 replies
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
hayo Jihan pergi kemana......kata emak mah kepasar dah ......hehe
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜: iye pasar subuh Senen nyari lemper tor 😃
Nurlinda: ke pasar subuh wkwkwk
total 2 replies
Sugiharti Rusli
pergi ke mana si Jihan sepagi itu sebenarnya yah🤔🤔🤔
Nurlinda: ke pasar subuh 😂
total 1 replies
Dwi Rustiana
hadech makanya jadi laki yang tegas Ai jangan plin plan gitu itu baru digampar Ama neng Fio belum sampe dibonyokin 🤭🤭🤭
Dwi Rustiana: anaknya Mak Nur itu
Nurlinda: anak siapa gitu loh 😎😎😎
total 2 replies
Sugiharti Rusli
apa yah kira" yang mama Kiara sampaikan ke Jihan tadi,,,bukan mama Denis yah🤭🤭
Nurlinda: wkwkw typo 🙈
total 1 replies
Adelia Rahma
yah nunggu sore lagi nih .. sambungan nya..
nur lagi bikin teka teki nih kek nyaa☺️☺️
kaylla salsabella
ayo papa Denis buat tes DNA
Elena Sirregar
tukang selingkuh. ngapain lagi mau sama Iren, ambil anaknya emak jangan
Rhya Rhadyllah
semoga bukan anakx aidan
Rhya Rhadyllah
semoga bukan anakx Aidan..
Heri Wibowo
tindakan Iren yang tiba-tiba datang memang sungguh mencurigakan.
yellya
semoga kak nurlinda berbaik hati pada aidan 😁😁
Nanik Arifin
semua berawal dari mabuk. tak bisakah klo sd ada masalah tak lari ke mabuk di club ?
jika tak mau tes DNA, jangan percaya Iren & mau tanggung jawab
holipah
klw tes DNA itu jngan ribut2
Ilfa Yarni
udah buruan tes DNA m kan dokter to jgn sampe kecolongan ya km lakukan tanpa sepengetahuan wanita jalang itu
Aditya HP/bunda lia: lakukan di rumah sakit lain juga diam2 buat antisipasi kalo ada yang sabotase
total 1 replies
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
ya lah ngapain tanggung jawab sama iren ....wong die selingkuh ....selamat malam Minggu otor .....di temani kopi Nescafe n dimsum ...wedeh mantapppp
Nurlinda: selamat malam Minggu. wah mantap itu, aku malam Minggu malah menggigil. ini habis dikerokin paksu huhuu
LANY SUSANA: lanjut Thor... Aidan km. kan dokter ayok test DNA diem2 ya, takutnya Iren curang memanipulasi hasilnya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!