Transmigrasi Menjadi Pelayan Pria Jahat

Buku-buku tersusun dengan begitu rapi di dalam rak, ini benar-benar seperti surga untuk ilmu pengetahuan. Jujur saja Alana benar-benar tidak menyangka jika istana ini memiliki perpustakaan yang begitu luas dan megah walaupun pada bagian depan terlihat begitu menyeramkan. Hingga seseorang menyadarkan dari lamunannya.

“Hei kenapa pelayan biasa sepertimu bisa ada di tempat ini? Apa kau pelayan yang di tugaskan untuk membersihkan perpustakaan?” tanya seorang pria dengan kacamata cukup tebal.

“Hmm Anda benar sekali saya adalah pelayan yang di tugaskan untuk membantu membersihkan tempat ini,” bohong Alana. Pria itu hanya mengangguk paham sebelum menunjuk satu tumpukkan buku yang harus disusun ke dalam rak baru. “Susun semua buku ini sesuai dengan abjadnya jangan sampai ada yang terbalik atau kau akan mendapatkan masalah yang besar,” jelas pria itu dengan begitu serius. Alana hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan cepat. ’Memang apa yang bisa terjadi jika salah menyusun buku, tidak mungkinkan hukuman mati,’ batin Alana.

Setelah hal tersebut akhirnya Alana dengan cepat melakukan hal yang di tugaskan padanya. Ia dengan perlahan menyusun beberapa buku pada rak yang telah disediakan. Tapi hal tersebut juga dimanfaatkan nya untuk membaca beberapa buku yang menjadi tujuan utamanya.

“Cara menanam kol berwarna hijau,” bacanya pada salah satu judul buku yang akan ia susun. Ini sudah lewat beberapa jam semenjak ia menyusun tapi Alana belum menemukan apapun. “Huh, orang gila mana yang mau menanam kol saat ini, lagipula memang ada kol warna kuning tentu saja warna hijau,” keluhnya karena sedari tadi ia hanya bisa menemukan buku-buku aneh.

Hingga setelah sekian lama akhirnya kini Alana menemukan buku yang mungkin saja bisa memberikannya sedikit informasi tentang makhluk tersebut.

“Perjanjian pada makhluk kegelapan,” gumam Alana saat membaca sampul buku yang berwarna hitam tersebut dengan gambar makhluk aneh di depannya. Dengan seksama Alana memperhatikan buku itu hingga ia membulatkan matanya saat merasa menemukan sesuatu yang akan sangat berarti. ‘Makhluk kegelapan merupakan makhluk yang bisa membuat perjanjian pada manusia. Jika manusia membuat perjanjian pada makhluk ini maka ia bisa mendapatkan kekuatan yang besar tergantung pada tingkatan makhluknya. Mereka adalah makhluk yang sangat serakah dan juga begitu haus akan darah. Jadi apabila membuat perjanjian pada makhluk tersebut maka harus memberikan tumbal yang setimpal,’ baca Alana dalam hati. “Wah manusia seperti apa yang mau membuat perjanjian dengan makhluk menyeramkan seperti ini,” gumamnya lalu kembali melihat pada halaman selanjutnya.

Alana hanya bisa mengernyitkan matanya saat melihat tidak ada apapun yang tertulis di sana. Hanya ada bekas sobekan yang terlihat jelas di sana. “ Siapa sih yang dengan iseng menyobek buku ini. Padahal aku penasaran dengan apa yang ada di sana,” gumam Alana dengan begitu kesal. Akan tetapi saat ini ini setidaknya dia telah memiliki satu kemungkinan. ‘Berarti makhluk pada malam itu adalah makhluk kegelapan dan sudah jelas ada seseorang di balik ini semua, akan tetapi siapa orang itu?’ pikir Alana. Ia berpikir dengan sangat keras tanpa menyadari seorang pria tengah berdiri tepat di belakangnya.

“Kenapa kau disini?” tanyanya yang membuat Alana dengan cepat membalik badannya. Wanita tersebut hanya bisa mengernyitkan dahinya lalu mulai mendongakkan kepalanya menatap ke arah wajah dari sosok tersebut. “Ba-bagaimana bisa Anda berada di tempat ini?” tanya Alana dengan begitu gugup karena jarak mereka yang sangat dekat.

“Ini adalah istanaku sudah jelas aku bisa berada di manapun aku mau,” gumam Rion dengan menundukkan kepalanya karena perbedaan tingginya dan juga Alana. Mendengar hal tersebut Alana dengan cepat menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang Rion katakan. “Anda benar yang mulia,” jawab Alana kemudian dengan menundukkan kepalanya lalu dengan perlahan memundurkan langkah kakinya.

“BUGH,” Alana tanpa sengaja menabrak rak buku tersebut dengan punggungnya. Membuat beberapa buku yang berada di rak atas mulai berjatuhan padanya. “AKH,” pekik Alana dengan memejamkan matanya menunggu buku-buku tebal yang akan mengenai kepalanya.

Tapi sebelum benda itu mengenai kepalanya Alana merasa sebuah tangan lebih dahulu melingkar di pinggangnya lalu menariknya dengan begitu cepat. “BUGH,” Alana benar-benar terkejut saat menabrak tubuh pria itu. “Tidak bisakah kau menghentikan sikap ceroboh mu itu?” tanya Rion dengan menatap tajam wanita tersebut. Tapi tangannya masih berada tepat di pinggang Alana.

Mendengar hal tersebut Alana dengan cepat menjauhkan dirinya dari Rion. Mendadak suasana hatinya menjadi begitu buruk. Pria ini selalu saja mengatakan kata-kata yang benar-benar sangat menyebalkan untuk di dengar. Rion memperhatikan bagaimana prilaku Alana lalu ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. ‘Dasar tidak jelas,’ batin Alana dengan melihat punggung Rion yang perlahan menjauh.

Setelah itu Alana memutuskan untuk menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum pergi dari perpustakaan tersebut. Awalnya ia ingin membawa buku yang tadi ia baca akan tetapi mendadak buku tersebut menghilang begitu saja. Alana bahkan telah mencari di setiap sudut tetapi buku itu tidak bisa ia temukan. Hingga akhirnya Alana memilih untuk menyerah dan pergi dari perpustakaan. Setidaknya ia telah memiliki titik terang sekarang.

Tanpa terasa hari telah menjadi gelap dan Alana telah bersiap untuk menutup matanya. Hari ini tubuhnya dan juga pikirannya a terasa begitu berat. Tapi mau bagaimana lagi ini sudah menjadi tugasnya jika dia memang ingin tetap hidup. “Huh, aku bahkan tidak tau apa lagi yang akan terjadi kedepannya. Tempat ini bahkan jauh lebih rumit dari yang aku bayangkan, apa dunia akan tetap hancur sama di kisah aslinya,” gumamnya dengan menatap langit-langit kamarnya.

Hingga perlahan angin berhembus pelan di luar dengan suara jangkrik yang bersahutan membuat Alana dengan perlahan menutup matanya. Tak lama terdengar suara langkah kaki di tengah kesunyian. Ia dengan cepat membuka matanya menatap sekitar dengan begitu was-was. Kejadian beberapa hari ini membuat Alana menjadi lebih berhati-hati.

Hingga lama ia menunggu dan akhirnya Alana mengernyitkan dahinya kala melihat dari sela-sela pintu yang terbuka hanya ada lorong sepi tanpa siapapun disana. “Sepertinya hanya perasaanku saja,” gumamnya. Tapi sedetik kemudian badan Alana membeku saat merasakan hembusan angin yang mengenai lehernya. “GLEK,” ia hanya bisa meneguk ludah dengan begitu kasar saat merasa hal buruk akan menimpanya tapi walaupun begitu Alana dengan perlahan membalik badannya dengan perlahan. “AKH!” teriaknya di tengah keheningan malam.