NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:653
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Blind Date

Sementara semua orang yang berada di gudang Ws agak terkejut melihat Rachel yang tiba-tiba muncul dengan masker mulut dan matanya yang sedikit merah. Semuanya diam, tidak ada yang bertanya, semuanya bertingkah biasa saja agar tidak melukai harga diri Rachel.

"Ra.... ".

"Ahh ASW.... ", kesal Rachel dalam hati, suara syaland yang sama sekali tidak ingin ia dengar lagi.

"Kamu kenapa? Tadi ngga papa kenapa tiba-tiba pakai masker? Kamu sakit?", Samuel panik.

"Saya tidak apa-apa pak Samuel.", jawab Rachel datar dan meneruskan pekerjaannya.

"Ra, beneran kamu ngga papa?". Mendekat dan hendak menyentuh Rachel.

"Pak... ", seru Kris mencegahnya.

Samuel menaikkan satu alisnya bingung tapi ia menurut, lalu tidak lama kemudian ia pergi setelah menerima telepon.

Bahkan ketika jam makan siang pun Rachel kelihatan lebih diam dari biasanya, dan semua orang yang di meja yang sama bersamanya juga orang yang sama dengan yang di grup chat itu paham sekali. Karena keyakinan mereka sama Rachel dimarahi habis-habisan karena salah kirim file, sedangkan Rachel sendiri juga bingung Vano semarah itu karena apa. Jika memang karena file yang salah? Ia sudah menggantinya dengan yang baru, bahkan tuduhan salah kirim itu juga sebenarnya ia tidak terima, karena ia yakin betul sebelum mengirim ia sudah memastikan berkali-kali dan selalu benar tapi ia enggan mendebat.

Jika karena Samuel bersamanya di gudang Ws apa itu salahnya juga? Apa Samuel muncul didepannya juga kesalahannya? Rachel tidak terima dibentak dan dimarahi seperti itu tapi siapa dirinya berhak mendebat atasan.

"Hel... Kamu ngga papa kan?", tanya Kris akhirnya.

"Ahh ngga..."

"Mau ikut aku ngga besok. Besok kan libur?".

"Mau." Putus Rachel spontan.

"Beneran? ".

"Bener dong."

"Tumben? Biasanya juga alesan lu banyak amat." Ejek Mikhaela.

"Iya Hel.. Ikutin aja tuh, tuh anak hidupnya ngga ada beban sama sekali." Timpal Jacky.

"Tapi kemana dulu nih?", tanya Rachel.

"Plaza Orchid."

"Oh.. Okay. Tapi... Kenapa karyawan lain selain kalian rada jutek gitu ya ke aku? Mereka kayak ngehindarin aku, ngeliat aku kayak ngeliat rentenir apa gitu. Perasaan aku ngga buat salah apa-apa."

"Udah, ngga usah ditanggepin. Iri mungkin."

"Ya kali. Apalah saya ini yang hanya budak korporat rendahan, yang bertahan disini cuma karena banyak cicilan." Seru Rachel dramatis.

"Jujur amat lu Hel... ", ejek Kris sambil menggeplak punggung Rachel.

"Hahahaha... Tapi masa iya Pak Khael juga ikutan ngehindarin, ga lucu amat. Kan heran." Tambah Rachel.

Lalu semua temannya yang ada di meja itu spontan abai dan meneruskan makan mereka, dan sibuk mengalihkan pembicaraan. Meski merasa aneh, Rachel juga akhirnya diam.

Keesokan harinya...

Mikhaela terlihat celingak-celinguk menunggu Rachel. Raut wajahnya terlihat cemas dan berkali-kali melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Sorry... Sorry best, gua kesiangan." seru Rachel yang tiba-tiba muncul.

"Aduh ini anak. Padahal janjiannya jam 10. 00, ini udah jam 11. 00. Semoga aja orangnya belum pergi. " dumel Mikhaela.

"Orang apaan? Lu janjian sama siapa. "

"Udah ayo ikut aja." sembari menarik Rachel menuju sebuah Cafe yang berada di lantai dasar Plaza Orchid.

"Ya ampun, Mikh. Main ke cafe aja harus ke sini ya? Nggak penting amat. Perasaan di depan numbers, cafe nya bagus-bagus loh."

🍀🍀

Sementara di sebuah penthouse mewah itu terdapat pria yang uring-uringan sejak kemarin. Pria yang semalam menunjukkan mode dominannya yang membuat wanitanya syok hingga kelewat diam hingga hari ini.

Menyesal tapi gengsi minta maaf. Itulah Vano sekarang. Ia tidak pernah membujuk atau dibujuk ia sama sekali tidak tahu caranya. Meminta bantuan tapi minta kemana? Sedangkan hubungan itu sudah disepakati untuk dirahasiakan dari siapapun.

Rachel tidak menghubunginya, tidak mengirim teks, tidak melakukan apa pun, pria itu tidak tidur semalaman menunggu ponselnya berbunyi karena Rachel tapi sama sekali tidak ada. Lama sekali ia mencari alasan untuk menghubungi Rachel. Alasan masuk akal, yang sangat penting, bukan karena semata-mata ingin bertanya kabar.

Bukan ya dek ya, bukan. Itulah gengsinya Revano.

"Ahhh syaland... ", sudah sibuk merangkaj kata sejak tadi, ponsel Rachel malah tidak aktif.

Lalu...

📞 Vano : Halo? Nina... Maaf ganggu hari libur gini.

📞 Nina : Iya kak, ngga papa. Ada apa ya kak?

📞 Vano : Aku mau tanya nomer Rachel yang lain kalau ada, dia ngga bisa dihubungin soalnya. Ada berkas penting yang harus di copy, cuma ada di laptop dia soalnya.

📞 Nina : Wah, aku ngga punya kak. Nomer Rachel cuma satu deh kayanya kak. Atau kakak datengin rumahnya aja.

📞 Vano : Oh... Gitu ya, ya udah.

📞 Nina : Eh ngga kak. Dia pasti ngga akan ada di rumah, dia di ajakin Mikha ke Plaza Orchid.

📞 Vano : Ngapain?

📞 Nina : Kurang tahu kak. Tapi biasanya kalo Mikha yang ajakin itu maksudnya ngajakin blind date. Duh... Keceplosan, maaf kak.

Bip

Segera setelah panggilan telepon itu mati, Vano diam memejamkan matanya, ia mencengkram tengkuknya sendiri dan menggosok-gosoknya.

"Waaahh... Itu anak, udah kecil, licik, hidup lagi... Aohhh Rachel...", kesalnya. Tidak butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri, Ia segera memacu mobilnya untuk mencari Rachel ke Plaza Orchid sebagaimana yang disebutkan Nina.

"Nggak sia-sia gua tanam pelacak." serunya mengebut.

🍀🍀

Mikhaela menggandeng Rachel masuk ke dalam salah satu cafe. Senyum Mikha lebar sekali, berbeda dengan Rachel yang kebingungan. Lalu langkah mereka dihentikan Mikha dan memandangi Rachel dari atas sampai ke bawah, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Okay, perfect. Lu emang udah cakep banget. Yuk... ", girangnya.

Sesampainya didalam Mikhaela mengedarkan pandangannya, dan menemukan presensi dua orang yang dicarinya. Sekilas orang lain akan menganggap mereka berdua model. Melihat bagaimana proporsional postur tubuh mereka, dan juga sangat tampan. Mikhaela sudah mulai dekat Juna pria yang berpakaian hitam dengan dimple manis itu, sementara rencananya ia ingin menjodohkan Rachel dengan pria yang berpakaian pink soft bernama Sebastian.

Sebastian & Juna

"Mikhaela... ", seru Juna sambil Melambaikan tangan dengan girangnya. Mikhaela segera membalas lambaian itu dan hendak melangkah kepada mereka.

"Mikh... Lu bohongin gua? Aohhh Mikha...".

"Diem lu ah, kalau nggak gitu lu nggak bakal mau ikut. Cakep tuh, rugi bener lu sia-siain."

"Bukan masalah cakep enggaknya setan, gua... Gua bener-bener nggak bisa Mikhaela."

"Ayo cepet nggak usah drama lu, mereka udah jauh-jauh datang kemari."

"Nggak gua nggak mau... ", berusaha keluar tapi ternyata Mikhaela lebih kuat, karena memang gadis itu jauh lebih tinggi dan besar darinya.

"Sampai kapan lu mau jomblo terus Rachel."

"Lu udah punya pacar anjir. "

"Udah putus seminggu lalu."

"Tapi, tetap aja Mika gua bener-bener nggak bisa." tolak Rachel masih berusaha keluar cafe.

"Udah deh, komplainnya ntar aja. Lu nggak bakal nyesel, mereka tuh cakep-cakep banget." Mikhaela mendorongnya dan memaksanya masuk. Kedua pria tinggi dan tampan itu berdiri sambil tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Hai, Jun. Udah lama ya? ", sapa Mikhaela.

"Lumayan sih tapi ngga papa. Ini Rachel ya." Sambil menyalami.

"Rachel...", mencoba tersenyum.

"Juna."

"Sebastian."

"Rachel."

"Imut banget ya, aslinya." Seru Sebastian tidak malu-malu. Rachel hanya tersenyum getir menanggapinya. Perasaannya benar-benar tidak enak.

Mikhaela terlihat begitu asyik mengobrol dengan partnernya. Rachel tidak bisa mengatakan bahwa ia sudah punya pacar, dan pacarnya adalah Revano Direktur mereka di Numbers. Sebastian terlihat sangat tertarik kepada Rachel, karena pria tinggi itu selalu berusaha mencari perhatian Rachel dan mencari topik agar pembicaraan mereka terlihat sangat menyenangkan. Ia menanyakan banyak hal kepada Rachel, Rachel menjawab seadanya dan tidak bertanya balik.

"Ohh gitu yaa"

"Waah... "

"Hmm"

"Terus... Terus... "

"Iya... "

"Hehehe... "

Begitulah jawaban yang diulang-ulang oleh Rachel.

"Permisi, ada pesanan minuman untuk Mbak Rachel Capistran." seru seorang waiter Dan meletakkan segelas minuman di depan Rachel.

"Tapi saya nggak pesen ini mbak. Ini minuman saya udah datang." sembari menunjukkan minumannya yang sisa setengah.

"Saya cuma disuruh Mbak. Itu ada suratnya."

"Oh iya, makasih Mbak."

Lalu tangannya terulur melihat isi surat itu, sementara Mikhaela tidak peduli karena ia masih asik dengan pasangannya.

Deg

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!