Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Setelah bel pulang berbunyi, Retta segera beranjak dari tempat duduknya. Dia segera berjalan keluar kelas tak menghiraukan panggilan Abel. Dia berjalan cepat keluar gerbang sekolah menuju halte bus di dekat perempatan. Disana, Vanno sudah menunggunya.
Dilihatnya beberapa adik kelas perempuan berdiri tak jauh dari Vanno sambil berbisik-bisik.
Retta berjalan mendekat dan segera menyapa Vanno. “Sudah lama?” Tanyanya ketika sudah berada di samping Vanno. Vanno menoleh sekilas. “Belum,” jawabnya, “Ayo naik.” Lanjut Vanno sambil memindahkan tasnya ke depan tubuhnya. Retta segera naik ke atas motor Vanno.
Ketika baru berjalan beberapa menit, Vanno melihat seseorang dari spion motornya. Vanno hafal benar siapa pemilik motor tersebut. Vanno menoleh kepada Retta sambil berkata, “Agak geser ke depan, pegangan yang erat. Aku mau ngebut.” Perintahnya.
Belum sempat Retta merespon, Vanno sudah memutar gas motornya dengan kuat. Seketika Retta berteriak karena terkejut. Karena takut jatuh, Retta segera menggeser tubuhnya agar menempel di punggung Vanno.
Grep.
Retta memeluk tubuh Vanno dari belakang dengan erat. Bahkan, sekarang nyaris tidak ada celah antara tubuh Retta dan Vanno. Vanno sangat terkejut merasakan squishy Retta menempel di punggung Vanno dengan erat. Bahkan, Vanno bisa merasakan benda itu bergesekan dengan punggungnya ketika motor berusaha untuk menyalip di kanan kiri kendaraan atau berbelok.
Seketika tengkuk Vanno meremang. Tubuhnya seperti dialiri aliran listrik ribuan volt. Dia melirik ke bawah. Dan, aarrgghh sial. Umpatnya dalam hati. Dia merasakan Vj sudah mulai bereaksi. Dia membelokkan motornya ke jalan kecil setelah pos polisi. Dia ingin menghindari kejaran motor yang mengikutinya.
Vanno belum menurunkan kecepatan motornya. Setelah dirasa cukup aman, Vanno segera membelokkan motornya ke jalan utama kembali dan menuju rumah. Dua puluh menit kemudian, Vanno dan Retta sampai di rumahnya. Retta segera turun dari motor Vanno. Sementara Vanno segera memasukkan motornya ke garasi.
Retta segera mengambil baju ganti dan membersihkan diri di kamar mandi. Dia selalu membawa baju ganti sekalian jika mandi. Sementara Vanno pergi ke dapur untuk mengambil air minum, tenggorokannya terasa kering.
Setelah cukup hilang dahaganya, Vanno melangkahkan kaki ke kamar tidurnya.
Ceklek.
Seketika pintu kamar terbuka bersamaan dengan Retta yang keluar dari kamar mandi. Manik mata keduanya saling bertemu. Retta segera mengalihkan pandangannya, begitu juga dengan Vanno.
Ketika Retta hendak keluar kamar, Vanno menghentikannya. "Eehhmmm, maaf untuk yang tadi. Aku nggak bermaksud membuatmu takut." Kata Vanno.
"I-iya, Mas. Se-sebenarnya bukan takut, cuma kaget."
Alis Vanno terlihat mengerut, pertanda dia sedang menimang sesuatu. "Kamu sudah biasa ngebut di jalan?" Tanyanya.
"Bu-bukan begitu. Tapi, pernah ngebut, sedikit tapi," jawab Retta ketika melihat manik mata tajam Vanno.
"Dibonceng?" Tanya Vanno kemudian.
Sebagai jawaban, Retta hanya bisa mengangguk. Vanno sedikit terkesiap mengetahui Retta pernah kebut-kebutan, meski dibonceng.
"Dibonceng siapa?"
Retta terlihat kebingungan menjawabnya. Dia masih diam membisu.
"Siapa?" ulang Vanno.
"I-itu, mas Andre. Dia temanku di sekolah, waktu itu kami harus kerja part time selama satu bulan penuh setelah pulang sekolah. Karena waktu mepet kami sering ngebut. Bahkan dulu kecepatan motor kami hampir 150km/jam." Jelas Retta.
Vanno hanya membulatkan mata mendengarkan penjelasan Retta. Bukan masalah kecepatan motor yang jadi fokusnya. Dia melirik dada Retta, benda squishy itu pasti akan menempel erat di punggung temannya.
Aaarrgghhh.. Sial. Geram Vanno.
Retta ketakutan, dia berpikir jika Vanno marah karena dia pernah ngebut. "Jangan coba-coba berani dibonceng laki-laki lain selain suamimu." Kata Vanno.
Retta segera mengangguk mantab. Setelah itu, Vanno segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
\=\=\=\=\=
Masih ada yang nungguin nggah nih..