Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perang Terakhir dan Kehancuran Morvath
Bab 14: Perang Terakhir dan Kehancuran Morvath
Dataran Kegelapan seakan menghitam semakin dalam, udara terasa lebih tebal, seolah dunia ini sedang menahan napas. Kael, Liora, Finn, dan Eldrin kini telah menguasai kekuatan Relik Sang Pencipta, tetapi meski kekuatan itu sangat besar, mereka tahu bahwa ujian terakhir mereka baru saja dimulai. Morvath, sang penguasa kegelapan, menunggu di ujung perjalanan mereka.
“Ini adalah saatnya,” kata Kael, menatap jarak yang terbentang luas di depan mereka. “Kita sudah dekat dengan Morvath. Ini bukan hanya tentang kekuatan kita, tapi tentang seberapa besar kita bersedia untuk berkorban.”
Liora menggenggam busurnya dengan erat. "Kita tidak bisa mundur sekarang. Semua yang kita perjuangkan, semua yang telah kita korbankan, harus berakhir di sini."
Finn mengangguk. "Morvath harus dihentikan. Kegelapan ini sudah terlalu lama menguasai dunia."
Eldrin menatap Kael dengan ekspresi yang serius. “Kalian sudah siap untuk menghadapi Morvath. Tapi ingat, Relik ini memberi kalian kekuatan, namun juga ujian. Kekuatan ini bisa mengubah takdir dunia, tetapi bisa juga menghancurkannya jika kalian tidak berhati-hati.”
Kael menarik napas dalam-dalam. “Tidak ada jalan mundur. Kita sudah melewati banyak rintangan. Kita akan mengakhiri semua ini.”
Perang Terakhir di Kastil Morvath
Kastil Morvath menjulang tinggi di kejauhan, bayangannya menutupi cahaya dari bulan purnama. Sebuah benteng yang dilindungi oleh kekuatan kegelapan yang tidak terbayangkan, namun bagi Kael dan timnya, itu adalah tujuan akhir. Mereka melangkah maju, menembus kegelapan yang menghalangi jalan mereka, menanggalkan rasa takut yang menguasai hati.
Saat mereka memasuki wilayah kastil, suara langkah mereka terdengar seperti gemuruh di ruang kosong. Udara dingin menyelimuti mereka, dan kekuatan sihir Morvath mulai terasa semakin kuat. Eldrin menatap ke sekeliling dengan kewaspadaan. "Kegelapan ini semakin pekat. Morvath tidak akan membiarkan kita dengan mudah mencapai pusat kastil."
Namun, Kael tetap maju dengan tekad. "Kita harus terus melangkah. Morvath harus dihentikan sekarang."
Begitu mereka memasuki ruang utama kastil, Morvath muncul di hadapan mereka, berdiri dengan tubuh tinggi besar dan mata yang menyala merah menyala. Aura kegelapannya menyelimuti ruangan seperti kabut hitam yang menekan dada. Senyuman jahat terlukis di wajahnya, menatap Kael dan kawan-kawannya dengan penuh ejekan.
“Ah, akhirnya kalian datang juga,” kata Morvath dengan suara rendah yang menggetarkan. “Kalian datang untuk menghentikan saya? Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan saya. Kegelapan ini sudah menguasai dunia, dan kalian tidak akan pernah bisa merebutnya dariku.”
Kael mengangkat pedangnya, Aether bersinar terang, memancarkan cahaya yang bersaing dengan kegelapan Morvath. “Kegelapanmu tidak akan bertahan selamanya, Morvath. Relik Sang Pencipta sudah ada di tangan kami. Kekuatan ini akan mengakhiri semuanya.”
Morvath tertawa, suara tertawanya bergema di seluruh kastil. “Relik itu hanya alat, Kael. Kalian hanya alat di tangan Sang Pencipta. Kalian berpikir bahwa dengan kekuatan Relik itu, kalian bisa menghentikan saya? Kalian hanya manusia, kalian tidak tahu apa yang sesungguhnya kalian hadapi.”
Liora menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan busurnya. “Kami tidak peduli dengan kata-kata kosongmu, Morvath. Kami datang untuk menghentikanmu, dan itu yang akan kami lakukan.”
Finn mengangkat tangan, memfokuskan energi petirnya. “Kekuasaanmu tidak akan bertahan lama. Kami sudah siap untuk melawan.”
Dengan satu gerakan tangan, Morvath mengeluarkan gelombang energi gelap yang begitu kuat, memaksa mereka mundur. Kael terjatuh ke belakang, tetapi segera bangkit dengan tekad yang lebih besar. “Kita tidak bisa mundur. Kita harus berjuang.”
Liora menembakkan panah cahaya, namun Morvath menangkisnya dengan mudah, mengubah bayangannya menjadi sebuah penghalang yang menyerap energi sihir. “Kalian tidak akan pernah menang,” katanya dengan penuh keyakinan. “Semua yang kalian coba lakukan, sudah terlambat.”
Namun, Kael tahu ini adalah pertarungan terakhir. "Kita harus bekerja sama," serunya. "Jangan biarkan dia memisahkan kita."
Eldrin mengangkat tangan dan menggunakan sihir penyembuhan, memulihkan kekuatan mereka yang sempat tergerus. “Bersatu adalah satu-satunya cara. Tidak ada yang bisa menghentikan kita jika kita bertarung bersama.”
Pertempuran Epik Melawan Kegelapan
Pertempuran di ruang utama kastil itu begitu sengit, kekuatan dari kedua belah pihak saling bertubrukan dengan dahsyat. Morvath menggunakan sihir kegelapan untuk menyerang mereka, mengirimkan bola energi hitam yang meledak ketika menyentuh apapun. Setiap serangan dari Kael dan timnya selalu dibalas dengan gelombang kekuatan yang lebih besar dari Morvath, namun mereka tidak mundur. Pedang Aether yang Kael genggam semakin bersinar terang, menerangi seluruh ruangan.
Liora dan Finn saling melindungi satu sama lain, melepaskan serangan serentak dengan sihir cahaya dan petir yang menghantam Morvath. Setiap kali Morvath menyerang dengan gelombang gelapnya, mereka bergerak cepat, menghindar dan menyerang balik.
Kael tahu mereka harus menghentikan Morvath sekarang, atau dunia ini akan hancur. "Liora! Finn! Eldrin! Sekarang!" serunya.
Mereka bekerja sama, melepaskan serangan gabungan yang terakhir. Liora mengalirkan kekuatan cahaya melalui busurnya, Finn melepaskan petir dengan kekuatan maksimal, dan Eldrin menciptakan perisai pelindung yang memperkuat serangan mereka. Kael mengangkat pedangnya, mengarahkan serangan terakhir pada titik lemah Morvath.
Dengan satu serangan gabungan yang luar biasa kuat, pedang Aether menghantam tubuh Morvath, menghancurkan kegelapannya dan menyerap kekuatannya yang sudah terkumpul selama berabad-abad. Morvath berteriak dalam kesakitan, tubuhnya meledak menjadi semburan kegelapan yang menghilang ke udara.
Namun, begitu Morvath hancur, sebuah suara terdengar di benak Kael. “Kegelapan tidak akan pernah hilang sepenuhnya. Ia akan selalu ada, bersembunyi dalam hati manusia.”
Kael terdiam, merasakan peringatan itu menghantam hatinya. Kegelapan memang telah dihentikan, tetapi pertempuran melawan kegelapan yang ada dalam diri setiap manusia masih harus terus berlangsung.
Kemenangan dan Pengorbanan
Mereka berdiri di tengah reruntuhan kastil, nafas mereka terengah-engah, namun ada perasaan lega yang menyelimuti mereka. Dunia mungkin telah diselamatkan, tetapi jalan mereka belum sepenuhnya berakhir. Kael menatap Relik Sang Pencipta yang kini ada di tangannya. Ia tahu bahwa kekuatan ini memiliki potensi yang besar, tetapi juga bahaya yang mengintai jika disalahgunakan.
"Morvath telah hancur," kata Kael, suaranya penuh kelegaan. "Namun, perjalanan kita belum selesai."
Eldrin menatapnya dengan serius. "Kalian sudah melewati ujian terbesar. Dunia ini kini ada di tangan kalian. Apa yang kalian lakukan dengannya adalah keputusan kalian."
Dengan penuh kebijaksanaan, Kael meletakkan Relik itu ke tanah, memutuskan untuk tidak menyalahgunakan kekuatannya. Dunia ini, yang telah terpisah oleh kegelapan, kini diberi kesempatan kedua untuk berkembang.