NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kencan Tertunda

Jam tujuh pagi! Bisa-bisanya Laras bangun kesiangan. Ah, pasti sebentar lagi Aksa menggedor pintunya. Atau, bahkan mengomelinya karna belum bersiap.

Karna khawatir gak keburu waktu, Laras hanya menggosok gigi dan mencuci wajah. Tidak sempat mandi. Make-up pun hanya sekedarnya. Yang penting wajahnya gak terlalu lusuh.

Gadis itu terburu menuruni tangga. Bahkan, dia gak sadar melewati Aksa yang berdiri di tengah pintu kamarnya memperhatikannya. Terheran melihatnya yang berlarian.

"Loh, tumben Aksa belum di meja makan?" gumamnya, menyatakan keheranannya melihat kursi Aksa masih kosong. Jangan bilang dia ditinggal, ish!

Suara derap langkah mengalih perhatiannya. Mulutnya terperangah mendapati sosok yang tengah meniti anak tangga itu. Aksa kok belum siap? Malah cuma pakai kaos pendek dan celana panjang rumahan. Penampilannya santai. Tatapan Laras mengikuti sampai Aksa duduk di kursinya.

"Lo ... Gak kerja?" tanyanya, keheranan.

Gantian Aksa yang mengerutkan dahi.

"Kamu sendiri? Ada lemburan?" Aksa bertanya balik. Jelas saja dia heran melihat Laras yang terburu-buru tadi. Ditambah, penampilannya yang sudah rapi. Yah, meski gak serapi biasanya.

"Lemburan apa sih, ya kerja lah."

Aksa mengangguk. "Oke. Aku antar."

"Lah, memangnya lo gak ke kantor?"

Aksa menggeleng. "Ngapain minggu ke kantor. Waktunya istirahat."

Laras melotot. "A-apa? Sekarang minggu?" menelan saliva kasar.

Aksa mengangguk. Mengambil gelasnya, meneguk susu hangatnya. Dia terlihat begitu santai.

Laras menggaruk pelipisnya. Sialan, dia sudah terburu-buru sampai gak sempat mandi, eh ternyata hari minggu. Lelucon macam apa ini.

"Sarapan. Nanti keburu kesiangan," ujar Aksa, melihat Laras justru manyun.

"Gak jadi," ketus Laras, bete.

"Loh, kenapa? Aku antar, tenang saja."

Laras mendengkus. "Hari minggu, ngapain ke kantor."

Aksa mengerutkan dahinya. Sesaat kemudian tertawa.

"Ngapa? Ngetawain gue, lo?" ketus Laras. Dia lagi kesal loh.

Aksa kembali tersenyum. Tangannya bergerak mengambil piring kosong di depan Laras. Mengisinya dengan nasi, menyodorkan kembali ke depan gadis itu.

"Dibilang gue gak jadi ke kantor, kok," ujar Laras, ketus.

"Gak papa. Sarapan dulu. Setelah ini kita pergi."

Laras menyipitkan matanya. Kemana?

"Habiskan dulu sarapannya, nanti juga tahu," ujar Aksa, menyahuti kode pertanyaan Laras.

Karna lapar, Laras mengambil piringnya, mengisinya dengan lauk. Perutnya meronta minta diisi. Wajar saja, semalam dia melewatkan makan malam karna tertidur.

Setelah makan, Aksa mengajaknya berangkat, tapi Laras menolak. Dia aja belum mandi. Lagian, kali ini gak perlu terburu-buru, kan? Dia ada waktu untuk memanjakan tubuhnya.

Mematut wajahnya di depan cermin, Laras sempat bimbang. Memilih pakaian yang cocok. Ajakan Aksa kali ini, bisa dia kategorikan sebagai kencan, kan? Kapan lagi Aksa meluangkan waktunya untuk jalan berdua. Bi Imah saja bilang, selama ini Aksa gak pernah me time berdua dengan Bunga. Aksa selalu sibuk dengan urusan kantornya, dan jarang di rumah. Termasuk, hari minggu sekalipun. Entah beneran kerja, atau kencan dengan si Lila, cewek uler nyebelin itu.

Ah, Laras baru sadar. Terakhir kali Aksa pulang telat waktu itu. Setelah itu Aksa selalu pulang on time. Juga tidak pernah keluar kecuali jam kerja. Dan Lila juga gak pernah mengiriminya pesan, hanya waktu itu. Apa jangan-jangan usahanya sudah berhasil? Aksa sudah menyukainya? Ralat, maksudnya menyukai Bunga. Seulas senyum tipis terbit di bibirnya.

"Haish! Gue mikir apa sih," gerutunya, menepuk kepalanya pelan.

Tanpa memberesi kamarnya yang bertebaran baju-baju gagal pake, Laras gegas keluar. Cukup lama juga dia mandi sekaligus dandan. Dua jam lebih.

"Gue udah siap."

Aksa menoleh. Netranya mengamati gadis di depannya itu lekat. Lantas tanpa berkomentar apa-apa, melangkahkan kakinya, menuju mobil yang sudah siap terparkir.

Laras justru meraba wajahnya, dan mengamati penampilannya lewat kamera ponsel.

"Perasaan udah cantik, kok dia diam aja. Minimal muji, kek," menggerutu. "Gak ngehargain gue yang udah capek-capek dandan," tambahnya, kesal.

"Hey, masih disini. Ayo."

Aksa nongol, balik lagi. Menghampiri Laras, dan menggandeng tangan gadis itu. Dengan bibir manyun, namun menahan senyam senyum, Laras menyeimbangkan langkah pria di sebelahnya.

.

.

"Mau kemana sih?"

Rasa kesalnya sudah menguap, gara-gara digandeng Aksa tadi. Penasaran juga, kemana kembaran Elsa akan membawanya pergi.

"Jalan-jalan," sahut Aksa singkat. Tanpa menoleh ke arah si penanya.

"Ya tahu kali, kalau mau jalan-jalan. Tapi minimal tahu tujuan lah. Google maps aja butuh tempat tujuan biar bisa jalan."

Aksa tersenyum tipis. Tak menyahut. Tetap melajukan mobil tanpa mengatakan tujuannya.

Hingga, Mobil membelok ke area mall. Sontak Laras menengok ke Aksa. Jalan-jalan itu maksudnya shoping?

Aksa memarkirkan mobilnya di area parkir. Setelah itu mobil benar-benar berhenti, Aksa melepas sealbeltnya.

"Ayo," ajaknya, melihat Laras masih diam saja. Dia bergerak hendak melepas sabuk pengaman Laras, tapi gadis itu buru-buru menepisnya.

"Gue bisa sendiri."

Aksa mengangguk.

Tingginya hanya sepundak agak ke bawah dari tinggi Aksa. Wajar saja, kalau dia lumayan kesulitan menyeimbangkan langkah kaki kecilnya dibanding langkah lebar Aksa. Tadi Aksa hendak memegang tangannya, tapi dia langsung menolak. Merasa aneh saja dengan sikap Aksa. Dan sekarang dia yang agak kesulitan menyeimbangkan langkahnya.

Melewati toko-toko berbagai brand, tapi Aksa sama sekali gak berhenti. Melewatinya begitu saja. Pria itu baru berhenti saat hendak menaiki eskalator. Itu pun karna menunggu dirinya yang ketinggalan langkah. Dua kali eskalator, dan sekarang di lantai tiga. Laras terkesip, menyadari lantai tiga adalah bioskop. Dia teringat tiket film dari Aksa yang dia buang di tong sampah. Jangan bilang Aksa akan menanyakan tiketnya. Tapi di luar dugaan, Aksa menyodorkan dua lembar tiket ke penjaga. Aksa beli lagi? Tiket yang kemarin, gak mungkin. Sudah masuk tempat sampah. Laras hanya diam memperhatikan Aksa, yang kini menerima popcorn dan minuman.

"Mau yang lain?" tawar Aksa.

Laras menggeleng. Menerima popcorn dan soft drink bagiannya.

"Kalau mau, aku pesankan."

"Enggak. Ini aja."

Aslinya dia malu. Waktu itu nolak, eh malah sekarang di bioskop.

Aksa mengangguk. Tapi ternyata dia tetap memesan menu lain. Setelah itu mereka masuk ke dalam. Tempat duduk mereka tiga dari kursi paling depan.

Film belum di putar. Exhuma. Film Korea yang tengah populer dan dalam kurun waktu kurang dari dua pekan berhasil menarik satu juta lebih penonton untuk tayangan perdananya. Wajar sih, jalan ceritanya menarik dan tak biasa. Berkisah tentang supranatural, upacara perdukunan, dan tradisi yang berkaitan dengan masa lalu negara yang traumatis. Ditambah, diperankan oleh aktris Kim Go Eun, dan Lee Dohyun, yang sudah bisa dipastikan akting mumpuni dan totalitasnya itu.

Laras melirik Aksa. Kira-kira apa gak jantungan si Aksa, nonton film yang supranaturalnya bahkan kerasa sampai ke penontonnya. Berdasar review dari yang pernah nonton aja, film ini magisnya kuat banget. Sedangkan Aksa, setan bohongan aja dia takut. Bisa-bisanya ngide beli tiket Exhuma. Untuk saat ini, Aksa masih memasang wajah cool-nya. Entah kalau nanti.

"Lo beneran mau nonton?" tukas Laras, meyakinkan.

Aksa mengangkat alisnya. Tanda mengiyakan.

"Gak takut? Ini horor loh."

"Halah. Palingan biasa saja. Wajah pemainnya gak ada yang serem.  Hantu paling mengerikan itu cuma di Indonesia. Di luar negeri kurang variasi," ujarnya enteng. Menaikkan sebelah alisnya, remeh.

Ooh, jadi survey-nya hanya karna wajah pemainnya kurang serem?

Hmm ...

Laras menyeringai tipis. Menyepelekan. Don't judge a book by it's cover, kalau orang bilang. Oke, kita lihat, sejauh mana Aksa bertahan.

Lampu di matikan. Dan layar menyala. Film di putar. Sekali lagi, Laras melirik Aksa. Wajah Aksa masih tenang, penuh percaya diri. Gadis itu menyungging senyum miring. Sebentar lagi ....

.

.

1
kuncayang9
keren ih, idenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!