Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Kumohon, hilangkan sifat kekanakanmu itu Ra. Kamu bukan anak kecil lagi" Mahesa bersungut-sungut menyusul Ira yang ngambek.
"Kekanakan? Lalu bagaimana dengan istri bocahmu itu?" Ira menghentikan langkahnya "Apa kamu kira perasaanku ini cuma main-main?"
"Ra... Aku sudah menikah, tolonglah jaga perasaan kakak iparmu"
"Lalu bagaimana dengan perasaanku ini kak?" Tangis Mahira seketika pecah.
"Perasaanku ini sudah ada jauh sebelum wanita itu mengenalmu"
Mahesa menghela nafas panjang, bahkan setelah bertahun-tahun mereka berpisah Ira tetap berharap Mahesa akan memiliki perasaan yang sama sepertinya.
Ira beringsut mendekati Mahesa, kemudian memeluk pinggang ramping kakak tirinya itu "Aku yakin kau juga memiliki perasaan yang sama seperti ku kak" Ira semakin terisak di dada bidang Mahesa.
"Ra... Perasaanku padamu hanya sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya, itu saja, tak lebih" Mahesa berusaha mendorong tubuh Ira menjauh.
"Jika wanita itu tidak pernah ada, apa kau akan tetap berkata seperti itu?"
"Ra, kau berharap apa padaku Ra? Kita saudara, bagaimana mungkin aku mencintai saudariku sendiri?" Mahesa memengang kedua bahu Ira, menatap kedua bola matanya yang biru berharap dia mau mengerti situasi saat ini.
"You're liying..!!!" Ira tetap bersikeras.
"Ra... harus bagaimana aku menjelaskan semuanya? Aku mencintai Alea, dan aku menyayangimu sebagai seorang saudara"
"Aku tidak akan pernah menyerahkanmu pada siapapun, dan aku tidak akan pernah pergi dari rumah ini"
Ira berbalik meninggalkan Mahesa dengan raut muka penuh kekecewaan. Dalam hati dia berjanji akan merebut Mahesa kembali. Bagaimanapun caranya.
Alea melihat pemandangan dramatis itu dari atas balkon, kedua matanya awas memperhatikan setiap gerak gerik sepasang kakak beradik itu.
Ya, sudah jelas semuanya. Mahira mencintai kakak tirinya. Namun, Alea sudah berjanji tidak akan pernah membiarkan siapapun mengusik hidupnya. Termasuk rumah tangganya.
...----------------...
Mahesa masuk kedalam kamar, dia tahu jika istrinya pasti sudah melihat apa yang telah dia bicarakan dengan Ira beberapa saat yang lalu.
"Lea..." Mahesa perlahan menghampir Alea yang sedang duduk di balkon ditemani teh hangat kesukaannya.
"Aku sudah mendengarnya Mas, dan aku sudah mengerti. Kau menikahiku hanya agar adikmu berhenti mengharapkanmu kan?" Alea menatap Mahesa dengan tatapan sinis.
"Kau menghancurkan hidup gadis remaja sepertiku hanya untuk hal semacam itu?"
"Sebesar apa cintamu padanya sampai kau menjadikanku pelampiasanmu?" Pertanyaan Alea seakan mengintimidasi Mahesa.
"Aku menyayanginya sebagai seorang adik Lea, tidak lebih" Mahesa berusaha meyakinkan Alea.
"Kumohon, percayalah sekali ini saja ijinkan aku menyelesaikan semuanya. Aku berjanji tidak akan pernah berkhianat padamu"
Alea tak bisa berkata apa-apa, dia ingin percaya pada laki-laki yang ada dihadapannya ini. Namun disisi lain dia menaruh curiga bahwa sebenarnya Mahesa juga mencintai adik tirinya itu.
Alea menatap mata Mahesa lekat-lekat, mencari sisa-sisa kejujuran didalamnya. Haruskah dia percaya.
Malam ini, keduanya kalut dengan pikirannya masing-masing. Mahesa mendekap tubuh Alea dalam tidurnya berharap menemukan kenyamanan bersama tubuh mungil istrinya itu. Namun tak dapat dipungkiri, jika saat ini diapun juga tengah mengkhawatirkan Ira. Wajah Ira yang terisak selalu terbayang-bayang dalam benaknya.
...----------------...
"Bik minta tolong panggilin Non Ira ya" Pinta Alea pada Bik Mar yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Baik Mbak"
Mahesa sedikit terkejut dengan perintah Alea pada Bik Mar barusan, dia sama sekali tidak menyangka jika istrinya itu masih bersimpati pada Ira setelah apa yang terjadi tadi malam.
Hampir sepanjang malam Alea tidak bisa tidur karena bimbang yang dia rasakan. Namun, pagi ini dia mantap memutuskan untuk percaya pada suaminya. Dia yakin suaminya tidak akan berkhianat padanya.
"Aku memilih untuk percaya padamu Mas Hesa" Alea berkata lirih. Dia memandang Mahesa cukup lama dengan wajah sendu.
"Terimakasih Lea" Mahesa tersenyum penuh arti.
Beberapa menit kemudian, Bik Mar datang dan melaporkan jika Ira tidak mau membuka pintunya, Ira ingin kakaknya yang menjemputnya untuk sarapan.
"Yasudah biarin, nanti kalau lapar dia akan makan sendiri" Mahesa berkata cuek, hendak menyantap makanan yang ada di hadapannya.
"Mas... Jemput adikmu dulu" Alea berkata getir, seakan ragu dengan apa yang baru saja dia katakan.
Mahesa hanya menghela nafas, tanpa berkata apapun dengan sedikit kesal dia berjalan ke kamar tamu untuk menghampiri adiknya yang manja.
"Ra... Sarapan" Mahesa mengetuk pintu sambil memanggil dari luar.
"Aakkhh..." Terdengar jeritan Ira dari dalam kamar, membuat Mahesa panik dan langsung membuka pintu kamar.
"Ra!!! Ada ap..." Belum selesai Mahesa bertanya, dia sangat di kagetkan dengan keadaan Ira saat itu.
*Flash Back*
Usai perdebatan antara Ira dan Mahesa semalam, diam-diam Ira mengirimkan pesan pada Alea.
"Jika kau ingin tahu seberapa besar cinta Hesa padamu, lihat CCTV yang aku pasang dikamar tamu. Kita lihat apa dia masih mengingatmu saat dia melihatku besok"
Alea benar-benar bingung apa yang di inginkan Ira sebenarnya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk masuk dalam permainan konyol ini.
...----------------...
"Ra... Apa yang sedang kau lakukan!!" seketika Mahesa memalingkan wajahnya dari Ira yang saat itu tengah telanjang bulat menggodanya.
Tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat itu mulai menghampiri Mahesa.
"Lihat aku kak. Bukankah dulu saat kecil kau sering memandikanku" Ira mulai mengelus dada bidang Mahesa yang terbalut kemeja berwarna hitam.
"Ra... Pakai bajumu sekarang!!" Perintah Mahesa, dia sama sekali tidak mau melihat Ira, sebagai seorang pria normal dia takut jika akan tergoda dengan kemolekan tubuh Ira.
Mahesa segera beranjak, hendak pergi meninggalkan Ira dengan segala kegilaannya. Namun tiba-tiba Ira melingkarkan kedua tanggannya memeluk erat tubuh Mahesa.
"Untuk sekali ini saja, kumohon jadilah milikku kak. Akan aku berikan semuanya untukmu" Ira memohon sambil terus mendekap tubuh kakaknya itu.
Mahesa mulai terhipnotis merasakan belaian Ira. Dia hanya bisa diam terpaku merasakan kehangatan tubuh Ira yang tidak mengenakan sehelai benangpun.
Ira mulai membuka kancing baju Mahesa satu per satu, sembari tangannya aktif membelai dada dan perut Mahesa yang atletis.
Setelah baju Mahesa terlepas, dia mulai menuntun tangan Mahesa untuk menyentuh belahan dadanya.
"Nikmatilah tubuhku kak, aku akan memuaskanmu"
...----------------...
Di suatu ruangan lain, Alea duduk terpekur disebuah kursi, menyaksikan adegan 18+ dengan suaminya sebagai sang aktor. Tak dapat di gambarkan seperti apa hancurnya perasaan Alea saat itu.
Dia merasa sangat bodoh, karena sudah mempercayai laki-laki seperti Mahesa. Ya... Memang mempercayai Mahesa adalah pilihannya. Namun jika Mahesa mengkhianati kepercayaan Alea, itu pilihannya.
Alea tetap menguatkan hatinya untuk menonton apa yang sedang dilakukan Ira dan suaminya itu. Tak ada air mata yang keluar. Sudah cukup. Kecewa adalah satu-satunya kata yang bahkan air mata setetes pun tak mau keluar dibuatnya.
.
.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/